Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
2024...
Lamunanku terhenti ketika kenangan-kenangan 5 tahun lalu hadir tanpa permisi, senyumku perlahan memudar. Mengapa, bertahun tahun aku berusaha melupakan semuanya sekelebat kenangan itu selalu muncul. Sosok Ethan begitu melekat dalam jiwa hingga aku tidak pernah bisa melupakannya. Aku meremas perlahan dadaku, luka itu ternyata masih bersarang disana. Mimpi indah dan buruk, seolah bersekongkol untuk menyerang kewarasanku.
Kembali, aku berjibaku dengan segala rutinitas yang melelahkan. Nyatanya, hari esok dan seterusnya adalah sesuatu yang indah untuk harus tetap dilalui. Jalan terjal itu menuntutku untuk tetap berjalan kokoh melaluinya. Aku menatap nyalang terik matahari diatas sana, menandakan bahwa ia begitu siap menyorot manusia-manusia dibawahnya. Hari ini adalah hari pertama aku bekerja pada perusahaan terkemuka yang ada dikota Surabaya. Setelah lulus kuliah, aku memutuskan untuk kembali ke kota kecilku ini. Aku memasuki salah satu gedung tinggi didepanku ini dengan riang, berharap jika perusahaan ini tidak sama dengan tempat kerja ku sebelumnya.
"Uhm, permisi Mbak. Saya mau bertemu dengan Ibu Ratna" tanyaku pada resepsionis.
"Mbak Anessa ya?" aku mengangguk mantap.
"Silahkan Mbak sudah ditunggu ibu diruangannya, ada di lantai 3 sebelah lift pas ya" ujar mbak mbak resepsionis dengan senyum manisnya.
"Terimakasih ya Mbak, Li o na" lalu aku tersenyum setelah mengeja name tag yang terpasang pada bajunya.
Aku melenggang pergi untuk menemui Ratna di ruangannya. Betul, memang Ratna yang merekomendasikan aku untuk bekerja disini. Tanpa bantuannya aku tidak bisa memasuki perusahaan terkemuka ini. Aku mengetuk pintu ruangan Ratna dan terdengar sahutan dari dalam.
"Selamat siang Ibu HRD yang terhormat" sapaku padanya dengan nada menggoda.
"Apaan si lo, biasa aja kali" sahutnya dengan raut wajah judes.
"Kenapa deh pagi pagi udah pengen makan orang aja"
"Diem deh lo, lo tau gak sih CEO kita yang baru tuh hari ini udah mulai masuk dan gue baru tau pagi tadi" sahutnya berapi api.
"Lah emangnya kenapa? Ada masalah?"
"Gila lo, bisa dipites si Samsul gue. Harusnya tuh gue nyerahin laporan daftar pegawai ke si CEO baru itu"
"Harus hari ini banget emang ya?" Kemudian Ratna memelototiku.
"Desas desusnya sih, beliau ini perfeksionis banget jadi gue agak riskan. Ness bantuin gue dong"
Kemudian Ratna memberiku setumpuk berkas, aku melotot. Pasalnya ada 5 tumpuk map dengan ketebalan yang sama.
"Gila lo, segini banyaknya harus gue foto copy ulang?" Ratna mengangguk mantap lalu bersimpuh didepanku sambil menautkan jari.
"Gue mohon, Ness" ujarnya sambil terus memelas padaku.
"Yaudah deh" sahutku dengan lesu.
"Lo juga ya yang anterin ke ruangannya, gue mau ke ruangan si Samsul. Masih banyak yang harus gue kerjain" kemudian dia mengeloyor pergi dan membiarkan aku terbengong bengong sendirian.
"Sialan, ini sih namanya gue yang di kerjain"
Aku menatap mesin foto copy ini dengan seksama, memastikan data data tersebut tidak luput dari pandanganku. Maklum, hari pertama kerja jadi harus ekstra hati-hati. Tak terasa jam menunjukkan pukul 11 siang, dimana jam istirahat akan dimulai. Untungnya, pekerjaanku telah selesai tinggal mengantarnya saja pada bos.
Aku celingukan bertanya-tanya, dimana ruangan Pak Anton CEO baru itu, lalu tiba tiba saja seorang laki laki hitam manis menghampiriku.
"Sepertinya kamu karyawan baru ya?" tanya nya dengan senyum kecil
"Iya, eh ini aku mau mengantar berkas ini ke ruangan Pak Anton" jawabku dengan nada tidak enak.
