Hubungan Tak Seiman

Hubungan Tak Seiman

Awal pertemuan

"Freya? Freya tunggu! Freya ... aku bisa jelasin semuanya."

Langkah kaki Freya terhenti karena lelaki yang memanggilnya berhasil menahan lengannya. Wanita yang bernama Freya itu melirik tajam ke wajah kekasihnya yang bernama Rey, lebih tepatnya mantan kekasih.

Dengan mata kepalanya sendiri wanita yang rambutnya hitam pekat itu melihat lelaki yang sudah menemaninya selama dua tahun bercumbu dengan wanita lain.

"Apa lagi? Semua juga sudah jelas, aku berdiri di sana selama menit, aku lihat semuanya!" sentak Freya yang masih berusaha meredam amarahnya.

Freya menepis tangan laki-laki yang lebih tinggi darinya itu, dia ingin segera pergi dari rumah Rey karena tidak ingin melihat wajahnya lelaki itu, apalagi wanita yang sedari tadi melihat mereka berdua berdebat.

"Freya, ini juga tanggung jawab kamu, aku melakukan hal ini juga karena kamu!" seru Rey yang tidak terima di salahkan oleh kekasihnya.

"Salahku? Apa kamu gil4? Kamu yang melakukan perbuatan menjijikan itu dan sekarang kamu menyalahkan aku?" Freya balik bertanya kepada laki-laki itu.

Wanita itu benar-benar tidak paham dengan jalan pikiran Rey, laki-laki yang sangat dia cintai. Selama dua tahun menjalin hubungan pacaran, Rey sangat baik kepada Freya. Mereka saling mendukung karir masing-masing.

Hatinya hancur, badannya gemetaran saat melihat sendiri Rey menyentuh wanita lain. Dan sekarang lelaki itu malah menyalahkan Freya yang jelas-jelas sebagai korban di hubungan ini.

"Kamu sekarang mulai sibuk, kamu tidak bisa menyempatkan waktu senggangmu untuk bertemu denganku. Sheila, wanita itu bernama Sheila. Dia yang menghiburku selama dua minggu ini di saat kamu sibuk," ungkap Rey dengan gamblangnya.

Freya tersenyum tipis. "Sudahlah, lanjutkan aktivitas kalian yang sudah terganggu. Ini salahku? Baik, aku minta maaf. Puas?"

Wanita berambut panjang itu masuk ke mobil dan pergi dari tempat itu dengan segera mungkin. Tangannya masih gemetaran, tangisnya pecah saat dia mengemudikan mobilnya.

Sepertinya, semesta merasakan kesedihan wanita itu. Hujan gerimis turun membasahi semua yang ada di bumi. Dadanya yang sesak berangsur-angsur normal. Walaupun masih terasa berat saat dia menarik napas.

Bayang-bayang Rey bersama wanita lain terus menghantui Freya. Tangisannya tidak berhenti, matanya sedikit kabur karena air mata yang terkumpul di pelupuk mata.

"Dasar laki-laki brengsek! Sial4n!" maki Freya seraya memukul stir mobil.

Mobil yang di kendarai Freya melaju dengan kecepatan di atas rata-rata, mungkin dia ingin meluapkan emosinya dengan mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tidak biasa.

Tiba-tiba, saat Freya masih menyetir, dia dikejutkan dengan suara ketukan dari kaca jendelanya. Dengan cepat dia menyeka air matanya. Orang yang mengetuk kaca jendela itu mengisyaratkan kepadanya untuk berhenti di bahu jalan.

"Ada apa? Kenapa kamu menyuruhku berhenti?" tanya wanita yang ada di dalam mobil. Kedua mata Freya tampak merah dan sedikit bengkak karena menangis.

"Kalau lagi menangis, lebih baik berhenti saja terlebih dahulu. Selain membahayakan diri sendiri, orang lain juga bisa terkena imbasnya," ucap laki-laki yang mengendarai motor besar itu.

Freya tidak tidak bisa melihat wajah lelaki itu dengan jelas, karena sebagian wajahnya tertutup dengan helm. Dia hanya bisa melihat kedua mata lelaki itu yang berwarna cokelat.

"Di depan sana ada mini market, lebih baik tenangkan dulu di sana, aku akan menemanimu," sambung lelaki itu.

Wanita itu tidak bereaksi apapun, bagaimana lelaki itu bisa tahu jika dirinya sedang menangis? Tapi anehnya, dia menuruti perintah laki-laki yang tidak ia kenal untuk berhenti di sebuah mini market.

"Apa aku sedang terhipnotis? Kenapa aku mau di suruh datang ke sini? Tapi orang yang terkena hipnotis tidak akan menyadari jika dirinya sedang terhipnotis," Freya bermonolog dengan dirinya sendiri.

Wanita itu melepas sabuk pengaman, bersamaan dengan sepasang netranya yang melihat lelaki yang memarkirkan motornya tidak jauh dari mobilnya. Lelaki itu turun dari motornya dan melepas helmnya.

Perlahan Freya melangkah dan menghampiri laki-laki itu, dia sendiri bingung kenapa dia mau. Mungkin karena saat itu dia membutuhkan seseorang untuk meluapkan keluh kesahnya.

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis sambil menyetir? tanya laki-laki itu lagi. Dia mempersilahkan Freya untuk duduk di bangku yang mini market itu sediakan.

Wanita yang menggerai rambut panjangnya itu menghela napas panjang, membuat laki-laki itu semakin penasaran dengan apa yang dia lalui.

"Baru putus?" tanya laki-laki yang memakai jaket berwarna hitam itu.

Freya terkejut karena sedari tadi, dia menebak apa yang terjadi pada dirinya dan tebakannya benar. Saat mereka mengobrol, hujan di luar semakin deras. Tubuh wanita berparas cantik itu terkena percikan air hujan yang turun.

Laki-laki yang menemani Freya itu melepas jaketnya dan menyelimuti punggung wanita itu. Tentu saja hal itu mengejutkan dirinya padahal Rey saja tidak pernah sepeka ini.

"Terima kasih, tapi bagaimana bisa kamu tahu aku baru putus?" tanya Freya penasaran.

"Apa lagi? Apa lagi hal yang bisa membuat wanita menangis kalau bukan masalah percintaan?" balas lelaki yang memakai kaos berwarna putih polos.

Freya hanya mengangguk pelan, lalu dia tersenyum masam saat kepalanya memunculkan wajah Rey. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya melihat hujan untuk mengalihkan pikirannya.

"Memang bukan jodohnya mungkin, nanti juga bakal ketemu kok sama yang lebih baik," ucap lelaki itu dengan santainya.

Bagi Freya, itu tidak mudah. Rey adalah tipe laki-laki idamannya. Tinggi, tampan, hidupnya terstruktur dan mapan. Ia hanya bisa mengembuskan napas panjang, tidak tahu harus berkata apa karena memang dia sedang hancur.

"Kenapa laki-laki tidak cukup dengan satu wanita?" tanya Freya tiba-tiba.

"Hm ... tidak semua seperti itu, tergantung dengan kepribadian masing-masing, bukan? Memangnya sudah berapa lama berpacaran?" balas lelaki itu seraya menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Dua tahun," lirih Freya, wanita itu menundukkan kepalanya.

Tiba-tiba Freya mendongak, dia melihat lelaki itu bangkit dari bangkunya dan masuk ke dalam mini market itu. Tidak lama kemudian, dia keluar dengan membawa dua botol minuman untuk dirinya sendiri dan Freya.

Sebelum memberikan botol minuman itu, dia membuka tutup botolnya yang masih tersegel. Dia terus memperhatikan hal detail yang di lakukan lelaki yang baru saja dia kenal itu.

"Kalau jodoh pasti ketemu lagi. Semangat, ya?" ucap lelaki itu dengan lembut.

Freya mengangguk pelan. "Bagaimana kamu tahu aku menangis di dalam mobil?" tanyanya.

"Tentu saja aku tahu, kamu ngebut dan mobilmu sedikit oleng saat mencoba menyalip," jawab lelaki itu.

Mereka mengobrol tentang percintaan yang mereka alami hingga hujan reda. Lelaki itu melirik jam tangan yang dia pakai di pergelangan tangan kirinya.

"Maafkan aku, aku ada janji temu dengan klien. Senang bisa mengobrol denganmu. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan." Lelaki itu bangkit berdiri dan melangkah menuju motornya.

"Terima kasih," sahut Freya singkat. "Tunggu! Siapa nama kamu?" tanya Freya setengah berteriak dari tempat duduknya.

"Tama. Namaku, Tama," sahut lelaki itu dengan tersenyum manis.

Tama melambaikan tangannya ke arah Freya yang sudah bangkit berdiri. Wanita itu juga akan melanjutkan perjalanannya pulang ke rumah.

"Ah si4l, jaket Tama ..." gumam wanita itu saat menyadari jaket yang dia pakai bukan miliknya.

next part? don't forget like, comment and vote❤

Terpopuler

Comments

Kas Gpl

Kas Gpl

baru mulai baca, liat dr fb semoga ceritanya menarik

2024-09-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!