Menikahi laki laki kaya raya, ceo dan sangat tampan berkharisma bukanlah impian Retana Utami, seorang dokter internship.
Davendra Arkatama anma laki laki itu. Dia merasa dikhianati setelah melihat perempuan yang dua minggu dia nikahi, tidur dengan laki laki lain.
Lima tahun kemudian mereka bertemu. Davendra yang sudah punya calon pendampung tidak tau kalo ada anak diantara mereka
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikomporin
"Dokter itu memang cantik. Tapi kamu serius sama dia?" Roger berusaha paham kalo temannya berusaha mencari pengalihan setelah patah hati dengan sekretarisnya.
"Kamu tau sendiri aku didesak buat nikahi Anya. Anya aja sudah seperti apa ngejarnya," kekeh Davendra.
Roger menatapnya sinis.
"Kamu ngga seperti orang yang sedang patah hati dan dokter itu sepertinya bukan hanya sekedar pengganti."
Davendra menjawabnya hanya dengan kekehan yang makin keras.
"Kamu tau, dokter itu awalnya ngga terlalu tertarik denganku," ucapnya setelah beberapa lama.
"Mungkin sampai sekarang," lanjutnya lagi.
Davendra teringat niatnya yang sekadar menggoda dokter itu dan untuk menentang keinginan mamanya.
Tapi mengingat malam pertama mereka, membuat senyumnya merekah. Gadis itu masih v ir gin, sama seperti dirinya. Mereka adalah dua orang pemula yang sedang belajar menyelam bersama.
Roger menatapnya penuh selidik. Wajah rekan bisnis sekaligus teman dekatnya itu tampak lebih berbinar.
"Kalian sudah malam pertama?" decihnya menuduh.
"Begitulah." Senyum Davendra tampak lebih mengembang.
"Kelihatannya kamu menyukainya."
"Sangat. Lebih baik kamu cepat menikah, dari pada terus bermain main. Kamu bisa kena penyakit."
"Ha ha ha..... Aku ngga semurahan itu. Lagi pula Cathy belum mau menikah."
"Kenapa?"
"Dia trauma melihat perceraian orang tuanya."
"Jadi dia lebih suka berhubungan tanpa status?" tawa Davendra.
"Aku setuju saja. Lagi pula aku hanya melakukannya dengannya. Begitu juga dia."
Davendra hanya manggut manggut.
Apa karena dia selalu menolak Kemala, hingga gadis itu melakukannya dengan orang lain? Dasar murahan! dengusnya dalam hati.
"Terserah kamu aja. Kalo menurutku, lebih baik segera menikah. Terasa lebih tenang."
"Nasehat perkawinan, heh, dari laki laki yang menikah karena patah hati." tawa Roger tampak keras dan renyah. Sangat jelas menyindir.
"Mungkin aku sudah diselamatkan," kilah Davendra santai, seolah olah kata kata temannya bukanlah hinaan.
"Ya, ya. Aku salut padamu. Aku do'akan kebahagiaanmu."
"Thank's."
Getaran ponselnya membuat Davendra mengalihkan perhatiannya dari Roger.
Tapi ketika melihat notif siapa yang mengirim pesan, Davendra mengabaikannya.
Tapi ternyata pengirim pesan itu ngga menyerah.
"Siapa? Tukang pajak?" ledek Roger saat melihat wajah menekuk temannya.
"Sembarangan. Aku wajib oajak ekselen, ya," dengusnya kesal.
Terpaksa telponnya diangkat karena bergetar tiada henti
"Ada apa, mam?"
"Kamu lihat sekarang video yang mami kirim," tukas maminya dengan nada penuh kemarahan.
Sejak bersama dokter itu, putranya selalu mengabaikannya. Apalagi saat bulan madu. Davendra mengoffkan ponselnya.
"Video apa, sih, mam." Davendra bermaksud mengabaikannya.
'Lihat aja. Biar kamu percaya kalo istrimu bukan perempuan benar. Dia punya hubungan dengan rekannya itu. Kan, mama udah kasih tau kemarin?" berondong maminya bagai hujan yang sangat deras bercampur dengan guruh petir.
Davendra membuang nafasnya, menahan kekesalannya.
Dia mengira setelah menikah, maminya sudah ngga mempermasalahkan lagi soal kejombloannya.
Tapi ternyata hingga haru ini, ketaksetujuannya untuk menikahi Retania berbuah kerewelan maminya tiada henti.
"Lihat dulu! Orang terpecaya mami yang ngga sengaja merekamnya," sentak maminya lagi dan berakhir dengan pemutusan sambungan telponnya.
"Ada masalah? Kalo gitu aku pulang, ya. Cathy juga mencari keberadaanku di perusahaan," senyumnya sambil membayangkan wajah kekasihnya.
"Sedikit. Oke, salam buat Cathy."
"Kapan kapan kita boleh double date," ucapnya sebelum pergi.
"Ya." Setelah Roger pergi, terpaksa Davendra membuka video yang dikirimkan mamanya.
Ngga ada yang spesial. Video itu menayangkan ruang bayi bayi berada.
