NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:281.9k
Nilai: 4.6
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11. Perdebatan Adnan dan Wildan

Cahaya mentari perlahan mulai menyinari, nyanyian burung mengiringi indahnya suasana pagi ini. Tetesan embun pada daun menambah kesan sejuk yang dirasakan.

Masih dengan aktivitas yang sama, Hanna sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Meski mendapat bos yang tak biasa menurutnya, tetapi dia tak boleh patah semangat. Dia akan mencari bahagia versinya sendiri, yakni dengan bekerja.

Saat akan berangkat, tiba-tiba dia mendapat telepon dari Mama Ginan. "Masih ada waktu, aku jawab dulu telepon dari Mama."

"Halo, Ma," sapa Hanna.

"Halo, Han. Kamu lagi sibuk nggak?" tanya Mama Ginan.

"Ini Hanna mau berangkat kerja, Ma. Ada apa, ya?"

"Loh, kamu kerja sekarang? Di mana? Kenapa nggak ngomong ke mana atau papa?" cecar Mama Ginan.

"Hanna cuma cari kesibukan aja, kok, Ma. Di rumah juga nggak ada kerjaan, mending Hanna kerja aja biar nggak bosan di rumah," ucap Hanna.

"Ya sudahlah, selagi kamu bahagia dengan apa yang kamu lakukan saat ini, mama cuma bisa dukung kamu. Oh, ya, nanti kalau ada waktu, tolong ke sini, ya. Ada yang mau dibicarakan sama kamu," tutur Mama Ginan.

"Iya, Ma. Nanti sepulang kerja, Hanna ke sana. Kalau gitu Hanna tutup dulu teleponnya, soalnya mau berangkat kerja."

"Iya, Han. Hati-hati di jalan!"

Setelah panggilan berakhir, Hanna segera masuk mobil dan melajukan kendaraannya menuju kantor. Dengan kecepatan sedang, dia membelah jalanan pagi yang belum terlalu ramai, sehingga dia bisa sampai kantor tepat waktu.

Sesampainya di kantor, Hanna segera masuk ke ruangannya dan memeriksa beberapa jadwal baru Ardiansyah. Namun, baru hendak membuka pintu ruangan, dia sudah dipanggil Arga yang memintanya ke ruangan Ardiansyah.

"Permisi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Hanna dengan sopan.

"Buatkan saya kopi, tapi jangan terlalu manis," ucap Ardiansyah tanpa melihat lawan bicaranya.

Hanna terlihat bingung, tetapi dia menuruti permintaan atasannya itu. "Baik, Pak."

Ketika Hanna akan berbalik, gerakannya terhenti karena permintaan Ardiansyah. "Bawakan sarapan juga."

Hanna tak habis pikir dengan kelakuan atasannya itu, masih pagi dia sudah diuji kesabaran dengan permintaan Ardiansyah.

"Bukankah ada OB di kantor ini? Kenapa harus aku yang disuruh?" batin Hanna sambil melanjutkan langkah kakinya menuju pantry.

"Pak," panggil Arga.

"Hemm."

"Kenapa Anda tidak bilang pada saya jika ingin kopi dan sarapan? Biasanya 'kan ada OB yang mengantar ke sini," ucap Arga dengan hati-hati.

"Tidak apa-apa. Biar dia ada kerjaan lain," balas Ardiansyah sekenanya.

Arga tak lagi melanjutkan ucapannya karena sudah bisa dipastikan atasannya ini banyak sekali alasan jika sudah berdebat.

Sepuluh menit kemudian, Hanna kembali dengan membawa nampan yang berisi secangkir kopi serta dua buah roti bakar.

"Ini, Pak. Silakan, dinikmati," ucap Hanna layaknya pelayan, sembari meletakkan secangkir kopi dan roti bakar tadi di atas meja.

Saat Hanna hendak kembali ke ruangannya, lagi-lagi suara Ardiansyah mengurungkan niatnya.

"Periksa kerjaan saya selagi saya sarapan," titah Ardiansyah sambil menunjuk laptop.

"Baik, Pak." Hanna hendak mengambil laptop milik Ardiansyah, tetapi tangannya langsung dicekal.

"Kerjakan di sini, biar saya sarapan di sofa." Tanpa mendengar jawaban ataupun bantahan Hanna, Ardiansyah beranjak berdiri kemudian duduk di sofa sambil menikmati secangkir kopi dan roti bakar.

Sementara Hanna menatap Arga seolah meminta pertolongan, tetapi Arga hanya menggeleng dan mengendikkan bahunya. Akhirnya, mau tak mau Hanna harus duduk di kursi kebesaran Ardiansyah dan mulai memeriksa satu persatu pekerjaan sang atasan.

...****************...

Sementara di tempat lain, Wildan yang mengetahui jika sang adik yang menggantikan posisinya sebagai CEO langsung mendatangi di ruangannya.

"Oh, jadi ini alasanmu pulang? Ingin menduduki posisi CEO di sini," bentak Wildan.

Adnan sama sekali tak terpancing oleh kemarahan kakaknya itu, dia justru tampak tenang dan santai. "Apa Anda tak paham sopan santun dan etika, Tuan Wildan? Setidaknya ketuk pintu lebih dulu sebelum masuk ruangan saya."

"Nggak usah banyak omong kamu! Dari awal aku sudah curiga, kamu pulang tiba-tiba lalu tanpa bicara papa telah menurunkan jabatanku di sini. Itu pasti karena kamu yang meminta pada papa 'kan?"

