NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketidaksengajaan yang di rencanakan

Namun, Arman tetap tidak menyerah, seolah-olah setiap penolakan hanya memotivasi dirinya untuk berusaha lebih keras. Luna tahu bahwa ini adalah taktik umum di industri, dan semakin ia memikirkannya, semakin ia merasa terjebak dalam permainan yang tidak ia inginkan. Di sela-sela syuting, Luna mencari tempat untuk menenangkan diri. Pikiran tentang Dafa kembali menghantui, dan ia merasa lelah harus berhadapan dengan aktor-aktor yang seolah hanya melihat dirinya sebagai batu loncatan. “Kapan ini semua akan berakhir?” gumamnya pelan, merasa frustrasi.

Aurel, yang melihat keadaan Luna, mendekatinya. “Luna, aku tahu ini sulit, tapi kau harus tetap fokus. Film ini penting untuk kariermu, dan kau tidak bisa membiarkan hal-hal seperti ini mengganggumu.” Luna mendesah panjang, mencoba menenangkan dirinya. “Aku hanya lelah, Aurel. Terkadang aku merasa semua ini sia-sia. Orang-orang hanya melihatku sebagai alat untuk popularitas mereka, bukan sebagai seorang aktris yang serius.”

Aurel menepuk bahu Luna dengan lembut. “Kau lebih dari itu, Luna. Kau sudah membuktikan dirimu berkali-kali. Jangan biarkan mereka membuatmu merasa sebaliknya.” Luna mengangguk, mencoba menguatkan hatinya. Meskipun lelah dengan keadaan, ia tahu bahwa ia harus terus maju. Namun, dalam hatinya, Luna masih merasa ada sesuatu yang hilang sesuatu yang mungkin hanya bisa diisi oleh satu orang yang terus muncul dalam pikirannya: Dafa.

Setelah syuting selesai, Luna duduk di ruang ganti, tatapannya kosong menatap cermin. Pikirannya masih dipenuhi oleh Dafa. Sejak ia keluar dari rumah sakit, perasaan itu semakin kuat, dan Luna tahu ia tidak bisa mengabaikannya lebih lama. Namun, ia juga tahu bahwa Dafa bukan tipe pria yang mudah didekati. Ia harus berhati-hati, tak bisa sembarangan menunjukkan perasaannya. Luna berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk meminta bantuan seseorang yang paling ia percaya Aurel.

Saat Aurel datang untuk memeriksa jadwal keesokan harinya, Luna menghentikannya. “Aurel, aku butuh bantuanmu,” katanya, suaranya terdengar serius. Aurel menatap Luna dengan alis terangkat. “Bantuan apa lagi, Luna? Kau sudah mulai syuting, jadwalmu padat lagi. Ada yang salah?” Luna menggigit bibirnya, tampak ragu sejenak sebelum melanjutkan. “Bukan soal syuting… Aku butuh bantuanmu untuk mencari informasi tentang seseorang.” Aurel menyipitkan mata, penasaran. “Tentang siapa?”

Luna menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya mengucapkan nama yang selalu mengganggu pikirannya. “Dafa.” Aurel mengerutkan kening. “Dafa? Maksudmu… dokter Dafa? Kenapa tiba-tiba kau tertarik padanya lagi?”

Luna menghela napas panjang. “Karena aku… aku merasa ada sesuatu di antara kami, tapi aku tidak ingin dia risih. Aku tahu dia dokter, profesional, dan mungkin tidak ingin terlibat dengan orang dari dunia hiburan sepertiku. Jadi aku butuh cara lain. Aku ingin bertemu dengannya lagi, tapi seolah-olah secara kebetulan.” Aurel mengerutkan dahi, tidak sepenuhnya terkejut. Ia sudah mencurigai ada sesuatu antara Luna dan Dafa sejak Luna dirawat di rumah sakit, terutama melihat bagaimana Luna selalu berusaha menarik perhatian Dafa selama pemulihan. Namun, mendengar permintaan ini membuatnya sedikit khawatir.

“Kau serius ingin mengejar Dafa?” tanya Aurel hati-hati. “Kau tahu dia sudah menolak perjodohan kalian, kan? Dan dia bukan tipe yang mudah didekati, apalagi dengan kehidupanmu yang begitu berbeda.” Luna mengangguk pelan. “Aku tahu, tapi justru itu. Aku tidak ingin terlihat terlalu terang-terangan mengejarnya. Aku ingin dia merasa nyaman, tanpa harus merasa terpaksa atau canggung denganku.”

