Di poligami dan dikecewakan berulang kali. Hingga suatu hari, seorang pria tampan menyadarkannya arti sebuah KEBAHAGIAAN.
Akhirnya, dia memilih pergi. Di saat yang sama, suami yang sudah menyadari semua kesalahannya, bersimpuh di kakinya memohon maaf darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Amira menutup pintu rapat-rapat, di saat Erick dan Sonya telah pergi dari rumahnya. Dia tidak habis pikir dengan Erick, sudah tau Amira tidak suka dengan Sonya, masih saja Erick membawa Sonya ke rumahnya.
"Mbak Amira... tadi tuan menitip ini" Fumiko menyerah beberapa bungkusan pada Amira. Amira baru teringat, beberapa barang yang di beli Revand di mall untuknya kemarin.
"O iya Fumiko.... terimakasih" Amira menerima bungkusan itu dan membawanya ke lantai atas.
"Biar saya aja yang bawa ke atas, mbak" ujar Fumiko.
"Tidak apa, Fumiko.... tidak berat kok" tolak Amira halus sambil tersenyum.
"O iya, mbak. Pesan tuan..... mbak tidak usah masuk kerja hari ini, istirahat aja katanya. Nanti tuan akan kembali kesini lagi" kata Fumiko lagi.
" Hmm.... baiklah" jawab Amira perlahan, karena dia pun merasakan hari ini kurang bersemangat.
Setelah di kamar, Amira membuka semua bungkusan barang yang sudah di beli Revand. Amira terpaku saat melihat barang-barang tersebut, dari tas branded, baju, sepatu sampai cincin berlian yang mencapai ratusan juta.
Seumur hidup, Amira belum pernah mempunyai barang-barang semahal ini.
Aku harus mengembalikannya, aku tidak pantas mendapat barang-barang mewah ini, batin Amira. Kemudian dia membungkus kembali barang tersebut ke tempatnya semula.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar. Amira segera membuka pintu.
"Maaf, mbak. Tuan menunggu di ruang tamu" ujar Fumiko.
"Baik Fumiko. Sebentar saya akan turun" Fumiko langsung pergi dari hadapan Amira.
Amira kembali ke kamarnya dan mematut kan diri di cermin. Hatinya berdegup kencang, seperti remaja yang baru mengenal cinta.
"Hei.... perasaan apa ini, aku tidak boleh seperti ini. Alvaro sahabat ku. Aku tidak mau dia salah paham atas perasaan ku ini", Amira menghembus napas dalam-dalam menetralkan debaran di hatinya.
Di ruang tamu, Revand sudah menunggunya. Melihat kedatangan Amira, Revand langsung tersenyum cerah.
"Hai.... kelihatannya kau sudah tenang sekarang" ujar Revand.
"Al..... Terima kasih ya, kau sudah menolong dan menemani aku semalam", kata Amira.
"It's oke...... yang terpenting kau baik-baik saja"
"Oya Al..... Maaf. Aku tidak bisa menerima hadiah ini, Ini terlalu mahal dan kita masih bisa mengembalikannya.... uangnya bisa kau berikan pada ibumu. Kasihan beliau, mungkin beliau butuh". kata Amira sambil meletakkan beberapa bungkusan di hadapan Revand.
Revand mengernyitkan keningnya, bagaimana mungkin seorang Revand akan mengembalikan barang-barang yang sudah dibelinya. Dan bagaimana mungkin, seorang istri milyuner seperti ibunya bisa kekurangan uang.
Revand mendekati Amira, "Amira.... kau tidak usah khawatir tentang ibu. Beliau lebih dari cukup dari yang kita punya".
"Tapi Al....."
Revand menutup mulut Amira dengan jarinya, " Itu untuk mu..... kau tidak mau menerima hadiah dari seorang teman?" kata Revand setengah berbisik, tatapannya melekat ke mata Amira.
Amira gelagapan, napasnya tertahan. "I-iya.... tapi..." Amira mencoba melepaskan diri dari pesona Revand.
"Aku lapar.....aku ingin kau temani makan di luar" ajak Revand lagi pas di telinga Amira, membuat Amira semakin sulit bernafas.
"Oke..... oke"
Setelah Amira berhasil melepaskan diri dari Revand, dia menarik napas panjang untuk menormalkan kembali hatinya.
Melihat ini, Revand tersenyum dan menggoda Amira lagi.
"Apa perlu ku gendong ke mobil?"
"Tidak usah?!" cepat-cepat Amira berlari keluar, menghindari kegilaan Revand.
Revand terkekeh, setelah memberikan beberapa instruksi pada Fumiko, Revand langsung mengikuti Amira ke mobil.
Sebuah restoran mewah, Revand menghentikan mobilnya disana. Ketika mereka masuk, seorang pelayan menyapa mereka dengan ramah.
Seperti biasa, Amira yang memilih menunya dan Revand menurut saja. Tidak lama, masakan pun datang.
"Al... Kenapa kita tidak ke tempat biasa aja untuk makan. Kalau selalu ke tempat mewah, nanti kau akan susah akhirnya", kata Amira sambil mengambil beberapa menu dan meletakkan ke piring Revand.
