Sejak paham akan jati dirinya, Ringgo berontak dan menjadi 'liar' hingga 'Papa' terpaksa 'mengkarantina' dirinya hingga menjadi seorang perwira. Hatinya pernah patah karena kekasihnya mencintai Rudha, 'kakaknya sendiri'.
Kericuhan masih belum usai saat tanpa sengaja dua gadis hadir dalam hidup Letnan Ringgo dan Letnan Arre tanpa ada hati pada dua gadis malang tersebut. Kelakuan bengal mereka nyaris membuat dua wanita nyaris bunuh diri hingga mereka harus menanggung sesuatu atas keadaan.
Ujian Tuhan belum terhenti hingga petaka datang dan mengubah jalan hidup mereka melalui hadirnya Letnan Ribas.
Akankah hati mereka bersatu atau malah akan menjadi masalah pada akhirnya dan di saat yang sama, seorang wanita itu menggoyahkan perasaan para pria??
SKIP yang tidak tahan dengan KONFLIK. PENUH KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Menghadapi ujian.
"Jangan nangis???? Kalau memang mau nikah dengan saya, kenapa harus nangis?? Saya benci perempuan cengeng..!!!!!" Nada Bang Ringgo setengah meninggi saat dirinya mengajak calon istrinya itu di ruang VVIP cafe untuk makan siang.
Niken begitu kesal mendengarnya, sesegera mungkin Niken berdiri dan meninggalkan tempat.
"Duduk..!!" Kata Bang Ringgo.
Niken tidak mendengarnya sampai akhirnya Bang Ringgo menarik tangan Niken. Gadis cantik itu pun memutar pergelangan tangannya.
Genggaman tangan Bang Ringgo begitu kuat, tatapan matanya pun tajam menusuk. "Saya calon suami kamu..!! Bisakah kamu lebih menurut apa kata saya??"
"Masih calon, belum suami. Sekarang apa bedanya Om dan Bang Nando kalau akhirnya tetap tidak bisa membuat Niken nyaman." Kata Niken.
"Kamu jangan coba samakan saya dengan Nando..!!!!!" Bentak Bang Ringgo.
"Baaang.. kalem lah sedikit. Jangan terus membuat Niken takut..!!" Tegur Bang Arre yang saat ini sudah menyuapi Dara. Jika biasanya Bang Ringgo yang lebih banyak menyuapi Dara, kini dirinya sendiri yang melakukannya.
"Mau kalem bagaimana??? Niken berontak terus.." Jawab Bang Ringgo masih dengan nada tinggi.
"Kita bicara sama perempuan lho Bang, calon istri. Kurangi lah nada suaramu seperti bicara dengan ajudanmu, Bang..!!" Bang Arre pun mengingat 'Abangnya' yang sebenarnya sama kakunya seperti dirinya. "Kamu juga, Niken..!! Bang Ringgo tidak pernah bermaksud kasar dengan perempuan. Pegangan kami senjata, bukan adonan tepung, interaksi kami lebih banyak dengan para pria. Maaf kalau kami kasar..!!"
Bang Ringgo pun tersadar, ia melonggarkan genggaman tangannya. Dara ikut menarik tangan Niken agar segera duduk.
"Percayalah, aku tau betul siapa Abangku." Bujuk Dara.
Akhirnya Niken bersedia untuk duduk di samping Bang Ringgo. Disaat yang sama, Bang Ringgo melihat pergelangan tangan Niken yang memerah, mungkin genggaman tangannya tadi terlalu kencang. Bang Ringgo berniat menyentuhnya tapi Niken menunduk dan menarik tangannya. Terlihat titik air matanya menetes.
"Saya tidak pernah ingin menyakiti kamu, saya minta maaf..!!" Ucap Bang Ringgo.
Niken memalingkan wajahnya, Bang Ringgo memberikan segelas air agar Niken bisa lebih tenang.
Meskipun Niken tidak menatapnya, Bang Ringgo tetap mengangsurkan gelas tersebut ke bibir Niken. Mau tidak mau Niken pun meneguknya.
Setelah Niken lebih tenang, Bang Ringgo mengeluarkan amplop berwarna coklat dari saku celananya. "Saya kembalikan uangmu..!!"
Niken sekedar meliriknya. Segala rasa berputar bergantian dalam pikiran dan perasaannya.
Karena Niken tak segera mengambil uangnya, Bang Ringgo meletakan amplop tersebut di atas pangkuan Niken.
"Persoalan saya sudah beres. Ambil kembali uangnya. Terima kasih kemarin sudah membantu saya." Kata Bang Ringgo.
