Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.
Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konfrontasi di Kegelapan
Keesokan paginya, Hiroshi duduk bersila di lantai penginapannya, matanya terpejam, tubuhnya tegak. Meskipun dunia ini penuh dengan sihir dan kekuatan misterius yang masih belum sepenuhnya dipahami olehnya, ia tetap berpegang pada prinsip dan disiplin diri dari dunia lamanya—meditasi. Ini membantunya fokus dan mengatur pikirannya.
Saat dia mulai membuka mata, pintu kamarnya diketuk perlahan. Calista masuk dengan ekspresi tegang.
“Hiroshi,” katanya sambil melangkah masuk tanpa basa-basi, “Aku punya kabar penting.”
Hiroshi mengangkat alis, duduk lebih tegak. “Apa yang kamu temukan?”
“Aku berhasil menghubungi beberapa koneksi dalam kerajaan,” lanjut Calista sambil duduk di kursi terdekat. “Kita sudah tahu siapa bangsawan yang harus diselamatkan. Namanya Putri Seraphine XII.”
“Putri Seraphine XII?” Hiroshi mengulang, mencoba mengingat apakah ia pernah mendengar nama itu sebelumnya. Namun, ia menyadari bahwa namanya asing.
“Benar. Dia cucu dari Raja, dan saat ini dia diculik oleh organisasi rahasia yang diduga dipimpin oleh seorang bangsawan kerajaan sendiri,” jelas Calista, suaranya penuh keseriusan.
Hiroshi memiringkan kepala, mencoba memahami situasinya. “Jadi, ada pengkhianat di dalam kerajaan?”
“Sepertinya begitu,” Calista menjawab dengan nada prihatin. “Organisasi ini sangat rapi dalam menyembunyikan jejak mereka. Identitas bangsawan yang memimpin masih belum diketahui. Namun, informasi yang kudapat menyebutkan bahwa Putri Seraphine saat ini ditahan di sebuah tempat yang digunakan untuk menampung budak. Mereka berencana menjualnya.”
Hiroshi mengepalkan tangannya. “Mereka benar-benar akan menjual cucu Raja sebagai budak?”
Calista mengangguk. “Ya, mereka melihatnya sebagai peluang besar. Menjual bangsawan di pasar gelap akan mendatangkan keuntungan besar dan menyembunyikan jejak mereka. Kita harus bertindak cepat, sebelum mereka berhasil menjual Putri Seraphine.”
“Kamu tahu di mana mereka menahannya?” Hiroshi bertanya, rasa penasaran mulai menggantikan ketenangannya.
“Aku belum tahu pasti di mana lokasi penahanan itu,” Calista mengakui, “tapi aku punya beberapa petunjuk. Kota ini berbahaya di malam hari. Banyak penjahat dan anggota organisasi itu berkeliaran. Jika kita ingin menemukan mereka, kita harus menyusuri bagian tengah kota saat malam. Di sanalah kemungkinan besar mereka beroperasi.”
Hiroshi mengangguk, melihat logika di balik rencana itu. “Jadi, kita harus memancing mereka keluar?”
“Benar,” jawab Calista dengan tegas. “Tapi kita harus sangat berhati-hati. Organisasi ini bukan kelompok kriminal biasa. Mereka memiliki jaringan yang sangat luas dan terkadang menggunakan kekuatan sihir gelap. Akan sangat sulit bagi kita untuk menghadapinya secara langsung tanpa informasi lebih lanjut.”
Hiroshi memandang ke luar jendela, melihat matahari yang perlahan mulai tenggelam. “Malam ini kita mulai mencari. Kita akan mendapatkan lebih banyak informasi di jalanan.”
Calista tersenyum tipis, meski ketegangan tetap menghiasi wajahnya. “Aku senang kamu tidak meremehkan situasi ini. Organisasi ini sangat licik. Tapi aku yakin dengan kemampuanmu. Kita hanya perlu bergerak dengan hati-hati.”
Hiroshi berdiri dari posisinya, bersiap-siap untuk malam yang panjang. Meski masih banyak yang belum ia pahami tentang dunia ini, ia tahu bahwa dirinya tak bisa mundur. Penyelamatan Putri Seraphine bukan hanya sekedar menyelamatkan seorang bangsawan, tetapi juga langkah penting untuk membongkar pengkhianatan yang menggerogoti kerajaan dari dalam.
____
Malam sudah tiba, dan suasana kota kerajaan terasa sangat berbeda. Hiroshi berjalan perlahan di jalanan yang sepi, mengenakan pakaian militer yang membuatnya terlihat siap tempur.
Sinar bulan menyinari jalanan yang dipenuhi kabut, menambah kesan misterius pada malam itu. Ia mengepal katana di sampingnya, tatapan dinginnya menyapu seluruh area sekelilingnya.
Sebelum berpisah, Calista memberinya beberapa alat sihir. “Ini, Hiroshi,” ujarnya, mengeluarkan sebuah kunci kecil dari kantongnya. “Kunci ini bisa membuka segala hal yang terkunci, tapi ingat, ini hanya pinjaman. Gunakan dengan bijak.”
Hiroshi mengamati kunci itu dengan saksama, mengangguk. “Terima kasih, Calista. Ini pasti sangat berguna.”
Calista melanjutkan, “Dan ini,” dia mengulurkan dua batu kecil. “Yang satu akan mengeluarkan asap jika kamu melemparkannya, sementara yang lainnya akan bersinar seperti flash. Itu bisa membantu jika kamu terdesak.”
Hiroshi menerima batu-batu itu dan memasukkannya ke dalam saku. “Aku akan menggunakannya dengan bijak. Semoga informasi yang kau berikan bisa membawaku ke jalur yang benar.”
Calista tersenyum, meski raut wajahnya menunjukkan bahwa dia merasa khawatir. “Ingat, meski aku tidak bisa membantumu lebih jauh, aku akan selalu ada jika kamu butuh dukungan. Berhati-hatilah, ya.”
Setelah mereka berpisah, Hiroshi merasakan keheningan malam yang mencekam. Dia melangkah lebih dalam ke jantung kota. Suara derap kakinya di jalanan batu bergaung di sekelilingnya, bergabung dengan desah angin yang berhembus lembut.
Dia melewati beberapa pemabuk yang terhuyung-huyung, tak peduli pada keberadaan Hiroshi yang tampak tegas dan berbahaya.
Hiroshi memperhatikan sekelilingnya. Kabut tebal menyelimuti area itu, memberi nuansa magis yang membuatnya merasa seolah-olah dia sedang berjalan di antara dua dunia. Tiang-tiang lampu yang redup menyoroti bayang-bayang, menciptakan siluet-siluet aneh di sepanjang jalan.
“Di mana semua orang?” Hiroshi bergumam pada dirinya sendiri. Suasana sepi ini tidak hanya mencurigakan, tapi juga tidak wajar untuk kota yang biasanya ramai. Dia tahu, malam seperti ini adalah waktu bagi penjahat untuk beraksi.
Tiba-tiba, di sudut matanya, Hiroshi melihat sosok gelap menghilang di balik gang sempit. Instinct tempurnya langsung aktif. Ia melangkah lebih dekat, merasakan adrenalin mengalir.
“Siapa di sana?” dia berteriak, suaranya menggema di sepanjang jalan kosong. Hanya suara angin yang menjawab, menambah ketegangan di udara.
Hiroshi melanjutkan langkahnya, hatinya berdebar. Dia tahu bahwa dia harus menemukan petunjuk tentang keberadaan Putri Seraphine malam ini, sebelum kesempatan itu lenyap.
Saat dia berputar ke gang, dia meraih katana di sampingnya, siap menghadapi apa pun yang mengintainya dalam kegelapan.
Saat dia menjelajahi lebih dalam, keheningan malam pecah oleh suara berderap yang datang dari ujung jalan. Hiroshi mengatur napasnya, bersiap untuk apa pun yang akan terjadi selanjutnya.
Malam ini, dia tidak akan mundur. Dia bertekad untuk menemukan Putri Seraphine dan mengungkap misteri di balik pengkhianatan dalam kerajaan.
Hiroshi melangkah lebih dalam ke gang sempit ketika suara jeritan mengganggu keheningan malam.
Ia berhenti sejenak, menyaring suara yang datang dari depan. Dengan hati-hati, dia mendekat, berusaha tidak mengeluarkan suara. Saat tiba di sudut gang, pandangannya tertuju pada pemandangan yang membuat darahnya mendidih.
Sekelompok pria besar, berjumlah empat orang, sedang mengeroyok seorang pemuda dengan telinga runcing.
Pemuda itu tampak terdesak, dengan wajah yang dipenuhi luka dan bengkak. Di sampingnya, terlihat dua sosok lebih kecil—seorang adik dan kakak, juga dengan telinga runcing—yang tampak ketakutan dan tidak berdaya.