"Kalau aku susah, apa kau tidak mau berteman dengan ku lagi", balas Revand pura-pura merajuk.
"Kau ini di kasih tahu, malah merajuk", omel Amira. Revand terkekeh, dia senang melihat Amira ngomel seperti itu. Ada nada perhatian dan kasih sayang di sana, dan dia dapat merasakan kelembutan hati Amira.
"Seandainya saja aku bisa memilikimu" batin Revand.
"Kau itu sahabat terbaik ku Al. Mau senang atau susah, aku tidak akan meninggalkanmu", ujar Amira lagi, sambil meletakkan sayur ke piring Revand.
"Benarkah?..... Kau ingin aku seperti versi apa. Versi senang kah? atau versi susah?" tanya Revand ingin menguji hati Amira.
"Aku ingin kau sehat dan kau selalu bahagia" jawab Amira perlahan.
Hati Revand tersentuh mendengar ini, coba aja Amira tidak bersuami dia akan langsung melamar wanita di depannya.
"Amira... boleh kah aku menanyakan sesuatu".
"Ya... ada apa?".
"Apa kau terlalu mencintai Erick, sehingga kau tetap bertahan dalam situasi seperti ini?", tanya Revand sambil menatap Amira.
Beberapa detik Amira tercenung, tetapi kemudian dia berkata, "Entah lah, aku tidak tahu. Apakah hatiku masih ada cinta atau tidak. Tapi aku mencoba untuk mempertahankan rumah tangga ku".
"Biar pun kau telah disakiti dengan di poligami, kau masih tetap mengharapkan Erick kembali?" tanya Revand tidak percaya.
"Antara cinta dan benci, sangat tipis batasnya, Al. Setiap ada keinginan untuk bercerai, aku selalu teringat dengan perjuangan cinta kami dulu yang rumit. Aku tidak sanggup berpisah, karena perasaan sayang ku masih ada untuk mas Erick. Tetapi aku juga tidak sanggup untuk di poligami".
"Apakah kau bahagia hidup berumah tangga seperti ini?"
"Tentu saja tidak, Al..... bagaimana aku bisa bahagia, suamiku mempunyai wanita lain dalam hidupnya. Tapi aku bingung..... Aku tidak tahu mau kemana bila bercerai. Kedua orang tua ku sudah tidak mau menerima ku lagi, karena dulu aku menentang kehendak mereka" suara Amira terdengar serak.
"Kau merindukan kedua orang tua mu?" selidik Revand.
"Sangat..... setiap detik aku merindukan ayah dan ibuku. Tapi aku takut dan malu untuk pulang ke rumah" lirih Amira, dia menghapus air matanya perlahan.
"Minumlah dulu.... " Revand menyodorkan minuman mineral di depan nya. Amira meneguknya perlahan.
"Kau tahu, Al..... setiap aku menerima perlakuan yang tidak baik dari mas Erick. Aku pasrah, karena aku merasa ini karma ku, aku harus menerimanya sebagai bentuk penyesalan ku karena telah menyakiti hati orang tua ku".
Erick terenyuh mendengar cerita Amira. " Mengapa kau tidak pernah cerita pada ku, Mira. Kita berteman. Tapi kau menyimpan masalah besar ini, sendirian".
"Aku malu bila orang-orang tahu kehidupan pribadi ku. Apa lagi bila orang tahu, aku di poligami karena tidak bisa memiliki anak", akhirnya tangisan Amira pun pecah.
Revand memeluk Amira, dibiarkan Amira menangis di dalam pelukannya. Terlalu lama Amira memendam semua ini seorang diri.
"Sangat sakit, Al", ujar Amira di tengah tangisnya. Dia memukul dada Revand perlahan, meluapkan rasa sakit yang dirasakan selama ini.
Setelah puas menangis, Amira kembali merasa tenang. Dia merasakan seperti punya kekuatan dalam dirinya.
"Terima kasih, Al. Kau sudah mau mendengar cerita ku" ujar Amira sambil menghapus air matanya.
Revand meraih tangan Amira, sambil berkata, "Amira... tidak memiliki anak, bukan berarti suatu kejahatan. Itu semua sudah takdir dari Allah. Dan Allah memerintah kita berumah tangga, mencari pahala untuk kebahagiaan dunia akhirat. Bukan untuk hidup menderita".
Mendengar ini Amira terdiam.
"Selain itu, tidak ada orang tua yang membenci anaknya. Bila terjadi perselisihan, itu adalah hal yang wajar. Jadi bila kau mengira kedua orang tua mu tidak mau menerima dirimu lagi, itu adalah salah besar. Malah mungkin, sekarang orang tua mu sedang menderita karena merindukan anaknya".
Amira menundukkan kepalanya, air mata kembali mengalir dari matanya.
"Pulanglah.... selagi ke dua orang tua mu masih ada, mohon ampunan mereka. Dan mereka pasti sedang menunggu dirimu, anaknya. Dan mereka pasti sangat bahagia bila kau pulang. Dengan begitu, kau akan terlepas dari beban mental yang selama ini membelenggu hati dan hidupmu".
.
#KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment