kita memang tak tau siapa yang tuhan takdir kan untuk kita,namun kita bisa melabuhkan hati kita pada siapa. namun bagaimana jadinya jika ternyata hati dan takdir tak sejalan. Begitulah yang di rasakan oleh Aidan Arsyad Rafardhan,dia mencintai seorang wanita dan berniat akan melamar nya,namun bagaimana jadinya malah dia menikah dengan adik dari sang pujaan hati?
"menikahi orang yang di cintai memang impian,tapi mencintai orang yang di nikahi adalah kewajiban."
Aidan Arsyad Rafardhan
yukkk simak cerita lengkapnya di sini 👇
tinggalkan like,komen dan follow setelah membaca yah ☺️😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 18. ada saya
Sudah pukul setengah tujuh malam namun Maureen belum juga pulang ke rumah,dan itu membuat Aidan khawatir. Sedari dua jam yang lalu Aidan sudah menelpon Maureen dan juga Kanaya,namun kedua orang itu tak mengangkat telpon nya.
Setelah sholat Maghrib,barulah Aidan mendapatkan informasi dari Kanaya. Dia meminta maaf karena tak bisa mengangkat telpon dari Aidan karena hp nya dia silent.
Dan Kanaya pun berkata untuk menjemput Maureen di restoran.
Saat mendapatkan informasi seperti itu segera Aidan menjemput Maureen di restoran itu. Namun saat disana Aidan tak menemukan Maureen sama sekali sampai restoran itu akan di tutup Maureen keluar dari ruang kitchen.
"Gue duluan yah."ucap Maureen pada teman nya yang bekerja sebagai pelayan di restoran itu.
Aidan menyeringitkan dahinya,kenapa Maureen bisa keluar dari sana bukankah disana itu adalah ruang khusus pelayan restoran itu.
Maureen masih belum sadar jika Aidan ada di restoran itu,sampai di luar restoran Aidan memegang tangan Maureen.
"Ehh."
"Bapak,kenapa ada di sini?"tanya Maureen.
"Harusnya saya yang bertanya seperti itu Maureen,kenapa kamu bisa ada disini."
"Ya ngapain lagi pak kalau bukan untuk makan."
"Makan tapi keluar dari ruangan kitchen."mendengar ucapan Aidan, Maureen jadi gelagapan sendiri.
"Ahh kenapa dia harus liat gue keluar dari sana sih,terus gue harus bilang apa. Yakali gue jujur makin panjang nih pembahasan nya pasti dia bakal nanya nanya."batin Maureen.
"Aduh pak kayaknya Kanaya udah nungguin saya deh,saya masih ada janji sama Kanaya pak."Maureen mencari alasan.
"Kanaya gak ada disini,malahan dia yang suruh saya jemput kamu disini karena dia bilang gak bisa jemput kamu."
"Kanaya beg*"gerutu Maureen dalam hatinya.
"Kamu belum jawab pertanyaan saya tadi Maureen."Aidan kembali menanyakan pertanyaan nya tadi.
Maureen pun menghela nafasnya sejenak.
"Saya kerja disini pak,puas. Udah saya jawab kan pertanyaan bapak,ya udah ayo pulang saya capek."Maureen langsung berjalan ke arah mobil Aidan.
"Buka."titah Maureen, karena mobil itu masih terkunci.
Aidan pun membuka nya,lalu menyusul Maureen kedalam mobil. Aidan tak langsung menanyakan lebih lanjut tentang pekerjaan Maureen.
Karena dia tau mood Maureen sedang tak baik baik saja, terlihat juga dari wajah Maureen yang tampak kelelahan.
Sepanjang jalan hanya di selimuti dengan keheningan,tak seorang pun dari mereka berdua yang memulai pembicaraan. Mereka sibuk dengan pikirannya masing masing.
Aidan sedikit melirik ke arah Maureen yang tampak beberapa kali menghela nafas, seolah tengah merasakan beban yang berat.
"Kamu terlalu misterius Maureen,ada banyak hal yang perlu saya ketahui dari kamu. Melihat dari wajah kmu saat ini entah kenapa saya merasakan beban yang berat tengah berada dalam dirimu."Aidan memulai pembicaraan.
"Tak perlu mengetahui saya terlalu dalam pak, kehidupan saya itu hanya milik saya sendiri. Tak ada yang mengetahui lebih tentang kehidupan saya kecuali yang maha kuasa. Anda memang suami saya,tapi jangan harap anda akan tau semuanya tentang saya. Dan jangan pernah mau mencari tau,ingat kita hanyalah dua orang asing yang terikat dengan janji pernikahan dan selamanya akan seperti itu. Jangan mencampuri urusan satu sama lain,cukup urusi hidup masing masing saja."