"Ck, sungguh picik sekali pikiran Anda. Untuk apa saya merebut jabatan Anda? Bahkan, tanpa merebut pun saya juga bisa berada di posisi saat ini," ucap Adnan.

"Harusnya Anda itu berpikir, kenapa jabatan Anda diturunkan? Itu karena Anda yang tak becus sebagai pemimpin. Mau jadi apa perusahaan ini kalau pimpinannya saja tak bertanggung jawab sama sekali dan tidak mencerminkan sebagai pemimpin yang baik?"

Adnan berjalan dan berdiri di hadapan sang kakak sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Perlu Anda tahu, jika pemilik saham terbesar di perusahaan ini adalah saya. Jadi, tidak ada salahnya 'kan jika saya berada di sini sekarang? Silakan, keluar jika tak ada lagi yang dibicarakan karena saya sangat sibuk!"

Adnan kembali duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Wildan hanya bisa memendam emosi yang ingin sekali dia luapkan, tetapi hanya mampu ditahan karena situasi yang tak memungkinkan.

Wildan keluar dari ruangan Adnan dan menutup pintu dengan sangat kasar, hingga menimbulkan bunyi dentuman.

"Ini baru permulaan, Kak. Masih ada kejutan lagi yang akan menantimu dan pastinya kamu akan berpikir seribu kali untuk bertindak seenaknya," gumam Adnan sembari tersenyum sinis.

Sebelum kejadian di mana Hanna mengetahui postingan Novita waktu itu, Adnan telah meminta orang kepercayaannya untuk mencari tahu tentang siapa Novita sebenarnya.

Sesuai dugaannya, jika wanita itu merupakan istri kedua kakaknya. Dan tanpa sepengetahuan Hanna maupun kedua orang tuanya, Wildan telah menyiapkan saham yang akan diberikan kepada calon penerusnya, yakni anaknya dengan Novita.

Untung saja, Adnan sudah berhasil mendapatkan berkas saham itu, sehingga dengan mudah dia membalikkan nama atas kepemilikan saham tersebut menjadi nama Hanna. Tanda tangan dari Wildan pun mudah dia dapatkan melalui sekertaris sang kakak yang kebetulan hendak meminta tanda tangan untuk dokumen penting.

Adnan memang belum menikah, tetapi dia sangat mengerti bagaimana perasaan Hanna ketika harus menerima pernikahan suaminya. Hidup dalam satu atap, bahkan Wildan bersikap tak adil dengan lebih memprioritaskan istri barunya, ketimbang Hanna yang setia mendampingi di saat Wildan susah hingga bisa sukses menduduki posisi CEO.

"Maafkan aku, Mbak, jika terlalu ikut campur akan masalahmu. Aku hanya ingin membantumu merebut hak yang seharusnya menjadi milikmu, bukan wanita jalang itu. Akan aku pastikan dua manusia itu tak akan hidup tenang selama kamu belum bisa mendapatkan hakmu sepenuhnya," ucap Adnan.

Dia sangat menyayangi Hanna layaknya kakak kandung, tak ada sedikit pun rasa lain selain rasa sayang sebagai saudara. Karena baginya Hanna adalah kakak terbaik yang hadir di tengah-tengah keluarga Riswan.

1
Nur Halima
Luar biasa
YuWie
Happu End..selamat Hanna dan Fran serta si kembar baby
Soraya
keren mksh karyanya thor👍
Soraya
selamat ya Hana akhirnya hamil juga
Endang Supriati
ngapain juga si hanna urusan keluarga wildan.
Endang Supriati
kanker itu seperti rambut menjalar kemana2 kamu mau sembuh nov! ganti otaknya.
Endang Supriati
si adnan hrsnya juga mati ketabrsk truck,kurang ajarrrrr ngapain sih ngabar ngabin ke Hanna.!! pki suruh besuk segala! dasar adik kakak otaknya konslet.
Endang Supriati
ucapan adalqh doa nov. itu adalah bakasan dr Allah krn sdh menghancurkan pernikahan Hanna.
ada hadisnya,pezinah dan penghancur rumah tangga org. tdk diakui sbg umat dan golongan Rasullah.
Endang Supriati
biasanya pezinah perusak rumah tangga org. kena penyakitnya kanker disekitar rahimm.
jd tdk bisa ngesex lagi bau kaya bangke jarak 10 meter aja sdh tercium baunya. krn didlm rshimnya penuh luka darah dan nanah.
Endang Supriati
yg bilang sdh maapin itu mudah! coba klu dia yg mengalami. sakit hati tahu!!
Iges Satria
/Heart//Heart//Heart//Heart//Good/
YuWie
bagus
Anna Wamey
kenapa harus dg perjanjian frans,,,?,,hanna minta tolong pdmu sekali,,,tp kamu meminta lebih,,,??,🤔
Iges Satria
tinggal beli rusaknya dan beli es krim, nanti dituangkan kesatuan wadah.. gampang kan Frans /Heart/
Anna Wamey
Lumayan
Nur Azizah
bagus n menarik
Sobar Ruddin
sangat bagus dan mengispirasihkan kita jgn terlalu terpuruk
Sobar Ruddin
seru lanjut
Endang Supriati
ucapan adalah doa.
Endang Supriati
memang hamil bisa dibuat dan diarur sendiri!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!