Arsyila Maharani harus terpaksa melalui hari- hari yang sulit, hanya karena sebuah kesalahan satu malam yang di luar kendalinya.
Arsyila menjadi korban dari bos tempat Ia bekerja yang pada saat itu sedang terpuruk, kehilangan mahkota yang sangat berarti dua hari sebelum pernikahan mereka.
Mampukah Arsyila melalui hari- harinya ke depan, bukan hanya masalah dari keluarga nya dan juga masyarakat yang memandang dirinya hina.
Bagaimana Ia menghilangkan rasa trauma berat dalam hidupnya, apakah ada cinta tulus yang akhirnya menghampiri nya. Yuk simak kelanjutan nya disini....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💘 Nayla Ais 💘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
*Arsy Arsy Arsy*
Nama itu yang selalu menghiasi bibir sang Casanova, berulang kali Ia menggumamkan nama itu di sertai dengan semburan asap rokok yang membumbung tinggi ke udara.
Mereka sudah berada di Rusia namun keberadaan Arsy seolah tidak ingin menjauh dari pikiran nya, desahan, rintihan dari bibir manis wanita itu terus terngiang di telinganya.
Di tempat lain Lastri masih merasa bersalah karena tidak bisa melindungi keponakan nya bahkan ketika Ia berada di dekatnya.
" Sudahlah Bude, aku baik- baik saja. Lagi pula kita tidak bisa berbuat apa-apa, Bude pun tau siapa mereka. Melawan pun tak ada gunanya, yang bisa kita lakukan adalah menjauhi mereka, berusaha agar tidak terlibat dalam urusan apapun. "
Ucapan Arsy terus terngiang di pikiran Lastri, memang benar mereka adalah orang yang biasa yang tidak punya apa-apa tapi bukan berarti tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan hanya sekedar membela diri.
Semenjak kejadian itu Lastri jadi sering melamun, pikiran nya selalu di penuhi rasa bersalah hingga membuat kesehatan nya menurun.
Makan siang jadi makan malam, tidur malam pun selalu tak nyenyak hingga akhirnya wanita itu di larikan ke rumah sakit oleh para pekerja lain.
Bejo yang mengantarkan Lastri ke rumah sakit sementara Joko tetap menjaga di rumah.
Di tempat lain Arsy juga merasa kurang enak badan, sudah tiga hari terakhir Ia merasakan lemas dan mual juga. Selera makan nya pun raib entah kemana.
Puncaknya pada pagi ini, tubuhnya di temukan tak berdaya di toilet.
Larissa yang khawatir sahabat nya tidak kunjung keluar dari kamar mandi akhirnya memutuskan memanggil nama sahabat nya itu.
Berulang kali Ia menyeru bahkan mengetuk pintu namun tidak ada sahutan, akhirnya muncul inisiatif sendiri. Ia berlari meminta tolong pada karyawan laki-laki agar membantu nya mendobrak paksa pintu toilet itu.
Tiga kali percobaan akhirnya pintu itu terbuka, Larissa terkejut melihat sepasang kaki selonjoran disana. Setelah masuk Ia kembali di buat kaget melihat kondisi Arsy.
Tanpa pikir panjang Larissa meminta tolong para pria itu membopong tubuh sahabat nya itu.
" Tolong teman saya Pak, bantu angkat ke mobil, dia harus segera di larikan ke rumah sakit. "
Di perjalanan menuju rumah sakit, ponsel Arsy berdering. Larissa mengira itu adalah miliknya, namun ketika Ia merogoh tasnya ponsel nya tidak ada notif apapun.
Ia beralih ke tas milik sahabat nya, kebetulan sebelum pergi Ia sempat mengambil tas miliknya di loker dan kebetulan tas Arsy pun ada disana.
" Bude Lastri. " Gumam Larissa ketika ponsel yang sudah berada di genggaman nya berdering. Larissa langsung menerima panggilan itu.
" Ah hallo Bude, assalamu'alaikum. "
" Oh waalaikum salam. "
Larissa mengerutkan kedua alisnya karena yang Ia dengar bukan suara perempuan tapi suara laki-laki.
" Apa ini Neng Arsy, hallo Neng. Ini Pak Bejo. "
" Ah iya Pak Bejo, maaf kenapa ponsel Bude ada di tangan Pak Bejo. "
Meskipun tidak kenal namun Ia berpura-pura sajalah bahwa mereka saling kenal.
" Ah ini Neng, Mbok Lastri tadi pingsan jadi sama Pak Bejo di bawa ke rumah sakit. Apa Neng Arsy bisa kemari. "
" Baik Pak Bejo, boleh tau rumah sakit mana. "
Setelah mengetahui nama rumah sakit itu akhirnya Larissa pun memutuskan membawa sahabat nya itu ke rumah sakit yang sama.
Tubuh lemah itu di baringkan ke atas brangkar sesaat setelah mobil tiba di parkiran rumah sakit, Larissa ikut berlari kecil menyusul beberapa perawat yang mendorong brangkar tersebut.