"Ubah mindset kamu Maureen,ubah pola pikir kamu itu. Coba lebih terbuka dengan saya, saya adalah suami kamu,saya berhak tau dan ikut campur dalam kehidupan kamu karena kamu tanggung jawab saya,beban mu beban saya juga,sedih mu sedih saya juga dan bahagia mu adalah bahagia saya juga. Jangan kamu anggap pernikahan ini sebagai mainan saja."
"Saya tak mudah terbuka dengan orang pak,semua orang sama saja. Di dunia ini tak ada satupun orang yang saya percaya, untuk dijadikan tempat berkeluh kesah membagi semua masalah, rumah tempat saya pulang enggak ada pak. Susah untuk merubah mindset saya,yang sudah saya tanamkan sejak dulu. Sakit batin dan fisik saya lah yang membentuk saya menjadi seperti ini."secara tidak langsung Maureen sedikit memberikan gambaran pada Aidan tentang kehidupan nya.
"Belajar Maureen,ada saya di samping kamu. Insyaallah saya bisa menjadi tempat curhat kamu, tempat membagi keluh kesah kamu,peluk saya jika kamu membutuhkan pelukan,ada saya yang akan selalu merengkuh kamu di saat kamu rapuh,ada saya yang siap mengusap air mata kamu di saat kamu bersedih. Saya siap menjadi rumah untuk kamu berpulang di saat dunia dan seisinya menyakiti mu."Aidan berucap dengan penuh ketulusan.
Maureen memandang ke arah Aidan,tak terasa matanya berkaca kaca dan air itu langsung turun begitu saja melewati pipi Maureen.
Aidan menepikan mobilnya lalu dia pun membawa tubuh Maureen untuk dia rengkuh. Di pelukan Aidan lah, setelah berapa lama tak dia rasakan menangis di pelukan seseorang kini dia menangis disana.
Maureen hanya wanita biasa, terlihat ceria namun menyimpan banyak luka. Terlihat bahagia namun penuh dengan air mata, terlihat senang namun penuh dengan penyiksaan.
Dapat Aidan rasakan melalui air mata dan suara tangisan Maureen,yang banyak menyimpan sebuah luka.
Tak ada yang bisa Aidan lakukan selain memberikan pelukan nya pada Maureen.
"Kamu kuat,kamu hebat, tenanglah ada saya di sisimu."Aidan berbisik di telinga Maureen.
Cukup lama Maureen menangis di pelukan Aidan, hingga setelah sedikit lebih tenang Aidan pun kembali melanjutkan perjalanan nya.
Tangan Aidan sedari tadi terus menggenggam tangan Maureen sembari memberikan usapan lembut di punggung tangan wanita itu.
Tak jarang Aidan juga mengelus kepala Maureen dan juga mengusap air mata yang masih senantiasa mengalir di pipi Maureen.
Sedangkan Maureen dia hanya melamun, melihat ke arah jalan namun dengan pandangan kosong nya yang entah sedang memikirkan apa.
Sesampainya di rumah, Maureen langsung turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah kemudian pergi ke kamar.
Aidan pun juga menyusul,namun saat tiba di dalam kamar ternyata Maureen sudah masuk ke dalam kamar mandi.
Aidan pun akhirnya menunggu Maureen sembari mengotak atik handphone nya, kemudian Aidan pun menelpon seseorang.
"Selidiki semua tentang istri saya, saya tunggu informasi secepatnya."ucap Aidan di telpon itu.
Ya,Aidan menyuruh seseorang untuk mencari tau tentang Maureen. Karena dia pikir informasi yang di dapatnya dari sang ayah mertua hanya bagian sedikit saja dari kehidupan Maureen.
Walaupun sebenarnya Aidan menyuruh orang lain untuk mencari tau tentang Maureen pun tak akan banyak, mungkin hanya beberapa informasi saja namun setidaknya Aidan mengetahui lebih lagi tentang istri nya.
Sekitar setengah jam Aidan menunggu Maureen keluar dari dalam kamar mandi namun Maureen tak kunjung keluar juga dan itu membuat Aidan khawatir.
Aidan berjalan ke arah pintu kamar mandi dan mengetuk pintu nya.
tetap semangat ya kak ditunggu karya selanjutnya 💪💪
tu kan yang lagi buka puasa sampai lupa sama anaknya 😁😁🤭🤭🤭