Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Naomi dan Hilda yang melihat kehadiran Hendra langsung beranjak berdiri dari tempat duduknya. Mereka berdua langsung berpamitan kepada Maya.
"Kalau begitu kita permisi dulu ya mbak Maya, saya harap mbak Maya memikirkan ucapan kami tadi." Ucap Hilda, lalu melangkah untuk keluar dari dalam rumah dengan di ikuti Naomi di belakangnya.
Hendra yang melihat Maya menangis langsung menarik tangan Naomi begitu saja. "Apa yang kamu katakan kepada Maya? apa yang kamu katakan?."
Naomi yang mendapat tarikan kasar dari Hendra seketika meringis kesakitan. "Kamu ini apa-apaan sih.. lepasin.. sakit!." Teriak Naomi.
"Kamu bilang apa sama Maya? sampe dia nangis kaya gitu.. kamu jangan bicara yang tidak-tidak ya.." ucap Hendra dengan tatapan yang tajam.
Hilda yang melihat perlakuan kasar Hendra kepada Naomi langsung menarik tangan Hendra. "Lepasin.. lo gila ya, Naomi sedang hamil. Bisa ngga sih lo gak kasar!."
"Lo yang gila!." Hendra yang menunjuk ke arah Hilda. "Buat apa lo ke sini? mending lo gak usah ikut campur urusan keluarga gue."
"Sepertinya lo harus periksa ke rumah sakit jiwa.. sebelum tuh penyakit gila semakin nambah." ujar Hilda lalu membawa Naomi keluar dari rumah tersebut.
"Naomi.. aku belum selesai bicara.." Hendra yang mencoba mengejar Naomi dan Hilda namun di cegah oleh Maya.
"Cukup mas!." Teriak Maya.
Hendra yang mendengar suara Maya langsung menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Maya.
"Sayang.. ini tidak seperti yang kamu bayangkan." Hendra berjalan mendekat ke arah Maya.
"Kamu berbohong kepadaku.. kenapa kamu tidak pernah bilang bahwa kamu menikah lagi." Maya yang terus menitihkan air matanya.
"Tidak begitu sayang.. Naomi hanya istri siri aku."
"Istri Siri apa? kalian sudah sah secara agama dan negara.. bahkan Naomi sedang mengandung anak kamu. Padahal selama ini aku selalu percaya sama kamu. Tapi ternyata kamu di kota memiliki istri lagi!." Maya yang benar-benar kecewa dengan perilaku Hendra.
"Tidak hanya itu saja, kamu bahkan suka main dengan wanita di luar sana. Naomi juga cerita kalau kamu juga tidur dengan pembantunya sampai hamil.."
"Apa yang di katakan Naomi itu semua tidak benar May. Dia bohong. Dia hanya ingin membuat rumah tangga kita hancur. Dia hanya iri dengan rumah tangga kita berdua, karena dia sudah aku talak."
"Ternyata tidak hanya aku yang kamu bohongi mas, banyak wanita di luar sana yang sudah menjadi sasaran kamu. Padahal aku rela menjual tanah bapak yang sudah di wariskan ke aku untuk kamu. Tapi justru kamu malah bersenang-senang dengan wanita lain di luar sana!."
"Tidak Maya.. Uang tanah itu masih ada. Aku tidak membohongi mu." Hendra mencoba meriah tangan Maya, namun dengan sangat cepat Maya menolaknya.
"Jadi benar selama ini banyak wanita dari kalangan muda hingga tante-tante datang ke rumah ini untuk meminta pertanggung jawaban kamu. Ternyata itu benar anak kamu! setiap wanita datang ke rumah ini dengan keadaan hamil. Sudah berapa banyak wanita yang kamu hamili?."
"Aku hanya menikah dengan mu dan menikahi Naomi.. tidak ada wanita lain lagi May.. semua yang di ceritakan Naomi itu bohong, percayalah dengan ku." Hendra yang terus mencoba meyakinkan Maya namun Maya sudah terlanjur kecewa dan tidak percaya lagi dengan Hendra.
