Tak ada yang tau kapan dan kepada siapa cinta kita berlabuh. begitupun Kiara yang memendam perasaannya pada sang bos dingin yang bernama Zavier.
meluluhkan hati Zavier adalah goals terbesar yang ingin Kiara capai. namun, siapa sangka karna orang tua Zavier yang terus mendesaknya untuk menikah, akhirnya Kiara terikat pernikahan kontrak bersama Zavier.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Blue Zia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 09
Siang ini Rion akan terbang ke kota B untuk menggantikan Kiara setelah mendapat kabar dari Zavier jika Kiara dan Zea mengalami hal buruk semalam. sepanjang perjalanan, Rion terus saja khawatir dengan mereka.
Saat tiba di kota B. Rion langsung menemui Kiara. sudah 2 menit Rion mengetuk pintu kamar Kiara namun tak juga dibuka.
"Dari tadi?" tanya Zavier.
"Lumayan. ini anak orang gak mati aja kan di dalam? dari tadi gue panggil," ucap Rion.
"Gak bisa gerak."
"Owwwww pintunya rusak. bilang dong! jadi kita lewat kamar Zea nih?" tanya Rion lagi.
Zavier memutar bola mata malas. Rion tidak mengerti dengan ucapannya padahal yang Zavier maksud adalah Kiara yang tidak bisa bergerak namun Rion malah menyalah artikannya dengan pintunya lah yang tidak bisa bergerak.
Rion yang merasa terabaikan pun merubah raut wajahnya menjadi kesal dan kembali bertanya ia harus lewat mana untuk bisa menemui Kiara.
Tak berselang lama Zea keluar dari kamarnya dengan berkacak pinggang dan raut wajah yang marah. Zea menghampiri Rion dan juga Zavier.
"Ayah! om Ion! kata Kak Ara jangan berisik!"
Rion mematung saat mendengar Zea berbicara. sedangkan raut wajah Zavier yang sudah tahu biasa saja. berbeda dengan Rion yang tampak terkejut, bingung, linglung.
"Bro tadi yang ngomong itu Zea? tanya Rion tampak tak percaya.
"Hm."
"Kok lo nggak ngomong sih sama gue kalau Zea sudah bisa ngomong! sejak kapan? kok bisa? gimana ceritanya?" tanya Rion beruntun.
Zea mendekat dan mencubit lengan Zavier dan Rion secara bergantian dan ia kembali berdiri di posisinya semula dengan berkacak pinggang.
"Kan tadi Zea udah bilang jangan berisik! kak Ara itu lagi sakit kalian ngerti nggak sih!" kesal Zea.
Rion hanya tersenyum lebar sedangkan Zavier menatap tak percaya pada Zea yang sudah berani mencubit lengannya. setau Zavier. Zea adalah anak yang penurut kenapa sekarang jadi gini.
"Zea, ayah gak suka Zea seperti tadi. itu gak sopan!" tegas Zea.
"Kata kak Ara kalau ayah sama om Ion masih ribut cubit aja," ucap Zea polos.
Zavier hanya menghembuskan napas panjang. memang benar Zea penurut. apapun yang di katakan ia akan menurutinya.
Tak berselang lama Kiara keluar dengan wajah pucatnya sambil memegang perutnya. itu membuat Rion dan juga Zavier panik dan memapah Kiara yang hampir oleng.
"Astaga, pucat banget lo njir!"
"Rion ada Zea!"
"Eh, maaf reflek. lo kenapa Ra? kehabisan darah lo?" tanya Rion
"Kalian bisa diem gak sih, gue udah sekarat gini masih aja lo berdua ribut!" kesal Kiara.
"Ya maaf, gue khawatir Ra. buruan balik kamar."
Rion dan Zavier memapah Kiara kembali ke kamar. setelah dibaringkan Kiara baru merasakan sedikit nyaman di perutnya.
"Lo udah makan belum? bantal panas lo ada kan?" tanya Rion beruntun.