" Tolong teman saya Sus, tadi dia di temukan pingsan di toilet. Saya takut dia kenapa- kenapa. "
Suster pun mengangguk mengerti dan meminta Larissa untuk menunggu di luar saja, Larissa yang panik pun teringat kalau Bude ada di rumah sakit yang sama.
Ia pun mencari ponsel milik Arsy dan mulai menghubungi nomor yang sebelumnya menghubungi nya.
" Halo Pak, ini saya sudah di rumah sakit. Kalau boleh tau, Bude Lastri di rawat di ruang mana. "
Larissa celingak- celinguk mencari ruangan yang di sebut, ternyata tempat nya tidak jauh dari ruang tempat Arsy di rawat.
" Pak Bejo. "
Pria yang namanya di sebut itu langsung berdiri namun terlihat bingung melihat yang berada di hadapan nya sekarang bukan orang yang Ia tunggu.
" Maaf Pak, saya Larissa. Saya sahabat nya Arsy, Arsy sendiri pun sedang di rawat di ruang sebelah sana. Tadi saya temukan Arsy pingsan di toilet jadi saya bawa langsung kemari, ternyata Bude pun sama. Bagaimana keadaan Bude Lastri Pak. "
Bejo yang tadi hanya manggut-manggut mendengar penjelasan wanita cantik di depan nya pun tersadar dari lamunannya.
" Sudah di periksa oleh Dokter katanya hanya kelelahan biasa saja, tidak ada penyakit yang serius. Kita tinggal nunggu si Mbok siuman. Lalu bagaimana dengan Neng Arsy, apa dia baik- baik saja. "
Larissa menggeleng pelan karena Ia belum mendapatkan informasi apapun dari suster yang membawa Arsy tadi.
" Maaf Pak Bejo, Rissa belum tau karena belum ada informasi dari Dokter. "
Tidak lama kemudian terdengar seruan dari sebuah pintu ruangan, Larissa yang mendengar nama ruangan di sebut buru- buru menghampiri.
" S- saya Dokter, bagaimana keadaan teman saya. Apakah ada penyakit serius. "
Dokter tidak menjawab namun meminta Larissa untuk ikut dengan nya, Larissa mengangguk lalu mengekor langkah wanita berseragam putih itu memasuki sebuah ruangan.
" Hm begini...
" Larissa Dok. " Jawab Larissa seolah mengerti dengan kebingungan lawan bicaranya.
" Ah baik Bu Larissa, saya hanya ingin meminta Bu Larissa untuk menghubungi suami pasien, karena ada yang ingin kami bicarakan mengenai kehamilan pasien saat ini. "
Duaaaaarrrrrrr
Bagai di sambar petir di siang bolong, Larissa benar-benar terkejut mendengar ucapan Dokter yang menangani kondisi sahabat nya.
" Hamil, suami. " Beo wanita itu.
" Halo Bu, Bu Larissa. Apa Ibu baik- baik saja. "
Larissa yang masih shock sempat bingung harus berkata apa namun tiba-tiba kepingan puzzle berseliweran di otaknya.
Mengingat kondisi Arsy dulu, Larissa berpikir bahwa sabahat nya mungkin hamil selepas kejadian itu, Ia menjadi kasihan pada nasib sahabatnya.
" Oh maaf Dok, sahabat saya ini adalah seorang janda. Suaminya baru meninggal beberapa minggu yang lalu, kasihan teman saya Dok. Baru menikah beberapa minggu sudah di tinggal suaminya, lalu bagaimana dengan kondisi kehamilan nya apakah ada sesuatu yang serius. "
Hanya ide itu yang terlintas di pikiran Larissa, nampak Dokter di depannya manggut- manggut. Mungkin juga merasa kasihan dengan apa yang di alami pasien nya.
" Oh saya turut berbela sungkawa. Pantas saja kondisi pasien sangat lemah, sebenarnya tidak ada yang serius, janinnya baik- baik saja. Hanya saja kondisi fisik sang Ibu yang memprihatinkan, di takutkan kalau Ibunya stress atau lemah akan berakibat pada calon janin nya. Saya menyarankan kepada Bu Larissa sebagai orang terdekat nya, agar bisa membuat pasien semangat. Jangan ingatkan pada sesuatu yang membuat pasien stress, setidaknya di trimester awal kehamilan pasien. "
Larissa mengangguk pelan, Ia cukup mengerti dengan penjelasan Dokter itu.
Sekarang yang harus Ia pikirkan bagaimana caranya memberitahukan kabar ini pada Arsy ketika sahabat nya itu bangun.
Bagaimana reaksi sahabat nya itu nanti, sungguh membuat Larissa benar-benar khawatir. Belum lagi Bude pun belum sadarkan diri.
***
lope lope dah pokoknya ini mah cantik habis othor. next visual yang lain ya jangan lupa wiliam juga oke