selingkuhan suamiku merampok semua hartaku dan papaku, suamiku berubah saat bertemu wanita iblis bernama Syifa, aku tidak menyangka perubahan sikap yang ditunjukkan oleh suamiku karena pengaruh guna-guna wanita iblis bernama Syifa itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
richar e usir dari rumah orang tuanya
"Andre, kumohon, jangan lakukan ini!" Suara istri Andre bergetar, mencerminkan kecemasan dan kesedihan yang mendalam. "Richard anakmu! Dia membutuhkanmu!"
Andre menatap istrinya dengan tatapan dingin dan tanpa ampun. "Sudah kuputuskan," ujarnya, suaranya tegas dan datar, tanpa sedikitpun emosi. "Dia harus pergi dari rumah ini, sekarang juga."
"Tapi Andre..." istrinya mencoba berbicara lagi, namun Andre menghentikannya dengan gerakan tangan yang kasar.
"Tidak ada tapi-tapian!" bentak Andre. "Aku sudah mengatakan kepadamu, aku tidak mau lagi melihat wajahnya di rumah ini!"
"Tapi Andre, dia anakmu!" istrinya menangis, suaranya bergetar karena kesedihan. "Kau tidak bisa mengusirnya begitu saja. Dia membutuhkanmu!"
"Aku tidak peduli!" bentak Andre lagi. "Aku tidak mau lagi berurusan dengannya. Aku ingin dia pergi sekarang juga!"
"Tapi Andre, kau tidak bisa mencabut semua fasilitas yang kau berikan padanya!" istrinya menangis lagi. "Dia anakmu! Kau tidak bisa meninggalkannya begitu saja!"
"Itu bukan urusan ku!" jawab Andre dengan dingin. "Dia sudah dewasa. Dia harus bisa mencari jalan hidupnya sendiri. Aku tidak mau lagi berurusan dengannya."
"Andre, kumohon, jangan lakukan ini!" istrinya menangis sejadi-jadinya. "Dia anakmu! Kau tidak bisa mengusirnya begitu saja!"
Andre berbalik dan meninggalkan istrinya yang terduduk lesu di lantai. Ia melangkah dengan langkah pasti, meninggalkan istrinya yang terisak tangis. Andre telah menetapkan keputusannya, dan tidak ada yang bisa mengubahnya. Richard harus pergi, tanpa sedikitpun rasa kasihan dari Andre. Andre telah menunjukkan sikap tegasnya, dan ia tidak akan menyesal atas keputusannya. Namun, di balik keputusan tegas itu, tersembunyi rasa sakit dan kekecewaan yang mendalam. Andre mencoba untuk menutupi rasa sakit itu dengan kemarahan dan kekejaman. Ia mencoba untuk meyakinkan diri bahwa ia melakukan hal yang benar. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan besar. Ia telah mengusir anaknya sendiri, dan ia tidak akan pernah bisa mengembalikan waktu yang telah hilang.
"Kau tidak berhak melakukan ini padaku!" Richard berteriak, suaranya bergetar karena kemarahan dan kekecewaan. "Aku anakmu! Kau tidak bisa mengusirku begitu saja!"
Andre menatap Richard dengan tatapan dingin dan tanpa ampun. "Aku sudah mengatakannya," ujarnya, suaranya tegas dan datar, tanpa sedikitpun emosi. "Kau harus pergi dari rumah ini, sekarang juga."
"Kau tidak peduli padaku!" Richard berteriak lagi. "Kau hanya peduli pada dirimu sendiri! Kau tidak pernah menyayangiku!"
"Sudahlah, Richard," kata Andre, suaranya masih tetap dingin. "Kau sudah dewasa. Kau harus bisa mencari jalan hidupmu sendiri."
"Kau mengusirku dari rumah!" Richard berteriak lagi. "Kau mencabut semua fasilitas yang kau berikan padaku! Kau ingin aku mati di jalanan!"
"Aku tidak ingin kau mati," jawab Andre, suaranya sedikit melunak. "Aku hanya ingin kau belajar dari kesalahanmu."
"Kesalahan apa?" Richard menertawai kata-kata ayahnya itu. "Kau yang selalu membuatku merasa tidak berharga. Kau yang selalu menekan aku untuk berhasil. Kau yang selalu menilai aku dengan standar yang tinggi."
"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu," jawab Andre. "Aku ingin kau menjadi orang yang sukses."
"Kau tidak pernah menanyakan apa yang aku inginkan!" Richard menangis terisak. "Kau hanya peduli pada dirimu sendiri! Kau tidak pernah menyayangiku!"
Richard menyerbu ke arah Andre dan menonjok dada ayahnya itu. Andre terhuyung ke belakang, terkejut oleh aksi Richard. Richard menatap ayahnya dengan tatapan yang penuh kemarahan dan kebencian.
"Aku benci padamu!" Richard berteriak. "Aku benci padamu karena kau tidak pernah menyayangiku! Aku benci padamu karena kau mengusirku dari rumah! Aku benci padamu karena kau merampas semua yang kumiliki!"
Richard berlari keluar dari rumah itu, meninggalkan Andre yang terpaku di tempatnya. Andre menatap pintu yang terbanting keras itu, merasakan rasa sakit yang mendalam di hatinya. Ia telah mengusir anaknya sendiri, dan ia telah melukai hati anaknya itu dengan kejam.
Richard berjalan di jalan tanpa tujuan. Ia merasa kehilangan segalanya. Ia telah kehilangan Alice, ia telah kehilangan ayahnya, dan ia telah kehilangan semua yang dimilikinya. Ia menaruh dendam yang mendalam pada ayahnya itu, dan ia bertekad untuk membalas perbuatan ayahnya itu.