Zavier mengerutkan keningnya. "Kok lo tau banyak?"
"Ya lo pikir aja lah, kita itu udah temenan dari smp. tiap datang bulan Kiara emang gini kali. jangan bilang lo lupa waktu itu lo pernah panik liat Kiara pingsan setelah olahraga. dan lo la---"
"Diam!" potong Zavier cepat.
"Gue pernah pingsan?" tanya Kiara polos.
"Rion gue tunggu di depan. sudah waktunya berangkat," ucap Zavier keluar dari kamar Kiara.
"Woy, kok gue gak tau sih!" protes Kiara.
"Udah di tunggu bos. kerja dulu yah," Rion melambaikan tangan dan keluar dari kamar Kiara.
"Kak Ara sudah makan?" tanya Zea lembut.
"Kak Ara lagi gak nafsu makan sayang. Ara sudah makan siang belum?"
"Udah, tadi sama ayah. kak Ara mau makan apa? mau Zea suap?"
Kesensitifan Kiara kembali. ia terharu dengan Zea yang sangat perhatian padanya. melihat Kiara menangis lagi Zea dengan cepat mengambil tisu dan menghapus air mata Kiara.
"Kenapa Zea baik banget sih, kan kak Ara jadi terharu."
"Kak Ara masih sakit yah. bobo aja kak biar cepat sembuh."
"Temenin kak Ara bobo yuk."
Zea hanya mengangguk dan ikut berbaring disamping Kiara. tak lama merekapun terlelap.
......................
Ponsel Zavier terus berdering namun ia mengabaikannya sepanjang berada di lokasi proyek. saat ponsel Zavier tak lagi berdering kini ponsel Rion mulai berdering. panggilan masuk yang terus beruntun membuat Rion hilang fokus dan pamit untuk menjawab telponnya.
Raut wajah Rion terlihat tegang setelah membaca nama yang tertera di layar ponselnya.
Sang penguasa. itulah nama yang ia berikan untuk ayah Zavier. dengan jantung yang mulai berdebar. Rion menjawab panggilan itu.
Belum sempat Rion mengucapkan 1 huruf. orang diseberang telpon sudah mengeluarkan ceramah panjang tentu saja dengan teriakan yang semakin tinggi nadanya.
Setelah membiarkan Kalandra menyampaikan ceramahnya barulah Rion berani mengeluarkan suara.
"Maaf pak, kami sedang dilapangan. bapak bisa telpon lagi nanti," ucap Rion hati-hati.
"Pak, pak pak! saya gak nelpon kamu untuk kerjaan yah! jadi panggil yang benar!" bentak Kalandra tak terima.
"Iya om, iya. ini kita lagi di lapangan kalau sudah di rumah baru om nelpon lagi deh," ucap Rion.
"Kalian 2 pria yang tidak dapat saya percaya! dimana Kiara? kenapa dia mengabaikan telpon saya?" tanya Kalandra bingung. karna tak biasanya Kiara mengabaikan telponnya.
"Kebetulan Kiara lagi sakit om, jadi saya gantiin Kiara ke lapangan. Zea ikut bersama kami ke kota B."
"APA! KOTA B! KALIAN GILA! SAYA AKAN KESANA SEKARANG!"
Kalandra memutuskan sambungan telponnya sepihak membuat Rion menatap nanar ponselnya. kini ia dilema, bagaimana cara memberitahu Zavier tentang ini. tentu saja Rion akan mendengar ceramah part 2 dari Zavier.
Setelah urusan mereka selesai, mereka istirahat sejenak sebelum pulang. diperjalanan pulang Rion menepikan mobil didepan mini market.
Zavier fokus pada ponselnya seperti sedang bertukar pesan singkat. raut wajahnya begitu serius. mungkin saja urusan pekerjaan itulah yang Rion pikirkan.
Setelah membeli beberapa pesanan Kiara. mereka melanjutkan perjalanan. Zavier masih fokus pada ponselnya. Rion akan mencoba keberuntungannya kali ini.
