NovelToon NovelToon
INTROSPEKSI

INTROSPEKSI

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Menjadi Pengusaha
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Detia Fazrin

Intrspeksi adalah kisah tentang Aldo dan Farin, pasangan yang telah bersama sejak SMA dan berhasil masuk universitas yang sama. Namun, hubungan mereka mulai terasa hambar karena Farin terlalu fokus pada pendidikan, membuat Aldo merasa kesepian.

Dalam pencarian kebahagiaan, Aldo berselingkuh dengan Kaira. Ketika Farin mengetahui perselingkuhan tersebut, dia melakukan introspeksi dan berusaha memperbaiki dirinya. Meskipun begitu, Farin akhirnya memilih untuk melepaskan Aldo, dan memulai hubungan baru dengan seseorang yang lebih menghargainya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Detia Fazrin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebohongan di Antara Kita

...»»————> Perhatian<————««...

...Tokoh, tingkah laku, tempat, organisasi profesi, dan peristiwa dalam cerita ini adalah fiktif dan dibuat hanya untuk tujuan hiburan, tanpa maksud mengundang atau mempromosikan tindakan apa pun yang terjadi dalam cerita. Harap berhati-hati saat membaca....

...**✿❀ Selamat Membaca ❀✿**...

Keesokan harinya, Farin merasa perlu untuk berbicara langsung dengan Aldo. Setelah malam yang gelisah, dia memutuskan untuk mengirimkan pesan kepada Aldo. Dia menulis dengan hati-hati, memastikan kata-katanya tidak terkesan menuduh, tetapi lebih menunjukkan kepeduliannya.

Farin: "Aldo, aku ingin bertemu siang ini. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan. Bisa kita bertemu?"

Pesan itu terkirim, dan Farin menunggu dengan cemas. Tak lama kemudian, ponselnya bergetar, menandakan balasan dari Aldo.

Aldo: "Maaf, Farin. Aku mungkin akan sibuk mengerjakan tugas proyek hari ini, jadi tidak bisa bertemu."

Farin membaca pesan itu dengan perasaan yang campur aduk. Ada sesuatu yang tidak benar. Aldo biasanya selalu punya waktu untuknya, apalagi jika Farin mengatakan ada hal penting yang ingin dibicarakan. Namun, dia mencoba untuk mengerti.

Farin: "Baiklah, Aldo. Aku mengerti. Semoga tugas proyekmu lancar. Semangat ya!"

Aldo membalas dengan cepat, tetapi ada rasa bersalah yang tidak bisa ia hilangkan dari dalam dirinya.

Aldo: "Terima kasih, Farin. Kamu juga semangat dengan kegiatanmu hari ini."

Namun, di balik pesan itu, Aldo tahu dia tidak jujur. Sebenarnya, dia sudah memiliki janji dengan Kaira, seseorang yang selama ini dia temui diam-diam. Aldo merasa terjebak dalam situasi yang membuatnya tertekan, tetapi dia tetap berusaha menyingkirkan rasa bersalah itu, setidaknya untuk sementara.

Siang itu, tanpa disangka, Farin mendapat tugas mendadak untuk menghadiri seminar yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dengan beberapa fakultas lain. Sebagai salah satu perwakilan dari fakultasnya, Farin tidak bisa menolak dan harus bergegas ke lokasi seminar.

Di perjalanan menuju seminar, Farin berpapasan dengan teman-teman Aldo—Eva, Ica, Rival, Alan, Doni dan Bima. Mereka tampak asyik berbicara, tetapi tidak ada Aldo di antara mereka. Farin, yang sejak pagi sudah merasa ada yang tidak beres, memutuskan untuk mendekati mereka.

"Hai, kalian," sapa Farin dengan senyum, meskipun hatinya gelisah. "Aldo di mana? Aku tadi sudah coba hubungi dia, tapi dia bilang sibuk dengan tugas proyek."

Keenam teman Aldo saling bertukar pandang, terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan Farin. Alan, yang biasanya paling cerewet, hanya bisa menggelengkan kepala tanpa berkata apa-apa. Ica melirik ke arah Eva, seolah berharap ada yang menjawab pertanyaan Farin. Rival, dengan gaya biasanya yang sinis, hanya menyeringai.