Aurel menatap Luna dengan penuh pertimbangan, lalu akhirnya menghela napas. “Baiklah, aku akan cari tahu tentang dia. Mungkin di mana dia biasa pergi, tempat-tempat yang sering dia kunjungi. Tapi kau harus ingat, Luna, ini bukan permainan. Jangan sampai kau mempermalukan dirimu sendiri atau membuat Dafa merasa tidak nyaman.” Luna tersenyum tipis, penuh harapan. “Aku tahu, Aurel. Aku tidak akan memaksa, aku hanya ingin kesempatan untuk lebih dekat dengannya.”

***

Keesokan harinya, Aurel kembali dengan beberapa informasi yang ia dapatkan tentang Dafa. "Dia biasanya menghabiskan waktu di kafe dekat rumah sakit setelah shift-nya selesai," kata Aurel, menyerahkan catatan kecil. "Dan dia juga suka jogging di taman kota setiap Minggu pagi. Itu tempat yang cukup sepi. Mungkin kau bisa 'kebetulan' bertemu dengannya di sana." Luna tersenyum lebar, rasa senangnya terlihat jelas di wajahnya. "Terima kasih, Aurel. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu." Aurel menggelengkan kepala, tersenyum miring. "Ingat, jangan terlalu terlihat, Luna. Biar ini terasa natural. Kalau kau terlalu memaksa, Dafa pasti akan menyadarinya."

Luna mengangguk penuh semangat. “Aku akan membuat semuanya terlihat alami. Aku janji.” Beberapa hari kemudian, Luna mulai menjalankan rencananya. Ia menunggu di taman kota pada Minggu pagi, berpakaian santai dan dengan gaya yang kasual. Setelah beberapa menit menunggu, ia melihat Dafa yang sedang jogging dengan tenang, tampak fokus pada langkah-langkahnya. Luna berusaha terlihat tidak sengaja memperhatikannya, berharap pertemuan ini akan terasa alami seperti yang ia inginkan.

Ketika Dafa berlari mendekat, Luna berpura-pura kaget, tersenyum seolah-olah tidak menduga akan bertemu dengannya di sana. "Dafa? Wah, kebetulan sekali!" katanya dengan suara penuh kehangatan. Dafa berhenti, tampak sedikit terkejut namun tetap tenang. "Luna? Kau... sedang di sini juga?" tanyanya, jelas tidak menyangka bertemu dengan Luna di taman ini. Luna tersenyum cerah. "Iya, aku sering jogging di sini juga, terutama kalau lagi libur. Tempat ini tenang, bagus buat refleksi diri."

Dafa mengangguk, masih menjaga jarak. "Tempat yang bagus untuk menenangkan pikiran, memang."Luna mencoba menyembunyikan kegembiraannya. Ia merasa berhasil membuat pertemuan ini terasa tidak dipaksakan. Meski begitu, ia tahu bahwa ini baru awal, dan Dafa masih menjaga sikap profesionalnya. Namun, Luna tidak akan menyerah. Ia yakin, dengan waktu dan kesabaran, ia bisa membuka hati Dafa dan membuatnya melihat dirinya lebih dari sekadar pasien atau perjodohan yang tidak diinginkan.

Saat Luna dan Dafa sedang berjalan-jalan santai setelah bertemu di taman, Luna melihat kesempatan untuk lebih dekat dengan Dafa. Saat Dafa sedang berjalan sedikit di depannya, Luna berpura-pura tersandung batu kecil dan langsung memegangi pergelangan kakinya. “Aduh!” seru Luna, pura-pura kesakitan. Wajahnya berkerut, seolah menahan sakit. Dafa, yang mendengar suara itu, langsung berbalik dan melihat Luna terduduk di tanah, memegang pergelangan kakinya.

"Luna! Kau baik-baik saja?" Dafa segera menghampirinya, tatapannya berubah khawatir. Luna mengangguk lemah, dengan ekspresi kesakitan yang ia buat sebaik mungkin. “Aku... aku rasa pergelangan kakiku terkilir. Aku tidak sengaja tersandung batu,” katanya, sambil meraba kakinya. “Sepertinya agak sakit untuk berjalan.”Dafa segera berjongkok di sampingnya, memeriksa kakinya dengan cermat. "Coba jangan terlalu dipaksakan bergerak dulu. Apa kau bisa berdiri?"

Luna berusaha bangkit perlahan, tapi kemudian dengan sengaja berpura-pura terpincang-pincang, wajahnya menampilkan ekspresi sakit yang terlatih dari pengalaman aktingnya. “Ah, sakit sekali. Sepertinya aku butuh bantuan, Dafa…” Dafa menghela napas, lalu menawarkan tangannya untuk menopang Luna. "Oke, aku bantu. Tapi kau harus periksa lebih lanjut di rumah sakit kalau sakitnya tidak kunjung hilang."

1
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!