"Bro, tadi om Kalandra nelpon gue. terus dia otw kesini. gue keceplosan soal Zea," ucap Rion ragu.
"Sudah dirumah."
"Belum kok ini kita bentar lagi nyampai."
Saat mobil melewati gerbang, terlihat sosok Kalandra yang berdiri tegak dengan wajah tegasnya.
"Udah sampai! gila!"
"Jatah libur minggu ini hangus," ucap Zavier keluar dari mobil.
Rion menyandarkan punggungnya. ia tau sangat mustahil untuk Zavier menoleransi kesalahan. apa lagi jika menyangkut Zea. Zavier tak akan main-main.
Rion menyusul Zavier dan menyalami tangan Kalandra.
"Mana cucu saya?"
"Kamar." Zavier berlalu pergi.
"Cepet juga sampainya om. tante gak ikut?" tanya Rion basa-basi.
"Saya mau ketemu Zea!"
"Mari om, kita masuk dulu. biar saya panggilkan Zea."
"Gak perlu!"
Kalandra berjalan masuk mendahului Rion. Kalandra menuju kamar Zea dan tak melihat siapapun disana.
"Sepertinya Zea ada dikamar Kiara om. tapi Kiara lagi sakit, biar saya panggilkan Zea yah," ucap Rion was-was.
Manusia bernama Kalandra itu tetap keras kepala dan membuka pintu penghubung. pintu belum terbuka sempurna sudah di tarik kembali oleh Zavier.
"Apa-apaan kamu! ayah ingin bertemu Zea!"
"Kiara sedang sakit," ucap Zavier penuh penekanan.
"Ayah hanya butuh Zea!"
"Ayah tunggu disini biar Zavier yang masuk."
Zavier masuk lalu mengunci pintu dari dalam. terdengar gedoran dari Kalandra yang berteriak tak terima.
"Zav," panggil Kiara lirih.
"Ayah datang."
"Apa! pak Kalandra datang. bantu gue berdiri. gue harus sapa beliau," ucap Kiara berusaha bangkit namun di tahan oleh Zavier.
"Istirahat! ayah mau ketemu Zea."
"Tapi Zea tidur, kasian kalau di bangunin."
Tiba-tiba pintu penghubung didobrak oleh Kalandra. Zavier dengan cepat menarik selimut dan menutupi tubuh Kiara. Zea yang tadinya tidur kini ini terduduk karna kaget.
"Sudah Zavier bilang tunggu diluar!"
"Kamu lama! Zea sayang," ucap Kalandra mendekati Zea yang nyawanya belum terkumpul.
"Bro ngapain?" tanya Rion yang melihat Zavier masih menutupi tubuh Kiara.
"Agar terhindar dari mata jelalatan," sindir Zavier.
"Maksud kamu ayah? bundamu itu gak ada tandingannya. gak mungkin ayah berpaling."
"Ck, lagian udah biasa juga liat Kiara pakai kaos kan," ucap Rion.
"Bukan."
Mendengar ucapan Zavier. Kiara tersadar jika dirinya tadi mengganti kaosnya dengan tanktop karna merasa gerah meskipun ac sudah sangat dingin.
Kiara menarik selimut dari tangan Zavier dan menutup dirinya rapat. ia merasa sangat malu sekarang. bagaimana bisa ia lupa! pantas saja Zavier memalingkan wajahnya saat bicara dengannya tadi.
Keadaan menjadi hening. Kiara menyempatkan diri untuk menyapa Kalandra dan meminta izin untuk kembali istirahat. mereka semua keluar dan membiarkan Kiara istirahat.
Diruang keluarga mereka berkumpul untuk membahas bisnis dll. sampai dimana tiba-tiba saja Kalandra membuka suara dan membungkam keduanya.
"Menikahlah dalam waktu dekat jika kamu masih ingin Zea ada disisimu."