Hanya yang membuatnya kepancing emosi adalah seorang dokter perempuan yang sedang menggendong bayi dan diapit oleh dokter laki laki menyebalkan itu.
Mereka seperti pasangan yang sangat romantis. Padahal dokter perempuan itu baru saja menikah seminggu yang lalu.
Dengan dirinya!
Dia sudah menginginkan bayi? Secepat ini?
Sepertinya tensi darahnya meningkat lagi. Davendra mulai merasakan darahnya terasa panas mengalir di seluruh pembuluhnya.
Memang tekanan darahnya belum normal, tapi Retania rutin memberinya obat penurun tensi setiap malam. Juga mengecek tensinya dan juga mengatur pola makannya.
Harusnya sudah mendekati normal, tapi beban pekerjaan yang terus mengejarnya, mungkin membuatnya susah untuk lebih cepat menurunkan tensinya
Ditambah lagi dia disuguhkan dengan hal yang membuatnya cemburu hingga memancing emosinya.
Setelah lebih tenang sedikit, Davendra bangkit dari duduknya
Sekretarisnya heran melihat bosnya terburu buru keluar.
"Pak, dua jam lagi meeting dengan PT Argo Mulyo," cegah Lilis, sekretarisnya, memgingatkan.
"Tunda empat jam lagi," sahutnya sambil melangkahkan kaki lnya lebih cepat.
Lilis hanya bisa terdiam melihat bosnya yang sepertinya sedang sangat terburu buru.
*
*
*
Saat Davendra datang, Retania hanya ditemani beberapa suster yang mengurusi para bayi.
Dimana laki laki itu?!
Davendra menarik nafas panjang, berusaha meredakan kemarahannya.
Dia pun menelpon istrinya.
Saat melihat nama suaminya yang sedang menelponnya, membuat Retania teringat akan kata kata menyakitkan mertua dan mantan suaminya itu.
Juga teringat gara gara keduanya itu menyebabkan dokter Astuty kecewa dengannya.
Retania mengabaikannya. Dia pun menyibukkan kembali aktivitasnya mengganti popok.
Davendra tersenyum miring. Istrinya yang spesial, yang sama sekali ngga merasa surprise saat laki laki yang paling diinginkan para perempuan memberikan perhatiannya.
Melihat ketelatenan dan fokusnya Retania terhadap pekerjaannya membuat Davendra merasa bodoh, sudah terpancing emosi karena komporan maminya.
Dia pun memberi kode pada salah satu perawat agar membuka pintu diam diam.
Si perawat dengan senang hati menurut.
Tanpa disadari Retania, dua orang perawat yang ada di sana mundur teratur meninggalkannya dengan anak pemilik runah sakit.
Sekarang Davendra yang kini berada di dekat Retania.
Bau parfum khasnya menguar dan terhidu oleh penciuman Retania.
Dave? Seketika Retania berbalik setelah membaringkan bayi perenpuan yang barusan dia ganti popoknya.
Matanya terbelakak melihat kehadiran Davendra.
"Kamu...? Ngapain kamu di sini?" Retania ngga bisa menghilangkan rasa terkejutnya.
Dia bahkan baru sadar kedua suster yang bersamanya tadi sudah pergi.
Davendra dengan sigap memeluk pinggang Retania yang hanya bisa mematung.
"Aku kangen....," bisiknya di telinga Retania yang hanya berdiri seperti patung.
Kalimat Davendra menimbulkan sensasi yang aneh.di hati Retania.
Pelukan Davendra dan laki laki itu menyandarkan kepalanya di dagu Retania, membuat jantungnya semakin ngga tenang.
"Ka kamu di sini?" Retania merasa sudah ketangkap basah. Bohongnya ketahuan.
"Tadi aku nelpon mau kasih tau, tapi telponnya malah di*rejec*t " sindir.Davendra
"Maaf." Di luar dugaan kalo suaminya akan datang di jam kerjanya.
"Keluarganya pasti bahagia."
"Keluarga siapa?"
"Keluarga bayi yang baru kamu gantiin pempers."
"Ooh ....," senyum Retania agak melebar.
"Malam ini kita harus lebih bekerja keras."
"Kerja keras buat apa?" Retania menatap suaminya ngga mengerti. Dia tambah ngga bisa berpikir karena Davendra tambah mengeratkan pelukannya.
"Cepat punya bayi Kamu nanti ngga usah kerja lagi. Hanya urus aku dan anak anak kita. Kamu nantinya bisa nemenin aku kerja di perusahaan," khayal Davendra dengan tatapan dan senyum lembutnya.
Ngga kerja? Pikiran Retania tambah blank karen kelima jari jari Davendra me r ayap di perutnya yang masih berlapiskan kemejanya.
"Di sini, kan, nanti anak anak kita diproses?"
Karena merasa geli, Retania tertawa perlahan.
"Sudah, ah. Aku masih kerja."
Om Ocong vs Mbak Kunti ngasih iklan
mana Devan blom minta maaf dg benar sekarang dtng lagi ulat bulu...
padahal Lingga dan keluarga menerima Reta
Reta dan Alma hrs hati2 mama Deva itu jahat
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
dasar nenek lampir /Angry//Angry//Angry/
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan