"hiks, hiks sakit sekali....
"sakiiiiit....sakiit...
Intan pindah dari kota setelah bercerai dari suami nya, dia meninggali rumah yang dulu milik adik Ibu nya dan rumah itu sudah lama di biarkan kosong sebab Adik nya Ibu Intan menghilang tak ada yang tahu rimba nya.
Namun ketenangan Intan tak bertahan lama, sebab setiap malam ada suara rintihan atau juga menangis di kamar yang paling belakang sekali membuat Intan tak kuat menghadapi nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Kuburan di bakar
Bila sejak tadi Suci hanya cemas karena takut Intan akan syok sebab kuburan Ibu nya ada di bagian paling belakang karena di kucilkan, sekarang kedua nya malah sama sama terperangah tidak percaya melihat pemandangan yang sangat menyakitkan hati siapa pun. Intan sampai jatuh ketanah dan menangis kencang melihat kuburan Ibu nya yang sudah sangat rusak parah, bukan cuma di taruh paling belakang saja melainkan di atas kuburan nya juga bekas di tumpuk dengan kayu kering lalu di bakar hingga nisan nya tampak gosong akibat di lahap api yang sangat besar, siapa yang sudah tega melakukan ini. memang di desa ini orang yang meninggal tidak wajar sangat lah di hina kan begini.
"Ya allah kenapa kuburan Ibuku begini? tega nya mereka membakar kuburan Ibu." pekik Intan histeris.
"Ayo kita bersihkan dulu ya." Suci menahan air mata nya.
Namun Intan sudah lemas tidak bisa bergerak sangking syok nya dengan kejadian yang sangat tidak duga ini, seharus nya bagian atas kuburan di tumbuhi rumput agar sang rumput berzikir untuk si mayit, tapi ini malah di bakar dengan tumpukan kayu yang sangat banyak. Intan menduga ini bukan satu atau dua kali saja melainkan berkali kali, karena di atas tanah gundukan itu ada banyak bekas arang yang sudah lapuk juga terkena siraman air hujan.
"Aku harus bertemu juru kunci makam ini, Ci." seru Intan.
"Mau ngapain? mereka tak akan peduli, ini kuburan paling belakang, Tan!" Suci tak mau di ajak.
"Tapi kan Ibu juga kasihan, masa kuburan nya di bakar begini." Intan sedih sekali.
"Sudah lah tidak usah mengurus yang lain dulu, ayo bersihkan saja ini." Suci ingin cepat karena dia merinding sekarang.
"Malang nya nasib mu, Bu!" Intan mengusap nisan yang gosong.
"Besok kalau sudah ada rezeki yang lebih, belikan saja kijing supaya lebih bersih dan tidak di tumpuk kayu lagi." nasihat Suci.
"Berapa harga nya kijing itu, Ci?" Intan memang tidak tahu.
"Dulu punya Bapak ku kalau ndak salah satu jutaan, tergantung model nya juga." jelas Suci.
Intan pun mengangguk bila harga segitu maka dia masih punya uang hasil penjualan emas putih kemarin, yang penting sekarang dia membersihkan saja dulu kuburan Bu Nisa yang sangat kotor dan juga penuh dengan tumpukan kayu.
Hati anak mana yang tidak remuk bila melihat kuburan sang Ibu menjadi rusak parah begini, sakit dan juga marah namun tidak tahu mau marah pada siapa, karena Intan pun tidak tahu siapa yang sudah menumpuk kayu di atas kuburan Ibu nya hingga membakar habis rumput dan juga nisan nya.
"Eh Suci, kamu kenapa di kuburan nya Bu Nisa?" Mbah Kuncen datang.
"Itu ada Intan anak nya Bu Nisa, Mbah." Suci menunjuk Intan yang sedang membuang kayu kepinggiran.
"Intaaan!"
Suci melambaikan tangan agar Intan datang mendekat karena tadi kata nya mau menemui juru kunci nya, kebetulan malah Mbah Kuncen yang datang menemui mereka di sini sehingga Intan bisa bertanya.
"Assalamualaikum, Mbah." sapa Intan sopan mencium tangan orang tua ini.
"Walaikum sallam, anak nya Bu Nisa to?" Mbah Kuncen menatap Intan.
"Iya saya anak nya, kebetulan Mbah ada di sini jadi saya mau nanya sekalian! kenapa kuburan Ibu saya kok di tumpuki kayu dan di bakar ya Mbah?" tanya Intan bergetar.
"Soal itu Mbah kurang tahu, pas malam itu memang ada kobaran api sehingga Mbah datang kesini. tapi orang itu langsung lari setelah Mbah datang, dan sampai sekarang pasti dia pelaku nya." jawab Mbah Kuncen.
"Pria atau wanita, Mbah?" Suci yang bertanya.
"Pria, postur tubuh nya besar tinggi dan kelihatan masih cukup muda lah." jelas Mbah Kuncen.
"Sampean enggak kenal ya?" Intan mengerut bingung.
"Tidak, seperti nya dia juga bukan orang sini karena wajah nya sangat asing." jawab Mbah Kuncen yang memang tidak kenal dengan orang itu.
Intan bingung karena dia sama sekali tidak kenal juga dengan orang itu, sebab setahu nya dia sama sekali tidak punya keluarga lain, Adik nya Bu Nisa cuma satu yaitu Arini yang saat ini kata nya sedang di luar negeri dan Intan juga sudah putus hubungan sama sekali tidak punya nomor ponsel nya.
"Siapa ya itu?" Suci nampak bingung juga.
"Pasti orang yang tidak suka dengan Ibu ku, sehingga Ibu ku mati pun masih saja di usik nya." lirih Intan.
"Yang sekarang bersihkan saja dulu, nanti malam bila ada waktu ayo datang kerumah Mbah dan ajak beberapa teman mu untuk melihat apa kah dia akan datang." ucap Mbah Kuncen.
Intan pun mengangguk paham dan dia juga setuju dengan ide nya Mbah Kuncen, siapa orang yang sudah mengusik keluarga nya terus ini, hati Intan berdetak tidak tenang dan malah menduga bahwa pria itu lah yang sebenar nya sudah menyantet Bu Nisa, maka nya walau sudah mati pun masih saja di usik dengan sangat jahat nya begini. Intan dan Suci kembali membereskan kuburan agar segera bersih dan bisa di bacakan yasin habis ini, betapa tersiksa nya Bu Nisa karena kuburan saja di bakar dengan sangat panas, sudah pasti dia juga menderita di dalam sana dengan penderitaan yang sangat besar tentu nya.
"Mbah permisi dulu ya, kalau ada perlu datang saja kerumah." Mbah Kuncen pulang karena rumah nya memang dekat sini.
"Baik, terima kasih sebelum nya." Intan sangat senang ada yang membantu.
"Mbah minta kamu hati hati, ada yanh ingin dekat dengan mu dan maksud nya juga belum jelas." bisik Mbah Kuncen.
"Apa dia memakai pakaian hitam, Mbah?" tanya Intan memastikan.
"Benar, sebaik nya kau cari lah orang yang sangat paham dengan hal ghaib." nasihat Mbah Kuncen.
"Rencana nya kami memang mau menemui Mbak Purnama, Mbah." ucap Suci.
"Habis dari sini langsung saja kerumah nya, jangan mampir lagi kerumah." ucap Mbah Kuncen.
Intan dan Suci mengangguk dan mereka segera bergegas membersihkan makam yang begitu kotor sekali, angin yang berhembus membuat Suci kian merinding saja karena dia merasa sedang di perhatikan oleh seseorang yang sama sekali tidak terlihat oleh mata. Intan sudah mulai membaca yasin nya dengan hati yang begitu sesak, membayangkan rasa sakit yang Ibu nya alami dengan sangat perih.
"Kasihan sekali dia." batin Suci yang melihat Intan terisak isak pilu.
Bahkan untuk bernafas saja Intan terasa sangat susah akibat isak tangis nya yang sangat parah, sejuta rasa tersimpan dalam hati karena dia juga merasa sangat menyesal sudah tidak bisa datang saat Ibu nya di kuburkan dan juga Intan tidak bisa melihat wajah Ibu nya saat untuk terakhir kali nya.
kereeen thor
sukses selalu ya