"Hei, hei! Sudah, apa masalah kalian memukul dia?" Hiroshi berkata tenang, tetapi suaranya mengandung ketegasan yang tidak bisa diabaikan.
Keempat pria itu berhenti sejenak, terkejut dengan kehadirannya. Salah satu dari mereka, yang memiliki penutup mulut, menatap Hiroshi dengan tajam.
“Jangan campuri urusan ini, bocah! Dia adalah makhluk rendah yang tidak pantas mendapatkan perlakuan baik!”
“Mengapa kalian memperlakukan dia seperti ini? Dia tidak bersalah!” Hiroshi membalas, matanya tidak berkedip menatap mereka.
Mereka berempat saling berpandangan, kemudian yang bertubuh paling besar melangkah maju. “Kami tidak butuh alasan untuk melakukan ini. Pergi, atau kamu akan jadi korban berikutnya.”
Hiroshi tidak gentar. Dia meraih katana di sampingnya, menggenggamnya dengan kuat. “Kalau begitu, aku tidak akan mundur. Lepaskan dia, sekarang!”
Dengan kata-kata itu, dia menerjang maju, katana terangkat, siap untuk bertindak. Keempat pria itu terkejut, tetapi segera merespons dengan serangan mereka sendiri. Salah satu dari mereka menghunus pedang dan menyerang Hiroshi dengan gerakan cepat.
Hiroshi menghindar dengan gesit, merasakan ketajaman pedang itu melesat di sampingnya. Dia melompat ke samping dan melancarkan serangan balasan, katana-nya bersinar dalam cahaya bulan, memotong udara dengan presisi yang mematikan.
“Jangan biarkan dia sendirian! Serang!” teriak pemimpin kelompok, mengarahkan teman-temannya untuk menyerang bersamaan.
Salah satu dari pria itu menarik busur silang dan menembakkan panah ke arah Hiroshi. Tanpa berpikir panjang, Hiroshi melempar salah satu batu asap yang diberikan Calista, menghasilkan kabut tebal yang menyelimuti area itu. Dalam sekejap, keadaan berubah kacau.
Hiroshi bergerak cepat dalam kabut, menghindari serangan-serangan mereka sambil mencari celah. Dia bisa mendengar mereka berusaha mencari keberadaannya, dan dalam kekacauan itu, dia merasakan kehadiran sihir. Beberapa dari mereka mulai menggunakan sihir untuk mencari tahu di mana dia berada.
Dengan cermat, Hiroshi melangkah keluar dari kabut, menyerang salah satu pria yang tertinggal di belakang. Katana-nya menghantam dengan keras, dan pria itu jatuh ke tanah dengan teriakan kesakitan.
Tiga pria lainnya terkejut melihat temannya jatuh.
“Bodoh! Dia ada di sini!” salah satu dari mereka berteriak.
Hiroshi tidak membiarkan mereka mengatur ulang formasi. Dia meneruskan serangannya, bergerak cepat dan efektif. Pedang dan sihir mereka beradu, menciptakan percikan energi yang menyala di tengah malam.
Hiroshi merasakan kekuatan dan kecepatan yang diperolehnya dari pelatihan militer, dan saat serangan-serangan mereka datang, dia tahu dia harus tetap fokus.
Di tengah pertarungan, dia melihat pemuda dengan telinga runcing itu, masih terjebak dalam cengkeraman dua pria. Hiroshi berteriak, “Bertahanlah! Aku akan membebaskanmu!”
Dia melancarkan serangan ke arah dua pria itu, menggunakan katana dengan teknik yang halus, memaksa mereka mundur dan akhirnya melepaskan pemuda itu. Adik dan kakak pemuda tersebut segera berlari ke arah Hiroshi, tampak cemas namun penuh harapan.
“Siapa kau?” tanya kakak pemuda itu, wajahnya menunjukkan rasa syukur campur bingung.
“Aku Hiroshi. Aku di sini untuk membantu kalian,” jawab Hiroshi sambil terus memfokuskan perhatian pada tiga pria yang tersisa. “Sekarang, cepat! Pergilah ke tempat aman!”
Ketika kakak dan adik itu mulai mundur, Hiroshi kembali ke pertempuran. Dia tahu bahwa jika mereka tidak segera mengalahkan penjahat-penjahat ini, mereka semua akan terjebak dalam masalah lebih besar.
Dalam kegelapan malam yang dipenuhi suara benturan senjata, Hiroshi bersiap untuk mengakhiri konfrontasi ini.