Rachel seorang mualaf mantan kupu-kupu malam dan dinikahi oleh seorang anak ustad, berharap pernikahannya akan membawanya ke surga yang indah.
Namun, ternyata semua tidak seindah yang dia bayangkan. Farhan menikahi Rachel hanyalah untuk menolongnya keluar dari dunia hitam.
Mampukah Rachel bertahan dalam rumah tangga yang tanpa cinta?
Jangan lupa subcribe sebelum melanjutkan membaca.
info tentang novel mama bisa di dapat di
ig reni_nofita79
fb reni nofita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Belenggu Masa Lalu
Rachel akhirmya pemit masuk ke dalam kamar, membiarkan suami dan temannya tetap di sana. Farhan dan lainnya memutuskan untuk duduk di taman yang berada di belakang villa.
"Ini semua gara-gara kamu, Han. Kami 'kan nggak tahu kalau kamu akan datang dengan istrimu. Jika kami tahu kamu akan berbulan madu, mana mungkin mau ikut," ucap Yuni.
Farhan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia memang salah karena tidak mengatakan tentang pernikahan dan istrinya.
"Sebenarnya ini bukan hanya kesalahan Farhan. Seharusnya setelah kalian tahu dia datang dengan istrinya, harus bisa menjaga jarak dan ucapan. Dari awal kalian selalu saja membahas Andin. Cobalah kalian berada dalam posisi Rachel, apa kalian tidak akan marah dan sakit hati jika suami dan temannya hanya membahas masa lalunya," ucap Reno.
Reno menjeda ucapannya sebentar sebelum akhirnya melanjutkan. Dia menarik napas dalam.
"Tapi dari semua yang ada, Farhan lah yang paling bersalah. Apa kamu tidak pernah berpikir bagaimana sakitnya hati istrimu saat kamu menceritakan masa lalumu sambil tertawa. Walau mulutnya berkata tidak apa, siapa yang bisa membaca hatinya saat ini. Seharusnya kamu tidak memulai hubungan baru, jika kamu masih terbelenggu dengan masa lalu. Karena kamu hanya menghadirkan luka bagi istrimu saat ini," ucap Reno lagi.
Keempat temannya yang lain, serempak memandang Reno. Dari awal pria itu selalu saja membela Rachel. Yang lebih menohok adalah pandangan Farhan. Sepertinya pria itu kurang suka Reno selalu saja membela istrinya.
"Apa kamu pernah bertemu Rachel sebelumnya?" tanya Farhan. Dia sedikit cemburu melihat perhatian pria itu pada istrinya.
"Kenapa kamu tanyakan itu?"
"Jangan menjawab pertanyaan dengan pertanyaan balik. Aku hanya ingin tahu saja. Karena sepertinya kamu cukup mengenal istriku," ucap Farhan penuh penekanan.
"Tidak harus dekat dan mengenal seseorang untuk bisa tahu dan membaca isi hatinya. Coba saja kita tempatkan diri kita pada posisi dia. Pasti kita akan mengerti. Aku hanya mencoba berada di posisi Rachel saat ini. Jika itu aku, mungkin aku telah ngereok, bersyukur kamu memiliki istri yang hatinya seluas samudera. JAGA SEBELUM DIA PERGI," ucap Reno penuh penekanan.
Farhan dan ketiga temannya yang lain kembali menatap Reno serempak. Pria itu hanya tersenyum melihat reaksi temannya yang memandangnya dengan penuh curiga.
"Ingat kata-kataku Farhan, Jangan sampai terlambat menghargai seseorang yang tidak pernah menuntut apa pun darimu, kecuali waktumu. Ingatlah, marahnya orang yang sabar itu diam. Dan kecewanya orang yang sabar adalah pergi. Sayangilah dia yang benar-benar tulus mencintaimu, sebelum kamu menyesal karena kehilangannya."
Setelah mengucapkan kata-kata itu Reno pamit untuk pergi ke kamar dan beristirahat. Dia tadi melihat Rachel yang mengintip dari jendela kamar. Terlihat jelas wanita itu sedang mengusap air matanya.
Rachel keluar dari kamarnya. Dia merasa haus. Dia tidak menyadari jika Reno ada di dapur. Saat dia menuangkan air kegelasnya, sapaan Reno mengagetkan Rachel. Hampir saja gelas ditangannya terjatuh.
"Rachel, aku tahu diammu saat ini karena kecewa dengan sikap Farhan. Aku percaya jika kecewa tapi tidak marah adalah sabar yang luar biasa. Aku juga paham, diammu saat ini adalah bentuk kecewa yang paling dalam. Tapi tidak selamanya DIAM ITU EMAS. Terkadang kita harus bicara untuk menyadarkan seseorang yang hatinya telah dibutakan oleh cinta, dan dibelenggu masa lalu, yang belum selesai dengan kisah lamanya," ucap Reno.
...****************...