Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengabulkan Keinginan Romeo
FLASHBACK ON
Bram menatap anaknya yang makan dengan lahap setelah Namira membuatkannya makanan, berapa hari ini memang Romeo sangat sulit makan, kalau malam badannya panas dan sering mengigau ingin pindah sekolah atau ngigau seakan sedang berbincang dengan Wulan, anak Namira.
"Enak makanannya sayang?" tanya Bram.
"Selalu enak papa, tapi aku sedih besok aku tidak bisa makan masakan mama Namira lagi"
"Sini, duduk di pangkuan papa" Ajak Bram
"Nanti papa minta mama Namira masakin Romeo tiap hari ya" bujuk Bram
"Papa, aku bosan sekolah gak ada Wulan. Di kelas aku disebut anak nakal, hanya Wulan yang gak pernah ngatain aku anak nakal, dan Wulan selalu membela aku di kelas. Aku mau berhenti sekolah!!" Keluh Romeo dengan wajah cemeberut
"Rom, ini sekolahmu yang ke tiga lho, masa baru kelas satu kamu sudah pindah empat kali sih"
"Pindahin aku sekolah bersama Wulan papa" Rengek Romeo
"Gak bisa Rom, om Tomo sudah cek sekolah Wulan, sekolahnya jelek dan fasilitasnya tidak memadai"
"Gak apa-apa Papa, aku mau pindah ke sekolah Wulan. Aku mogok makan dan gak mau berangkat sekolah kalau papa ga pindahin sekolah aku" Romeo turun dari pangkuan Bram dan tidur telungkup di sofa kantor papanya
"Rom, ayo berangkat sekolah" bujuk Bram
"Aku gak mau sekolah papa! Pindahin aku sekolah di tempat Wulan. Aku janji akan jadi anak baik di rumah mama Mira" Romeo masih saja tidak mau beranjak dari tidurnya
Bram tidak bisa tegas dan memarahi Romeo kalau sudah anak itu mode ngambek. Semakin di kerasi, Romeo akan semakin brutal dan parahnya sering mogok makan.
Bram menghembuskan nafas dengan kasar melihat kelakuan anaknya.
"Rom, sebentar lagi papa ada meeting. Ayo kita berangkat sekolah" Bram mengelus punggung kecil anaknya, namun terdengar suara dengkuran halus dari bibir anaknya yang tidur tengkurap. Akhirnya Bram membiarkan anaknya tidur dan dia berangkat ke ruang meeting.
Selama meeting pikirannya tidak fokus dengan obrolannya pada Romeo tadi.
"Bagaimana caranya agar Namira mau pindah ke wilayah sini lagi, aku tidak mungkin membiarkan Romeo sekolah di perkampungan seperti itu" gumamnya
"Kamu kenapa Bram, sejak di ruang meeting kamu terlihat melamun" Tanya Rendy, sahabat Bram
"Romeo lagi ngambek minta pindah sekolah ke Bekasi tempat Namira tinggal. Sementara sekolah di sana gak ada yang bagus, Ren. Dan kontrakan Namira sangat kecil, tidak mungkin juga aku titipkan Romeo di sana"
"Kamu bawa Namira ke sini, dan sekolahkan di sekolah Romeo, masalah selesai kan!"
"Masalahnya Namira itu istri orang bro!"
"Oppss..sorry! Tapi, Apa kamu yakin Marcel dan Namira sudah menikah? You know lah kehidupan Marcel, dia selalu punya wanita simpanan. Bisa jadi Namira hanya wanita simpanannya. Sebentar lagi juga bakalan dibuang lelaki itu seperti wanita lainnya, apalagi Bu Amanda tidak menyetujuinya" Rendy memberikan penilaian
"Entahlah, aku tidak pernah melihat Marcel semarah kemarin saat mencari Namira, sepertinya kali ini dia serius dengan wanita itu" Bram mengusap kasar wajahnya
"Rebut aja Namira sebelum lelaki itu bosan dan Namira dia dibuang seperti wanita yang selama ini jadi simpanannya, sensasi merebut istri orang itu luar biasa, bro. Memicu adrenalin daripada nerima wanita yang sudah dibuang gadunnya. Dan plusnya Romeo ada yang rawat" Rendy terus mempengaruhi sahabatnya itu.
Bram merenung, ada benarnya omongan Rendy, pikirnya. Terbukti beberapa hari setelah Namira pergi meninggalkan Marcel, lelaki itu jadi lebih agresif dan sampai mengerahkan anak buahnya untuk memantau di seputaran Bram. Hal yang tak pernah Marcel lakukan pada lawan bisnis dan lawan tandingnya di arena. Lelaki itu seringkali memberi perlawanan dengan cara halus dan mematikan, tidak agresif seperti sekarang. Bram merasa adrenalinya tertantang melawan Marcel.
"Saat ini aku memang belum memiliki perasaan apapun dengan Namira, semoga tidak akan pernah, cintaku hanya untuk Adelia. Tapi ini demi Romeo!" Gumamnya dalam hati.
FLASHBACK OFF
***
Krekeekk..krekeekk..krekeekk
Suara roda alat berat bergesekan dengan jalan yang tak rata semakin mendekati gang rumah Bu Bohay, kepanikan semakin melanda Namira karena tidak ada satu pun temennya yang bisa dia hubungi.
"Boa, Sela.. angkat dong teleponnya" Gumamnya dengan gelisah
"Mamaaa.." suara teriakan anak kecil di ujung gang membuat mata Namira yang sejak tadi menatap layar ponsel terangkat dan menatap ujung gang. Berlari sosok tubuh yang mungil menghampirinya, "Romeo..!!" gumamnya seraya menghampiri Romeo yang juga berlari mendekatinya.
"Sama siapa Romeo ke sini?" tanya Namira, seorang pria bertubuh tinggi tak lama nampak di ujung gang.
"Mau ada pembangunan apa Mira, banyak alat berat di lapangan" Ucap Bram seakan tidak tahu akan kejadian itu
"Rumah kontrakanku di gusur Bram" Keluh Namira dengan wajah sedih
"Kok bisa sih? Terus kamu mau pindah kemana?" Tanya Bram masih berpura-pura
"Ini aku lagi usaha telepon temenku, mau minta tumpangan sementara sampai aku dapat kontrakan" Fokus Namira kembali ke arah layar ponsel, menekan beberapa nomer telepon teman-temannya
"Apa aku tidak terlihat seperti temanmu Namira? Kenapa tidak tinggal di rumahku?" Tanya Bram dengan tegas
"Bram.. Tapii..."
"Tapi apa? Kamu tidak mempercayaiku, aku serius! Aku tidak omong basa basi, tinggallah di rumahku" Tegas Bram
"Iya mama tinggal di rumah aku" Rengek Romeo
"Ahh tidak Bram, kami akan merepotkanmu" Namira masih berusaha menelpon Rudy dan Sela. Tiba-tiba ponselnya di rampas Bram
"Mira aku serius, tinggallah di rumahku!! Ayo mana barang-barangmu. Perlukah aku pesan truk untuk membawa barang-barangmu"
"Bram tidak perlu, aku pun serius. Biar kami cari tempat tinggal dulu" Namira terus menolak
Dalam hati Bram sangat geram, sudah sejauh ini dia berusaha agar bisa mengabulkan keinginan anaknya (Romeo), Namira malah menolaknya mentah-mentah. Merasa usahanya akan menemui jalan buntu, Bram menarik Namira keluar dari gang. Lalu membawanya masuk ke dalam mobil.
"Kamu tunggu di sini, biar anak buahku memindahkan barang-barangmu, tidak perlu khawatir kamu akan aman tinggal bersamaku!"
Namira semakin panik, dia berusaha keluar dari mobil tapi Bram mengunci pintu mobilnya dengan remote dari luar. Sementara Bram terus berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon.
"Kenapa mama tidak mau tinggal dengan aku, aku sedih berjauhan dengan Wulan dan Ilyas" Namira menoleh ke arah Romeo yang sudah memerah wajahnya menahan tangis
"Romeo, bukan mama gak mau tinggal dengan Romeo. Mama gak mungkin numpang di rumah Romeo sayang"
"Rumah aku luas mam, mama bisa pilih kamar yang mana saja. Aku dan Wulan bisa berangkat sekolah bersama, selama gak ada Wulan aku gak punya teman. Aku mau berhenti sekolah dan pindah ke rumah mama" Romeo terus merajuk
"Romeo, ini tidak seperti membeli permen atau mainan ya sayang..kemauan Romeo kali ini belum bisa mama kabulkan" Bujuknya
"Mama ternyata jahat mau memisahkan aku dan temanku" Romeo memunggungi Namira
"Romy..." Namira helpless
Namira mengetuk kaca mobil agar Bram membukakan pintu mobil
"Barang-barangmu sudah di naikan ke mobil Van, kita jemput anak-anak di mana, Mir?" Ucapnya santai sambil masuk ke kursi kemudi
"Bram! Gak bisa kayak gini Bram. Turunin aku, aku belum ngomong sama Rudy. Kembalikan hape ku Bram!"
"Rudy sudah menunggumu di rumahku" Jawab Bram dingin, auranya seakan menahan kemarahan
Melihat wajah Bram yang tidak bisa terbantahkan membuat Namira ciut dan tidak berani protes lagi
"Di mana sekolah anak-anak?" Tanya Bram dengan wajah dinginnya
"Dua ratus meter lagi Bram, di pinggir jalan"
"Sekolah Wulan bagus gak mam" tanya Romeo ceria
"Tidak sebagus sekolah Romeo, tapi temen-temennya lebih banyak
"Bolehkah aku sekolah di sana mama?" tanya Romeo polos
"Eheemm..Romeo!" Suara Bram meninggi
"Tidak boleh sayang, di sana sekolah biasa bukan sekolah elit" Ucap Namira apa adanya sambil melirik Bram
"Nah itu sekolah Wulan" tunjuk Namira
"Kok sekolahnya jelek mam, ada lapangan basketnya gak mah?"
"Tentu saja tidak ada sayang, Romi mau ikut turun untuk jemput Wulan?" tanya Namira
"Iya aku mama" Romeo terlihat berbinar
Namira dan Romeo menemui kepala sekolah meminta ijin untuk kedua anaknya tidak dapat masuk sekolah sampai mendapatkan rumah baru.
***
Berkali-kali Deo menghela nafas sambil sesekali mengacak rambutnya yang sudah tertata rapih dengan pomad, hampir satu jam dia berdiri di depan pintu ruangan Marcel tapi sang Bigboss tidak mempersilahkannya masuk.
"Sedang apa kamu Deo?" suara lembut terdengar di samping Deo
"Hah?! ngagetin aja kamu Ren, tau-tau nongol di sini. Bigboss lagi bete takut gue mau masuk" Ucap Deo
"Payah kamu Deo" Reni langsung membuka pintu ruangan Marcel dan nyelonong masuk
"Hai, kenapa wajah Presdir kita cemberut seperti itu?" Ucap Reni sambil menaruh bokongnya di atas sofa
"Aku belum menemukannya Ren"
"Mira? Jangan khawatir dia pasti akan kembali padamu, marahnya cuma sebentar. Biarkan dulu dia marah nanti juga akan pulang sendiri. Percaya padaku, Cel! Dia Ballerina sejati Cel, sekalipun dia bersembunyi dia tidak akan lupa mendaftarkan dirinya untuk latihan di grup ballet. Nih lihat hasil kerjaku, ada nama Namira terdaftar sebagai murid baru di sanggar Luna" Reni melemparkan form pendaftaran Namira.
Wajah Marcel seketika berbinar, tangannya dengan cepat mengambil form pendaftaran tersebut dan melihat tulisan tangannya, "Iya ini Namira, di mana lokasi sanggar ini?"
"Bekasi Timur" Jawab Reni
"Sejauh itu dia menghindariku" bisik Marcel pelan
"Cih! Dia hanya ke Bekasi bukan ke Prancis!" Desis Reni kesal
...💃🩰💃🩰...