Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?
Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Pilihan Yang Sulit
Kriiinggg!!! Kriinggg!!!
Aku terbangun dengan suara alarm yang terus berbunyi, menghela nafas dan berusaha untuk bangkit dari tempat tidur.
Aku ketiduran sampai lupa untuk mengabari 'orang itu' kalau tidak bisa datang kemarin malam, pasti dia mengomel karena menunggu aku yang tak kunjung datang. Aku berjalan ke arah cermin yang ada di kamarku, mencoba mengecek pipiku yang habis di tampar oleh kak Arsen semalam. Syukurlah tidak bengkak, mungkin karena kak Devan langsung mengopres nya semalam. Bisa-bisanya dia melakukan itu, mungkin otaknya sudah rusak karena terlalu sering bekerja bagaikan robot.
Tok tok tok...
"Agacia, apa kamu sudah bangun?"
Itu suara kak Devan dari luar pintu kamar, setiap pagi dia selalu mengetuk pintu kamarku untuk memastikan apakah aku sudah bangun atau belum.
"Sudah kak, setelah bersiap aku akan turun ke bawah untuk sarapan"
"Baiklah, aku tunggu di bawah ya"
Bahkan yang menyiapkan sarapan untuk kami juga adalah kak Devan, terkadang aku bingung sebenarnya apa tugas yang kak Arsen lakukan sebagai seorang kakak. Tapi sudahlah, memikirkan hal itu hanya membuat kepalaku pusing, selama ada kak Devan aku rasa hidupku akan baik-baik saja.
Aku bergegas ke kamar mandi dan bersiap untuk sekolah, memakai seragam dan merapikan rambut panjangku yang berwarna biru ini. Setelah siap, aku langsung turun ke bawah untuk sarapan sambil menggendong tas ransel.
"Selamat pagi, sarapan hari ini toast pepperoni dan cream soup kesukaan mu" Ucap kak Devan sambil tersenyum saat melihat aku yang baru sampai di meja makan.
"Wah...ini terlihat lezat, terimakasih kak" Aku memandang ke arah kursi kosong yang ada di sebelah kak Devan, itu adalah kursi yang biasa di duduki oleh kak Arsen saat kita makan bersama.
"Kak Nathan bilang- ah, maksudku kak Arsen bilang ada urusan penting di kantor, jadi dia berangkat lebih pagi. Duh, sampai sekarang aku masih belum terbiasa dengan nama itu"
Entah karena alasan apa, tiba-tiba saja kak Arsen mengganti identitas kami semua, yang asalnya Nathan Gevariel Esfir menjadi Arsen Leaman, Evander Zephania Esfir menjadi Devan Hezekiah, dan aku, Livia Esfir Amberlynn menjadi Agacia Peony. Tidak ada lagi marga Esfir dalam identitas baru kami.
"Aku tidak mau tahu kok, untuk apa kak Devan memberitahuku hal itu" Aku langsung melahap makanan yang ada di depanku dengan perlahan.
"Siapa tahu kamu bertanya-tanya kenapa kursi ini kosong, haha"
Meskipun kursi kak Arsen kosong, aku berusaha untuk tidak memikirkan hal itu terlalu banyak. Sarapan pagi ini benar-benar lezat dan membuatku merasa lebih baik.
"Oh ya, mengenai permintaanmu untuk pindah ke mansion tadi malam...aku sudah berbicara dengan kak Arsen, dan aku mengizinkanmu untuk tinggal disana-"
Brak! Aku menggebrak meja karena terkejut sekaligus senang mendengar ucapan kak Devan.
"Hah?? Serius kak?! Terimakasih...Tapi, apa kak Arsen tidak marah dengan keputusan ini?"
"Kamu tidak perlu khawatir, biar aku yang mengurusnya nanti. Kalau kamu merasa tinggal disana lebih nyaman untuk saat ini kenapa tidak? Disana juga ada paman Herland dan bi Marry yang akan menjagamu"
Aku terdiam sejenak saat mendengar ucapan kak Devan, aku senang, tapi di satu sisi juga aku sedih karena harus berpisah dengan kak Devan.
"Kamu jangan khawatir, aku pasti akan rajin berkunjung kesana kok, nanti siang paman Herland dan bi Marry akan kesini untuk membantu membereskan barang-barang mu. Dan sorenya kamu sudah langsung bisa ke mansion"
Kak Devan benar-benar sudah memikirkan semua kebutuhanku, bahkan dia segera mengatur semuanya agar aku tinggal duduk manis tanpa harus mengerjakan apapun.
"Wah...sepertinya kakak senang ya kalau tidak ada di rumah ini haha"
"Jangan bicara begitu, sebenarnya aku sangat sedih, tapi jika itu demi kebahagiaan adikku, aku akan melakukan apapun itu" Kak Devan berdiri lalu mengacak-acak rambutku dengan tangannya.
"Aduhh...rambutku nanti jadi berantakan"
"Hahaha, mau bawa mobil ke sekolah hari ini? Karena kamu akan segera tinggal di mansion, pasti akan membutuhkan kendaraan untuk pergi kemana-mana kan?"
Aku mengangguk penuh semangat, karena sebelumnya aku tidak diperbolehkan untuk menyetir mobil sendiri meski sudah memiliki SIM, ini adalah kesempatan yang bagus untuk aku memilih mobil yang ada di garasi.
Setelah sarapan, aku dan kak Devan berjalan ke garasi untuk memilih mobil yang akan aku pakai. Di dalam garasi yang luas itu, terparkir kurang lebih dua puluh hingga tiga puluh mobil. Dari mobil-mobil yang sederhana dan sehari-hari, hingga yang mewah dan berkilau, semuanya berada dalam kondisi prima. Ada sedan hitam yang elegan, SUV berwarna metalik, dan beberapa mobil sport yang tampak siap melaju ke jalan raya. Semua kendaraan ini terparkir rapi, seolah mereka adalah koleksi berharga yang siap ditampilkan di pameran.
Aku memperhatikan dengan seksama setiap detail mobil yang terparkir rapi di depan mataku. Masing-masing tampak keren dengan performa dan gaya yang menawan. Setelah beberapa saat menimbang pilihan, aku akhirnya memutuskan mobil mana yang akan kupilih.
"Aku mau yang ini" Ucapku penuh percaya diri sambil menyentuh mobil yang ada di hadapanku sekarang.
"I-ini...kamu yakin?" Tanya kak Devan ragu.
Aku mengangguk mantap saat kak Devan bertanya, aku memilih Porsche Taycan Turbo berwarna gentian blue metallic, katanya kecepatan mobil ini mencapai 100 km per jam dari posisi diam hanya dalam waktu 2,1 detik, katanya juga mobil ini merupakan mobil keluaran terbaru dan paling kuat yang pernah dibuat oleh Porsche. Tentu saja aku harus memiliki mobil ini, terlebih lagi pasti mobil ini akan sangat berguna saat aku sedang menjalankan misi.
"Apa tidak bisa kamu pilih mobil yang lain saja? Masih banyak pilihan lain disini"
"Memangnya kalau yang ini kenapa?" Tanyaku sambil mengerutkan alis.
"Ini mobil yang baru di beli oleh kak Arsen bulan lalu, bahkan dia sendiri belum pernah memakainya" Kak Devan menjelaskan dengan sedikit khawatir.
"Ini mobil yang baru di beli oleh kak Arsen?"
"Iya"
"Dan dia belum pernah memakainya?"
"Benar"
"Bagus! Kalau begitu cepat berikan kuncinya padaku"
" Apa?!"
.
.
.
.
.
Bersambung...
Panjangin lah thorr/Whimper/