"Ada di lantai 10, ruangan paling ujung. Namaku Beni" jawabnya sembari meodongkan tangan. Tampan sih, tapi bukan seleraku.
"Namaku Anessa, terimakasih ya. Aku pergi dulu" aku tersenyum simpul dan melenggang pergi.
Jantungku tiba tiba berdebar kencang, sesekali aku mengelus dadaku. Setibanya aku didepan pintu ruangan bos lalu mengetuknya debaran jantungku semakin tidak karuan. Seseorang mempersilahkan masuk, ternyata hanya ada sekretarisnya saja di ruangan ini. Lalu aku memberi berkas berkas tersebut pada lelaki tinggi semapai tersebut.
"Kamu Anessa Kirana kan?" aku mengernyitkan dahi menatap bingung pada laki laki tersebut.
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" ujarku ragu padanya.
"Tentu, akhirnya" tiba tiba dia menghela nafas lega lalu tersenyum penuh arti.
"uhm aku pergi dulu ya, sudah waktunya istirahat"
"Tunggu" lalu aku melenggang pergi dengan tergopoh gopoh karena merasa tidak nyaman dengan situasi tersebut.
Siapa ya? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Tapi dimana?
aku terus berusaha mengingatnya tapi nihil, aku benar benar merasa tidak pernah bertemu dengan dia sebelumnya. Lalu aku memutuskan untuk menelepon Ratna dan mengajaknya istirahat bersama.
Siang ini suasana kantin sangat ramai, aku dan Ratna memilih melipir dipojok dekat pintu masuk.
"Gimana? Udah ketemu CEO baru kita belum?" aku menggeleng sembari menyantap roti yang telah ku beli tadi.
"Hanya ada sekretarisnya aja. Eh tapi aneh deh Rat, tadi sekretarisnya Pak Anton dia manggil nama gue, nama lengkap"
"Hah, emang kalian udah pernah ketemu sebelumnya?" aku menggeleng
"Aneh banget ya, gue tinggalin dia gitu aja tadi. Takut banget gue di apa apain"
"Yee itu mah otak lo aja" sahut Ratna dan menoyor keras kepalaku.
...****************...
"Anessa Kirana" tiba tiba lelaki itu menghentikan aktivitasnya membolak balik berkas. Kemudian mempersilahkan lelaki sebaya yang ada dihadapanya untuk melanjutkan perkataanya.
"Sudah 5 Tahun, dan sekarang dia ada disini"
"Benarkah?"
"Gue serius, untuk kali ini gue ga akan biarin lo kehilangan dia lagi" sepeninggal temannya yang merangkap sebagai sekretaris, lelaki itu menatap nyalang langit langit ruangan dan menghela napas lega.
"Akhirnya" ujarnya dengan senyum tipis akhirnya aku menemukanmu batinnya dalam hati.
...****************...
"Ness, lo dipanggil tuh ke ruangan Pak Anton" ujar Ratna sembari menutup telepon.
"Hah ada apaan"
"Ya mana gue tau, perkara berkas tadi kali ada yang salah"
"iya kali ya? Yaudah deh gue kesana dulu" ujarku dan bergegas pergi. Aneh, setiap kali aku menuju ruangan boss kenapa jantungku berdebar kencang sekali. Lagi pula, aku merasa berkas berkas yang aku kerjakan tadi tidak ada yang salah, lalu kenapa memanggilku.
Setibanya didepan ruangan bos, aku disambut baik dengan sekretaris laki laki itu. Dia terus menatapku dengan pandangan yang sulit aku artikan.
"Permisi, apa Bapak mencari saya?" aku menatap punggung tegap laki laki dihadapanku ini, orang ini tidak sopan sekali.
"Kamu yang mengirim berkas itu?" tunjuknya pada berkas yang aku berikan tadi siang.
"Iya, Pak. Apa masih ada yang kurang?"
"Tidak" aku mengernyitkan dahi bingung, lalu kenapa dia memanggilku kesini.
"Apa kabar Sweet Cake"
Aku diam terpaku, menyaksikkan siapa lelaki yang ada dihadapanku saat ini. Ethan Antonio..
Seketika aku limbung, sekujur badanku bergetar hebat, dadaku sakit sekali dan semuanya menjadi gelap.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/