Farin bisa merasakan ada yang tidak beres dari ekspresi mereka. Dia menunggu dengan sabar, berharap seseorang akan memberinya penjelasan.

Akhirnya, Bima, yang terlihat paling tenang, berkata, "Kami berpisah dengan Aldo tadi. Dia bilang neneknya menelepon, jadi dia harus pulang lebih cepat."

Teman-teman Aldo mengangguk setuju, tetapi Farin bisa merasakan kebohongan dalam kata-kata Bima. Hati Farin semakin gelisah. Dalam pesannya tadi, Aldo mengatakan dia sibuk dengan tugas proyek, tetapi sekarang teman-temannya mengklaim bahwa Aldo pulang lebih awal karena alasan yang berbeda.

Dengan tegas, Farin menjawab, "Bukankah Aldo sedang mengerjakan tugas proyek? Kenapa dia bilang akan sibuk kalau sebenarnya dia pulang?"

Semua terdiam mendengar pertanyaan Farin yang jelas penuh kebingungan. Eva, yang biasanya pendiam, akhirnya berbicara, meskipun dengan nada yang ragu, "Sebenarnya, Aldo memang seharusnya mengerjakan tugas, tapi karena dia tidak bisa... ya, tugasnya tidak jadi dikerjakan."

Farin menatap Eva dengan tajam, mencoba mencari kebenaran di balik kata-katanya. Dia merasa ada yang disembunyikan, tetapi tidak tahu harus memaksa atau pergi begitu saja. Akhirnya, dia hanya mengangguk perlahan, berusaha menerima penjelasan mereka meskipun hatinya menolak.

"Baiklah, kalau begitu. Aku hanya ingin memastikan Aldo baik-baik saja," kata Farin, mencoba tersenyum meskipun hatinya mulai merasa sesak.

Setelah mengucapkan selamat tinggal, Farin melanjutkan langkahnya menuju seminar. Tapi pikiran dan hatinya tidak bisa tenang. Perasaan yang sama seperti malam sebelumnya kembali muncul, membebani setiap langkahnya. Sesuatu jelas tidak beres, tetapi Farin mencoba fokus pada tugasnya hari itu.

Selama seminar, Farin berusaha untuk tetap tenang dan berkonsentrasi pada presentasi yang disampaikan oleh para pembicara. Namun, pikirannya terus-menerus kembali kepada Aldo. Setiap kali dia melihat ponselnya, berharap ada pesan dari Aldo, tapi layar tetap kosong.

Dalam hati, Farin tahu bahwa dia tidak bisa terus mengabaikan perasaannya. Setelah seminar selesai, dia memutuskan untuk mencari tahu kebenaran. Tidak peduli seberapa sulit atau menyakitkan itu, dia harus menghadapi apa yang sebenarnya terjadi di antara dirinya dan Aldo.

Sore itu, Farin mengirim pesan lagi kepada Aldo, kali ini dengan nada yang lebih serius.

Farin: "Aldo, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Aku tidak ingin berasumsi atau menuduh, tapi aku butuh kejelasan. Bisakah kita berbicara dengan jujur?"

Aldo, yang saat itu sedang bersama Kaira, merasakan jantungnya berdebar ketika membaca pesan Farin. Dia tahu saatnya telah tiba, saat di mana dia harus memilih antara kebenaran yang pahit atau terus bersembunyi di balik kebohongan. Dengan tangan gemetar, Aldo menatap Kaira yang tampak tenang di sampingnya. Kaira tahu segalanya, dan dia sudah lama siap menghadapi konsekuensinya.

Aldo menarik napas panjang sebelum membalas pesan Farin, dengan perasaan bersalah yang semakin membebani hatinya.

Aldo: "Farin, aku akan menemui kamu. dimana kita perlu bicara, ditempat biasa saja ya."

Aldo : "Jam 19.30 sudah di tempat"

Farin membaca pesan itu dengan perasaan campur aduk. Dia tahu ini adalah momen penting yang mungkin akan mengubah segalanya, tetapi dia siap. Farin bersiap-siap untuk bertemu Aldo, kali ini dengan tekad yang kuat untuk mendapatkan jawaban atas semua keraguannya.

Di sisi lain, Aldo berusaha mengumpulkan keberanian untuk jujur kepada Farin. Di dalam dirinya, ada perasaan bersalah yang terus menerus menghantui, tetapi dia tahu bahwa kebenaran tidak bisa lagi dihindari.

...***...

Malam itu, Farin berdiri di depan cermin kamarnya, menatap bayangannya dengan penuh keraguan. Ada pertemuan penting dengan anggota partai yang ternyata harus dia hadiri, tetapi pikirannya terus dipenuhi oleh satu hal: Aldo. Sikapnya yang mulai dingin belakangan ini tidak bisa diabaikan, dan Farin tahu dia tidak bisa menunda lagi untuk mendapatkan jawaban.

Dengan perasaan gelisah, Farin memutuskan untuk menemui Aldo lebih dulu, sebelum pergi ke pertemuan partai. Dia mengenakan jaket dan meraih tas kecilnya, kemudian berjalan keluar menuju lokasi di dekat kampus tempat mereka biasa bertemu. Malam itu udara terasa dingin, dan langit dipenuhi bintang-bintang yang tampak bersinar redup, seolah mencerminkan perasaannya yang tidak menentu.

Aldo sudah menunggu di bangku taman yang berada di dekat gedung fakultas. Ketika Farin mendekat, Aldo menoleh dan tersenyum tipis. Namun, di balik senyum itu, Farin bisa merasakan ada sesuatu yang disembunyikan.

"Hai," sapa Farin dengan suara pelan saat dia duduk di samping Aldo. Mereka terdiam sejenak, hanya mendengar deru angin malam yang lembut menyentuh dedaunan di sekitar mereka.

"Hai," balas Aldo, suaranya terdengar sedikit gugup.

1
Devliandika
keren kak,, baru mampir kesini,, salam kenal kak.. 😊🙏
saling follow boleh kak🙏😊
Devliandika: siap kak.. 🤗
Fa🍁: iya salam, ok folback ya
total 2 replies
Nayla Nazafarin
jodohnya masih abu2,
yura nanti lama2 ky kayra
RN
hmm... takutnya nanti kayra jatuh cinta sama Hans...ooohhh... tidak 🙅
Tika
Sedih y
RN
semangat babang Hans 💪💪
Fa🍁
penasaran katanya
Fa🍁
🥲
RN
dasar tidak punya malu s kayra ini 😡
Nayla Nazafarin
jelaslah kmu g bisa bikin farin kebakaran jenggot,krn dia udah persiapan sebelum mundur..
Fa🍁: betul-betul
total 1 replies
Nayla Nazafarin
Aldo2..harusnya kmu itu INTROSPEKSI DIRI!!!bukn malah nyalahin orang,siapa suruh kmu ikut tarohan!!!
Nayla Nazafarin
udahlah nobar sma Hans aj..
Nayla Nazafarin
suka gaya lo Hans..jngn kecewain aq y..
Nayla Nazafarin
ayo hans tegakkan keadilan&kebenaran!! suruh farin membuka mata&hatinya!!
Nayla Nazafarin
aq berharap pas nonton bareng farin ktemu aldo&kaira,jngn terus mnjd bodoh..farin
Nayla Nazafarin
mual sma pmikiran aldo..egois bngt
Nayla Nazafarin
lepasin aj aldo farin..untuk ap laki ky gitu di pertahanin
Nayla Nazafarin
y ampun Hans..
RN
GK sadar,, padahal dia yg mengkhianati farin kok bisa2 y nyalahin orang...hmm enaknya d apain s Aldo ini 😡
Fa🍁: Diapain ya 🤔
total 1 replies
Musri
yess....yess....yess...rasain tu aldo,mng enak sakit hati🤭🤣🤣
Fa🍁: Gak enak kata si Aldo
total 1 replies
Nur Janna
kamu akan tau sakit ya itu kehilangan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!