jadi, kapan nikah?
adalah pertanyaan yang sangat dihindari bahkan sangat dibenci oleh wanita-wanita mandiri pekerja keras diseluruh dunia. begitu juga yang dialami oleh gadis cantik dan ramah ini, namanya Renaya Dwika Marcella, biasa disapa Ayya. gadis desa yang hidup ditengah keluarga yang jauh dari kata sederhana itu terus digesak oleh orang terdekatnya bahkan ibu-ibu tetangga yang sering melontarkan kata-kata yang kurang mengenakkan.
Reydiandra Ilham Baskara, pria tampan berusia 29 tahun adalah presdir di sebuah perusahaan ternama No.1 di ibu kota. mempunyai wajah yang tampan, banyak digilai oleh setiap wanita, namun siapa sangka pria itu belum juga memiliki kekasih saat ini sehingga membuat sang ibu terus menerus menjodohkannya dengan anak-anak sahabatnya.
Sama-sama dibuntuti dengan pertanyaan "kapan nikah", akankah Ayya dan Rey akhirnya menyerah dengan pilihan orang tua mereka? atau malah mereka bertemu dan berjodoh?
yuk simak ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rena Dwi Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 17. Membahas acara lamaran
Rey yang melihat interkasi calon istri dan orang tuanya itu hanya tersenyum, Rey merasa senang Ayya dapat diterima dengan baik oleh mama dan papanya.
"Yuk sayang kita ngobrol-ngobrol dulu sambil nunggu waktu makan siang" mama Risa menuntun Ayya duduk dikursi empuk diruang keluarga.
Ayya melirik ke arah Rey, kemudian di angguki oleh Rey, seperti pasangan muda-mudi pada umumnya, terlihat sekali Rey sangat menyayangi Ayya sebagai calon istrinya.
"Sayang, emang benar kamu kerja di Baskara Group? Mama gak nyangka loh waktu ketemu kamu di ruangan Rey waktu itu" ucap mama Risa.
"Iya ma, belum lama ini Ayya bergabung dengan Baskara Group" jawab Ayya
"Oh benarkah? Jadi waktu kamu nolongin mama kecelakaan waktu itu, kamu sudah berkerja disana?" Tanya mama Risa lagi.
"Belum ma, waktu itu Ayya baru sampai ke kota dan lagi mencari pekerjaan" ucap Ayya menunduk.
"Kalau boleh papa tau, asal kamu dari daerah mana nak?" Tambah papa Andra
"Ayya hanya dari desa kecil pa" ucap Ayya sendu
"Oh tidak masalah, mama dulu juga dari desa iya kan pa?" Imbuh mama Risa yang di angguki oleh papa Andra.
"Supaya kita kenal lebih dalam lagi, boleh papa tau orang tua mu kerja apa di desa nak?" Tanya papa Andra dengan ramah.
"Kami dari keluarga yang jauh dari kata sederhana ma pa, ibu berjualan nasi uduk di depan rumah, dan ayah sudah meninggal dua tahun yang lalu" ucap Ayya berlinang air mata, karena kalau membahas tentang keluarga Ayya sangat sensitif.
Semua orang yang berada di sana sangat tersentuh dibuatnya, termasuk Rey yang hanya diam menyimak pembicaraan mereka. Mama Risa langsung memeluk Ayya dan di usapnya punggung calon menantunya itu.
"Maaf sudah membuatmu bersedih nak, kami sekeluarga tidak pernah memandang derajat seseorang, kaya atau pun miskin semuanya sama saja dimata Allah iya kan Rey" imbuh papa Andra melirik ke arah Rey.
"Iya pah" jawab Rey
"Udah jangan melow-melow gini dong, mending kita bahas tentang pernikahan kalian" ucap mama Risa menghapus jejak air mata di pipi Ayya. Ayya sedikit kaget mendengar kata penikahan yang diucapkan mama Risa.
"Iya tuh, kapan kalian akan mengadakan lamaran? " tanya papa Andra membuat Rey melirik ke arah Ayya.
"Secepatnya pah." Imbuh Rey.
"Tapi mas, aku belum bicara sama ibu." Ucap Ayya.
"Iya, kan kita bisa nentuin tanggal lamaran nya dulu sayang." Tambah Rey dengan lembut.
"Ya Allah...kenapa pak Rey lembut banget, kalo dia selalu sweet begini bisa-bisa jatuh cinta beneran nih" batin Ayya.
Wajah Ayya dibuat merah merona oleh kata-kata Rey, mama Risa dan papa Andra saling menatap tersenyum melihat anak dan calon menantu mereka itu.
"Begini saja, bagaimana kalau minggu depan papa sama mama kerumah Ayya, bertemu dengan ibu Ayya sekalian melamar Ayya,"
"gimana Rey?." Tanya papa Andra.
"Boleh juga pa,"
"Gimana sayang? Nanti kamu bilang sama ibu kalo mama papa akan kerumah kamu minggu depan." Tanya Rey menatap Ayya.
"I-iya mas, nanti aku telpon ibu." Jawab Ayya.
"Ya Allah....ini aku beneran mau nikah? Gimana caranya bilang sama ibu." Batin Ayya.
Setelah menghabiskan waktu berbicara banyak hal, tak terasa waktu makan siang telah tiba, mama Risa menggandeng tangan calon menantunya itu ke dapur. Rey dan papa Andra tersenyum melihat keakraban mereka.
"Kayaknya sudah waktunya makan siang nih, yuk sayang kita makan siang bersama," ajak mama Risa menggandeng lengan Ayya.
"Mama tadi udah masak banyak untuk kita".
"Mama yang masak semuanya?" Tanya Ayya.
"Iya dong, tapi dibantuin bibi hehe" ucap mama Risa sedikit bercanda.
"Lihat Rey mama begitu sukanya sama calon istrimu, sampai-sampai kita di lupain." Imbuh papa Andra menepuk punggung Rey
"Iya pah, kita seperti tidak dianggap"
Papa Andra dan Rey mengikuti kedua wanita itu ke area dapur.
Sesampainya didapur, terlihat berbagai makanan sudah tertata rapi di meja makan, Rey menarik kursi untuk Ayya, setelah itu Rey duduk di samping calon istrinya itu. Ayya yang diperlakukan seperti itu rasanya campur aduk antara malu, tersentuh, senang dan merasa sangat dicintai oleh pria itu.
"Terimakasih mas" ucap Ayya, Rey tersenyum lembut.
"Ayo dimakan sayang jangan malu-malu" ucap mama Risa ke arah Ayya.
"Anggap saja rumah sendiri" tambah papa Andra.
"Iya mah," jawab Ayya masih malu-malu, karena ini kali pertamanya Ayya makan dirumah orang lain.
Saat Rey hendak mengambil centong nasi, Ayya langsung mencegahnya dan menawarkan diri agar terlihat seperti calon istri yang baik.
"Biar aku yang ambilin mas" ucapan Ayya membuat Rey tersenyum kemudian memberikan piringnya kepada Ayya. Papa Andra dan mama Risa saling pandang lalu tersenyum melihat calon menantunya itu terlihat sangat telaten mengurus calon suaminya.
Rey menatap Ayya tanpa berkedip
"Sungguh aku ingin menikahi mu secepat mungkin." Batin Rey.
"Terimakasih sayang" ucap Rey sehingga membuat wajah Ayya semakin merona.
Di sela-sela perbincangan mereka, tiba-tiba mama Risa melontarkan pertanyaan yang berhasil membuat Ayya hampir tersedak.
"Mama gak sabar pengen punya cucu dari kalian" ucap mama Risa tiba-tiba.
"Uhukk..uhukk..." Ayya tersedak mendengar perkataan mama Risa.
"Hati-hati sayang" ucap Rey lembut kemudian memberikan segelas air putih kepada Ayya sambil menggosok punggungnya.
"Kamu tidak apa-apa nak?" Tanya papa Andra.
"Nggak apa-apa kok pa" jawab Ayya.
~BERSAMBUNG~
tetap menyala niii🔥🔥