Saat aku ingin mengejar mimpi, berdiri dalam kesendirian pada ruang kosong yang gelap,tidak hanya kegelapan, dinginpun kian lama menyelimuti kekosongan itu. Perlahan namun pasti, kegelapan itu menembus ulu hati hingga menyatu dengan jiwa liar yang haus akan kepuasan. Jangan pernah hidup sepertiku, karena rasanya pahit sekali. Hambar namun menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cevineine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Bulu kuduk ku meremang, merasakan tatapan tajam yang ia arahkan terhadapku. Membuatku bergerak tidak nyaman saja lelaki ini. Huft. Aku terus menatap layar ponsel tanpa menghiraukan Ethan yang masih menatapku. Namun ini membuatku penasaran, jika memang ia tak menginginkanku, lalu mengapa tak ia ceraikan saja aku dari dulu? Aku melirik jengah padanya.
"Bisa bisa matamu copot kalau melihatku seperti itu terus" ketusku terhadapnya.
"Kapan kamu pulang?" aku mengendikkan bahu cuek.
Dia menatap sebal kearahku, lalu aku meliriknya sekilas kemudian kembali menatap layar ponsel. Kau fikir aku akan luluh begitu saja terhadapmu huh? Tidak semudah itu ya wahai buaya darat. Dasar keparat. Umpatku dalam hati.
"Profesor sudah bilang padaku jika kamu sudah bisa pulang sore ini" aku tetap tidak bergeming.
"Lalu mengapa kamu tanya padaku kalau sudah tahu?"
"Kamu pulang kerumahku!!" serunya dengan tegas. Aku menggeleng keras, enak aja. Kalau aku pulang kerumahnya terlihat sekali dong kalau aku masih kecintaan terhadapnya.
"Tidak, ada banyak orang dirumahku. Aku tidak mungkin memboyong semuanya kan?" sanggahku.
"Kamu fikir aku tidak bisa memboyong mereka semua?"
"Tidak. Aku. Tidak. Mau!!" sahutku dengan nada penekanan disetiap kata.
"Apa kamu akan tinggal bersama lelaki itu?" aku mengangguk cuek. Lalu ia berdecak kesal ke arahku.
"Lihat saja nanti" lalu ia melengos dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.
"Atur semuanya, hari ini Anessa harus pulang bersamaku" aku melotot mendengar percakapannya dengan seorang diujung telepon. Apa? Mau apa dia?
"Apa kamu tidak puas dengan penderitaanku selama ini?" jawabku sinis. "Apa selama ini kehadiranku hanya sebagai sampahmu saja?"
"Apa maksudmu!!" tanya nya dengan penuh emosi.
"Sudahlah, jika topik ini hanya berakhir dengan pertengkaran, tidak usah dilanjutkan. Fikirkan kesehatanmu" serunya dengan wajah memerah menahan emosi. Aku memalingkan muka kesegala arah agar air mataku tidak menetes. Jujur saja, topik tentang nasibku selalu berakhir membuat menangis pilu. Suasana didalam ruangan ini menegang, hanya ada hembusan nafas antara kami berdua.
Tak lama, pintu terbuka dan memunculkan Keeynan dan Raymond yang sudah kembali. Menyadari jika ada sesuatu yang terjadi diantara kami, Raymond segera membawa keluar Keeynan.
GREP. Tiba tiba Ethan menggenggam tanganku, aku yang ditatapanya seperti ini menjadi tidak nyaman. Baru 5 menit lalu rasanya ia ingin menerkamku hidup hidup, lalu mengapa sekarang bertingkah aneh seperti ini.
"Aku minta maaf atas semuanya kepadamu" ujarnya padaku dengan nada rendah dan suara lembut. Aku yang tidak siap dengan situasi seperti ini menjadi bingung. Apa ia mencoba merayu kembali agar aku mau pulang kerumahnya?
Lalu aku menarik paksa tanganku dari genggamannya.
"Jangan seperti ini, tidak enak jika ada yanh melihat"
"Apa kamu masih memikirkan lelaki itu?"
"Tidak"
"Lalu mengapa?"
"Aku sudah bukan isterimu, jadi aku tidak berhak untuk pulang ke rumahmu"
"Kamu masih isteriku yang sah dimata agama dan negara. Aku tidak pernah ingin menceraikanmu, Anessa" sahutnya dengan lembut.
"Kalau begitu ceraikan aku"
"Tidak! Jika masih kamu bahas topik perceraian ini, aku akan menciummu disini. Biarkan semua orang tahu jika kamu milikku" serunya tak mau kalah. Membayangkan saja aku malu sendiri. dasar laki-laki gila.
Kemudain Raymond dan Keeynan masuk kembali. Aku menatapnya curiga, apa jangan-jangan ia mendengarkan semua percakapan antara kami. Merasa ditatap seperti itu, Raymond menggelengkan kepala cepat cepat.
...****************...
Selama ini mungkin aku selalu membohongi orang-orang disekitarku jika aku baik baik saja. Namun nyatanya tidak seperti itu. Aku berusaha kuat karena anakku masih membutuhkanku. Aku ingin anakku melihat jika ibunya adalah sosok wanita yang kuat. Walaupun seringkali aku masih menangis pilu.
