(Alur luar negeri ya)
Seorang veteran perang ditugaskan melindungi pengusaha sukses di Milan, Italia. Dia pun langsung terlibat konflik dengan sekelompok mafia yang mengincar keluarga pengusaha tersebut.
Jangan lupa subsribe dan berikan ulasan bintang lima😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Luc mendengus kesal seraya menatap tajam pria yang baru memasuki rumahnya. "Baru 2 hari bekerja kau sudah seenakmu sendiri!" sindir Luc dengan nada sengit.
"Luc!" Lily menegur putrinya agar berbicara sopan pada Arion yang usianya jauh lebih tua.
Luc tidak mendengarkan teguran ibunya, ia langsung beranjak berdiri keluar dari rumah mewahnya dengan perasaan kesal luar biasa. Ia sudah menunggu sangat lama bahkan sampai telat berangkat ke kantor.
Arion menghembuskan nafas kasar lalu segera mengikuti langkah nona muda.
"Aku bisa sendiri!" bentak Luc pada Arion saat pria tersebut ingin membukakan pintu mobil untuknya.
Arion menarik tangannya lagi yang akan membukakan pintu mobil, bersamaan dengan memundurkan langkah, menjaga jarak dari Luc.
Luc mendengus seraya memalingkan wajahnya dengan jengkel dari pria tersebut. Ia membuka pintu mobil itu dengan kasar, kemudian memasuki mobilnya itu dengan kesal juga, tapi karena ia tidak berhati-hati salah satu lututnya membentur mobil hingga membuatnya menjerit kesakitan dan tubuhnya terhuyung sebelum akhirnya terjatuh.
BRUK!!!
"Arghhhh!" Luc memekik sambil memegangi pinggangnya, lalu beralih memegang lututnya yang terasa sakit luar biasa.
Arion tetap berdiri di tempatmya dengan jarak lumayan jauh dari nona muda, ia sama sekali tidak menolong Luc.
"Kenapa kau tidak menolongku? Dasar bodyguard sialan!" umpat Luc seraya mendongak menatap Arion yang bereskpresi datar, dingin, dan tidak merasa kasihan padanya.
Bodyguard tak berguna! maki Luc di dalam hati.
"Jika aku menolong Nona, maka aku melanggar peraturan yang sudah ditetapkan!" jawab Arion datar seraya menatap Luc yang sedang berusaha bangkit sendiri.
Luc sudah berdiri lagi. Salah satu tanganya memegang pinggangnya, tangan satunya lagi berpegangan pada pintu mobil sambil menatap tajam pria tua itu. "Cih, alasan! Bilang saja kalau kau ingin membalaskan dendam padaku!" sewot Luc, lalu masuk dan duduk di dalam mobilnya.
Lagi-Lagi Arion membuang nafas kasar, ia harus menyiapkan kesabaran serta mental yang sangat kuat untuk menghadapi nona muda ini. Arion menutup pintu mobil dengan pelan, dan hati-hati lalu berjalan mengitari mobil dan duduk di balik kemudi karena Terra--sopir pribadi Luc hari ini cuti.
Tanpa banyak kata, Arion langsung mengendarai mobil tersebut menuju perusahaan .
Luc terus menggerutu sambil mengusap lututnya yang terasa sakit. Luc menyibakkan dress-nya dan melihat kondisi lututnya.
"Astaga! Pantas saja sangat sakit, ternyata memar," kesal Luc seraya berdecak berulang kali. "Sayang-Sayangku, kulitku yang mulus dan lembut, selembut sutra, kalian harus bersabar, aku akan merawat kalian lagi dengan penuh cinta." Luc berucap sembari mengusap lututnya berulang kali. Ia sangat sedih dan juga kesal, bagaimana tidak jika seluruh tubuhnya yang selama ini di rawat dengan biaya sangat mahal mengalami memar seperti ini.
Arion melirik kaca spion tengah, menatap paha mulus milik Luc yang terpampang sempurna, ia juga bisa melihat luka memar itu, tapi ia segera kembali fokus pada jalanan di depan sana saat Luc berbicara padanya.
"Heh!!! Antar aku ke klinik kecantikan di jalan X," titah Luc masih dengan suara naik 1 oktaf saat berbicara dengan Arion.
"Baik!" Arion menjawab tegas, lalu memutar balik mobil tersebut menuju klinik kecantikan yang dituju.
Sampai di klinik kecantikan. Luc memberi perintah pada Arion agar tetap menunggunya di dalam mobil.
"Tetap tunggu di sini, dan jangan pergi ke mana pun!" Luc memberikan ultimatum pada Arion.
Arion mengangguk, tanpa mengatakan apa pun lagi pada Luc.
Luc mencebikkan bibirnya seraya mendumel, "dasar manusia batu!"
"Aku akan tetap bersama Mommy, tapi lepaskan Daddy," ucap Vittoria pada ibunya yang saat ini berada di dalam kamarnya.
Vicky mendekati putrinya yang duduk di kursi roda, lalu ia memeluk Vittoria dengan erat. "Kenapa kamu berkata seperti itu, Sayang. Seolah Mommy adalah orang yang jahat bagimu," ucap Vicky seraya melepaskan pelukan tersebut.
"Aku kecewa dengan Mommy!" Vittoria berkata jujur pada ibunya.
"Maaf jika telah mengecewakanmu. Tapi, apakah kau bisa tidak ikut campur masalah Mom and Dad?," ucap Vicky pada putri kesayangannya.
"Aku sangat menyayangi Daddy. Aku ingin dia bahagia, tidak terus-terusan menderita seperti ini," jawaban Vittoria bagaikan cambukan keras yang mengenai tubuh Vicky.
"Ini sudah menjadi pilihan kami untuk berpisah, Viit. Jadi Mommy harap kau menerima semua ini," jelas Vicky dengan suara bergetar menahan tangis dan kesedihannya.
"Iya, tentu aku menerimanya. Daddy sudah menderita karena kondisiku yang tak sempurna, dan aku tidak akan membiarkan penderitaan Daddy bertambah karena ulah Mommy!" balas Vittoria sangat tajam dan penuh kekecewaan. Kedua matanya berkaca-kaca, dan tak berselang lama air matanya terjatuh dan membasahi pipinya.
"Vittoria! Siapa yang mengajarimu berkata tidak sopan seperti ini!!!" bentak Vicky seraya menatap tajam putrinya.
"Hanya mendengar perkataanku saja sudah membuatmu sakit hati, Mom? Lalu apakah Mommy tidak pernah memikirkan betapa hancurnya perasaan Daddy saat mengetahuimu berselingkuh dengan pria lain? Dan lebih parahnya kau membawa pria itu ke sini!" balas Vittoria meluapkan segala lara dan emosinya yang sudah tak mampu ia pendam lagi. Vittoria berteriak keras lalu mengusap wajahnya dengan kasar lalu menangis histeris.
Vicky menundukkan kepala, seraya mengusap air matanya yang mengalir tanpa diminta, namun ia sama sekali tidak menyesal atas perbuatannya yang telah berselingkuh dari suaminya.