Maya langsung pergi menuju ke kamarnya. Tanpa mengindahkan ucapan-ucapan Hendra.
"Ayolah sayang jangan begini. Gak enak di lihat Hilma anak kita sama tetangga." Hendra yang mengikuti Maya dari belakang.
Maya mencari beberapa tas besar lalu ia keluarkan dari dalam almari.
"Maya.. kamu mau ngapain?." tanya Hendra.
Maya tidak menjawab pertanyaan dari Hendra. "Ternyata dua koper isi baju kamu di depan itu baju dari tempat Naomi. Pantas saja kamu sekarang lebih sering pulang ke sini? ternyata kamu sudah di usir oleh istri muda kamu dari kota?." ucap Maya.
Maya terus mengeluarkan baju Hendra dari dalam almari, lalu ia lempar ke atas ranjang tempat tidur. Hendra yang melihat Maya mengemasi pakaiannya semakin panik. Bagaimana tidak sekarang Hendra tidak mempunyai siapa-siapa. Apa lagi rumah. Jika dia kembali di usir oleh Maya, entah dia akan tinggal di mana.
"Sayang.. aku mohon maafkan aku, aku tidak mau meninggalkan kamu dan Hilma. Hilma masih butuh sosok ayah May."
"Kalau kamu tahu Hilma masih butuh sosok ayah kenapa kamu berbuat ulah seperti itu? kenapa?." tanya Maya dengan nada yang tinggi. "Selama delapan tahun mas aku hidup sama kamu, sudah berapa hektar tanah yang aku kasih ke kamu? sudah berapa sapi dan kambing aku jual demi kamu? seharusnya dari dulu aku sadar bahwa kamu itu laki-laki yang tidak baik."
"Tapi setidaknya aku masih menafkahi kamu kan.."
"Nafkah?." Maya yang menatap ke arah Hendra. "Selama ini apa yang kamu berikan ke aku? kamu aja hanya numpang di sini, boro-boro kasih nafkah. Yang ada kamu justru nafkahi wanita-wanita gak jelas di luar sana!." Maya yang benar-benar merasa kesal.
Maya langsung memasukan baju-baju Hendra ke dalam tas. Baju Hendra di tempat Maya tidak sebanyak di tempat Naomi, karena Hendra jarang pulang ke rumah Maya lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah Naomi. Pulang ke desa hanya dua minggu sekali atau satu bulan tiga kali.
Maya langsung membawa tas tersebut keluar dari kamar. "Pergilah dari rumah ku. Aku sudah tidak mau tinggal sama kamu."
"Aku mohon sayang.. jangan usir aku. Nanti aku tinggal di mana?." Hendra yang terus memohon.
"Ya aku tidak perduli. Tinggal di rumah wanita-wanita kamu sana. Kan wanita kamu banyak." Ucap Maya.
Maya langsung melempar tas tersebut ke arah pintu rumah. "Nih sekalian dua koper kamu bawa pergi, buat sampah aja di rumah!." Maya yang juga melempar dua koper dari tempat Naomi.
"Kamu tega ngusir aku? apa kamu lupa rumah ini juga hasil uang aku."
"Berapa uang kamu di rumah ini?." Maya yang kembali masuk ke dalam kamar lalu keluar membawa yang.
"Tuh uang kamu aku kembalikan.. dan cepat pergi dari rumah ini." Maya yang menghamburkan beberapa uang berwarna merah ke arah Hendra.
Hendra benar-benar tidak ada harga dirinya sama sekali di depan Naomi dan Maya.
"Aku akan pergi dari rumah ini jika Hilma mengizinkan aku pergi? karena bagaimana pun dia anak aku." ucap Hendra.
"Hilma sedang di rumah bapak. Apa sekalian kita datang ke sana agar mereka semua tahu kebejatan kamu." ucap Maya menantang Hendra.
Hendra yang mendengar ucapan Maya hanya diam. Jika dia datang ke rumah bapak mertuanya yang ada dia akan di minta ganti rugi atas apa yang di lakukan dirinya kepada Maya.
next Thor...