Sore ini aku sudah diperbolehkan oleh Dokter pulang, mengetahui jika Raymond akan pulang bersamaku, Ethan menahannya. Justru Raymond ingin sekali menggoda lelaki itu agar ia cemburu terus terusan kepadanya.
"Baby, nanti dirumah aku ingin kamu memasakkan ayam saos inggris kesukaanku itu" telingaku gatal mendengar Raymond menyebutku seperti itu. Sedangkan Ethan sudah melotot kearah kami. Dalam hati aku terkiki geli melihat tingkah laku dua pria dihadapanku ini.
"Siap" aku hanya menjawabnya alakadarnya.
"Kamu akan pulang bersamaku. Dirumah kita!" sahut Ethan tegas penuh penekanan.
Aku kembali mengepak pakaian kedalam tas, satu jam lagi aku sudah bisa keluar rumah sakit. Kuletakkan tasku disamping koper milik Raymond. Ethan yang mengetahui hal itu segera mengambil danembawa tasku.
DUK.
Kami tersentak, pasalnya Ethan dengan sengaja menendang koper milik Raymond. Aku yang melihat itu ingin sekali tertawa namum kutahan karena melihat Raymond yang sudah memelototi Ethan dengan tangan yang sudah betolak pinggang.
Mataku menyapu ke penjuru ruangan, sedari aku membereskan pakaian tadi aku tidak mendengan suara Keeynan. Biasanya ia berceloteh menceritakan hal random.
"Dia sudah dibawa oleh sopirku" sahut Ethan dengan santai. Aku menatap tajam padanya.
"Sudah aku bilang, aku tidak mau pulang kerumahmu" dengan marah aku keluar menyusul Keeynan. Aku muak dengan tingkahnya yang semakin seenaknya terhadapku. Bagaimanapun ia harus menghargai aku juga, dia yang berselingkuh mengapa aku yang harus tunduk kepadanya.
Setelah sampai di parkiran aku tidak mendapatii siapapun, hanya ada jejeran mobil yang terparkir rapi.
"Sudahlah sweet cake, pulanglah bersamaku"
"Aku tidak akan pulang bersamamu, aku muak melihat tingkahmu yang seperti ini" sahutku kemudian pergi. Raymond yang melihatku sudah ingin menangis, ia menghampiriku dan memelukku.
"Sudah ayo kita pulang saja, urusan Keeynan nanti aku yang akan mengurusnya. Tenanglah" bisik Raymond kepadaku. Aku mengangguk kemudian menggandengnya memasuki mobil.
BUKKK
Aku menjerit tertahan, melihat Raymond yang terjerembab karena pukulan keras dari Ethan. Aku berusaha menahan Ethan agar ia tidak membabi buta memukul Raymond seperti ini, bagaimanapun kami masih berada di kawasan rumah sakit.
PLAKKK
Aku menampar pipi Ethan, jika tidak ia akan kesetanan terus dan bisa bisa Raymond mati terbunuh ditangannya.
"KAU GILA?"aku berteriak didepan mukanya, ia mengerjap seolah olah tidak sadar jika ia telah berlaku seperti ini.
"AKU SUDAH BILANG PADAMU, AKU TIDAK MAU KEMBALI BERSAMAMU. AKU MAU KITA CERAI! CERAI! AKU SUDAH TIDAK TAHAN DENGAN SEMUA INI" aku menjerit dan menangis sesenggukan. Kemudian aku membantu Raymond berdiri dan memapahnya. Ethan masih terduduk kaku, raut wajahnya kaget ketika aku berteriak menyebut kata cerai.
Persetanan dengan semua, aku mau kita berpisah. Sudah sepantasnya kami memang berpisah dari dulu agar tidak berakhir semakin kacau.
...****************...
Setelah sampai dirumah, aku berteriak kepada semua orang yang ada didalam
"BI ARTIK, BIBI, MBAK ANA, PAK KUN" aku berteriak membabi buta sambil memapah Raymond yang sudah terkulai lemas. Pak Kun yang memang ada disamping taman dengan cepat lari menghampiriku.
"Waduh non ada apa ini kok den Raymond jadi seperti ini" seru Pak Kun membantuku memapah Raymond. Kemudian tak lama bi Artik dan Mbak Ana menghampiriku tergopoh gopoh. Kami meletakkan Raymond diatas sofa ruang tamu.
"Cepat ambilkan kotak obat"
Setelah kotak obat mendarat manis pada tanganku, aku dengan telaten membersihkan luka lukanya. Bahkan muka tampannya hampir tidak bisa ku kenali karena bengkak dan membiru.
"Gila suami lo Ness. AAWWW PELAN PELAN ANJIR"
"Bukan suami gue, lagian kenapa sih lo ga ngebales"
"Gue ga siap anjir, tiba tiba banget dia nyerangnya" sungutnya.
"Ntar kita periksa deh ke dokter, kasian gue liat muka lo bonyok begitu"
"Awas aja dia, gue bakalan bales anjir sakit nihh" aku semakin menekan luka lukanya karena dia dari tadi berisik sekali.
...****************...
penulisannya bagus..
/Smile//Smile/