Bang Arre dan Dara hanya melihatnya saja. Mereka berdua tidak ingin ikut campur dengan apa yang telah terjadi di antara Bang Ringgo dan Niken.
...
Bang Arre dan Dara sudah pergi 'mendahului'.
Kini Bang Ringgo mengantar Niken untuk pulang ke rumah dan berniat bertemu dengan Pak Ahlam di hari esok.
Tak ada kata terucap, semua nampak datar saja hingga Bang Ringgo tidak melihat punggung Niken. Bang Ringgo pun beranjak dari posisinya.
"Ampuuuuuuunnn...!!!!!"
plaaaaaakk..
Mendengar suara keras dari dalam rumah, Bang Ringgo segera berlari untuk melihat situasi dan disana Niken sudah melihat Mona mencambuk Niken.
"Astaghfirullah.. Mona??? Kenapa kamu menyakiti adikmu??????"
"Aku menyakiti adik ku???? Kapan aku menyakitinya?? Bahkan meskipun aku menghancurkan tulangnya, dia sudah menyakiti aku, menyakiti hatiku dan keluargaku..!!!" Teriak Mona.
"Sinting..!!!!" Bang Ringgo segera mengangkat dan membawa Niken kembali ke mobilnya.
"Dia membunuh ibuku. Kalau dia tidak lahir ke dunia, ibuku masih ada. Dia pembawa sial..!!! Sekarang Abang pun memilih dia, aku kurang apa, Bang?????" Pekik Mona.
"Kamu bukan hanya tidak ada kurangnya, tapi memang sudah gila." Jawab Bang Ringgo kemudian menutup pintu mobilnya dan segera melaju menuju rumah kontrakannya.
...
Bang Ringgo kebingungan bagaimana mengobati luka Niken. Ia hanya bisa mengobati sekitar lengannya namun tidak bisa mengobati punggungnya. Jelas pasti punggung Niken terluka sebab pakaian Niken terlihat sedikit sobek.
Niken hanya meringkuk dengan tatapan kosong. Bahkan Bang Ringgo begitu penuh perjuangan untuk mendekati Niken.
"Saya obati, ndhuk..!!" Kata Bang Ringgo lebih lembut.
Niken menolaknya dan semakin meringkuk. Bang Ringgo pun mengambil ponselnya.
"Ya.. ada pancaran, Go????"
"Siap.. ijin Pak...................."
***
Bang Ringgo menutup pintu rumah kontrakan setelah urusannya selesai. Ia kembali ke kamar dan melihat Niken sudah tidur.
"Pantas kamu seperti ini, ternyata kisah hidupmu juga sangat menyakitkan."
Bang Ringgo membuka selimut lalu mengoleskan salep di atas luka Niken. Setelah selesai, ia menutupi tubuh Niken dengan selimut.
"Selamat tidur, ndhuk..!!"
...
Bang Arre usai melakukan koordinasi tentang pekerjaan dengan Bang Rudha. Ia melihat Bang Ringgo menuju kantin
"Kusut amat wajahmu. Nggak tidur??" Tegur Bang Arre.
Bang Ringgo menggeleng kemudian menghisap rokoknya dalam-dalam.
"Sudah beres semua??" Tanya Bang Arre.
"Sudah." Jawab Bang Ringgo.
Bang Arre mengangguk kemudian tersenyum tipis. "Aku juga sudah."
Bang Ringgo memilih duduk di bangku taman. Kurang tidur nyatanya membuat tubuhnya cukup lelah apalagi belakangan ini begitu banyak kegiatan sekaligus dengan permasalahannya.
"Resepsinya kapan??" Bang Ringgo balik bertanya.
"Tak tau Bang. Belum terpikirkan, dua gadis kecil itu bebas perkara saja aku sudah tenang." Jawab Bang Arre kemudian mengambil rokoknya juga. "Ada info terbaru atau tidak, Bang?"
"Mereka bergerak mencari Niken dan Dara. Kita harus berhati-hati..!!" Kata Bang Ringgo.
Tak lama ada panggilan telepon masuk ke ponsel Bang Ringgo. Kening Bang Ringgo berkerut melihat nama pemanggilnya.
"Iya, Laras..!! Ada apa?"
"Mohon maaf mengganggu waktu bapak. Bisakah saya minta bantuan?" Tanya di seberang sana.
.
.
.
.
eehh kenapa tuh si Mona marah² masih ga terima Niken nikah ma Ribas?? dlu Mona mau dijodohkan ma siapa y Ribas apa Ringgo
sempat juga bayi tabung th 2016 meskipun gagal 😅
Alhamdulillah anak saya sekarang sudah 6 th, lahir di pernikahan ke 12th