Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Rasa simpatik
Setelah mie instan itu masak. Maura dan Rafa yang akhirnya sama-sama memakan mie instan dengan mereka duduk di sofa yang menghadap televisi. Mereka berdua sama-sama bersila kaki yang duduk bersebelahan sembari menonton televisi.
"Pasti ada alasan yang sangat besar sampai kamu berpikiran jika aku meracuni kamu," ucap Rafa yang masih sangat penasaran alasan Maura dengan kejadian yang baru saja terjadi.
"Aku tidak bisa percaya kepada siapapun soal makanan. Aku takut dengan makanan sembarangan dan apalagi masakan pemberian orang lain," jawab Maura dengan suara bergetar yang masih takut.
"Kenapa pikiran seperti itu ada di benakmu. Pasti ada sesuatu yang membuat kamu takut dengan makanan pemberian orang lain?" tanya Rafa.
Maura menundukkan kepala melihat mei instan itu.
"Aku tidak berani memakan, makanan yang aneh dan juga makanan yang terlalu mewah. Aku terbiasa makan dengan makanan sederhana dan juga makanan yang aku masak sendiri. Aku tidak bisa memasak dan hanya bisa memasang mie instan," ucap Maura.
"Kenapa kamu sampai memiliki ketakutan seperti itu?" tanya Rafa lagi yang belum mendapatkan jawabannya.
"Karena dulu saat aku kecil, aku pernah keracunan makanan. Saat itu sedang diadakan acara ulang tahun Jesslyn dan aku sangat bahagia dengan makanan yang begitu banyak disediakan di acara ulang tahun Jesslyn. Tapi aku tidak tahu jika semua makanan yang aku makan membuatku koma sampai 5 hari karena keracunan makanan," ucap Maura dengan jujur yang menceritakan ada rasa trauma sendiri bagi dirinya atas makanan yang diberikan orang lain.
"Mama mengatakan ini peringatan untuk ku, agar lain kali tidak boleh makan-makan sembarangan, tidak boleh makan makanan dari orang lain, makan di tempat lain dan memakan makanan yang terlalu mewah. Mama mengatakan jika lambung ku tidak cocok dan lebih baik makan yang ada saja," jelas Maura.
Rafa tiba-tiba terbayang saat Rafa makan malam di rumah Maura. Saat itu dia sangat banyak memperhatikan Maura. Di juga melihat Maura yang hanya makan dengan ayam goreng dan tidak memakan makanan yang begitu banyak disediakan di meja makan dari makanan nusantara sampai makanan western.
"Sejak kecil kau melakukan itu?" tanya Rafa memastikan. Maura menganggukkan kepalanya.
"Astaga..." Rafa sampai tidak bisa berkata-kata.
"Gila, ini sungguh gila," batin Rafa yang geleng-geleng kepala seakan mengetahui apa yang dirasakan wanita yang duduk di samping.
"Maafkan aku dengan tingkahku tadi yang membuat kamu tersinggung. Aku sama sekali tidak bermaksud," ucap Maura yang merasa bersalah.
"Lalu kamu akan selamanya seperti itu yang terbayang dengan apa yang terjadi pada masa kecil kamu?" tanya Rafa.
"Tapi aku masih ingin hidup," ucap Maura dia memperlihatkan wajah yang sangat prihatin.
"Astaga Maura. Jangan bilang jika kamu tidak pernah makan di Restaurant?" tanya Rafa. Maura terdiam dan sudah membenarkan semua pemikiran Rafa.
"Ini benar-benar sangat gila. Aku tidak tahu bagaimana wanita ini selama 24 tahun hidup di rumahnya. Apa lagi yang dia alami dan samapi makanan saja bisa takut seperti itu," batin Rafa yang tidak bisa berkata-kata.
Maura yang kembali melanjutkan makan itu dengan tangan yang masih tetap bergetar. Rafa terus saja memperhatikan Maura dengan semakin iba melihat wanita itu yang sangat malang itu.
Maura anak orang kaya. Tetapi seperti orang miskin yang tidak pernah merasakan hidup enak.
*******
Jesslyn menuruni anak tangga yang menghampiri Jessica yang duduk di ruang tamu sembari membaca majalah.
"Mah, aku tidak melihat kak Maura sejak kemarin. Kemana dia?" tanya Jesslyn yang duduk di samping Jessica.
"Biarkan saja dia keluyuran di luar dan tidak pulang ke rumah ini. Dia itu wanita bodoh dan tidak akan bisa hidup lama-lama di luar, dia akan kelaparan dan ketakutan. Jadi biarkan saja dan jangan tanya-tanya. Karena itu yang pantas untuk wanita yang berani pada kita," jawab Jessica.
"Lalu bagaimana jika terjadi sesuatu?" tanya Jesslyn.
"Bukankah itu hal yang bagus dengan begitu kamu bisa menikah dengan Rafa. Wanita itu terlalu percaya diri yang akan merasa bisa menikah dengan Rafa. Dia pikir semudah itu untuk masuk ke dalam keluarga hebat seperti Rafa. Dia sama sekali tidak sadar siapa dirinya dan sekarang berani-beraninya tidak pulang ke rumah ini dan kamu pikir dia akan baik-baik saja. Dia akan semakin menderita karena ulahnya sendiri," ucap Jessika dengan yakin.
"Anak bodoh yang mau pergi dari rumah ini, makan saja kau tidak bisa. Kau hanya akan kelaparan sama seperti gelandangan di pinggir jalan," batin Jessica dengan tersenyum miring.
"Lalu bagaimana jika kak Maura benar-benar akan menikah dengan kak Rafa. Mama tidak dengar apa yang dikatakan kak Rafa kemarin. Dia memang terlihat seperti sangat menyukai kak Maura dan bahkan memanfaatkan diriku hanya untuk bisa dekat dengan kak Maura," ucap Jesslyn dengan rasa khawatir.
Jessica mengusap lembut rambut putrinya itu dan tersenyum pada Jesslyn.
"Kamu harus percaya kepada Mama, hal itu tidak akan mungkin pernah terjadi. Kamu tahu jika Mama akan melakukan apa saja untuk kamu. Kamu yang akan menikah dengan Rafa. Karena hanya kamu yang pantas mendapatkan semua itu dan bukan Maura. Jadi kamu tidak boleh memikirkan hal-hal negatif," ucap Jessica meyakinkan Jesslyn.
"Tapi Papa juga setuju dan mendukung mereka berdua. Papa bahkan tidak peduli dengan perasaanku dan menyetujui semua itu di depanku," ucap Jesslyn.
"Jesslyn untuk papa kamu. Kamu serahkan pada mama," ucap Jessica meyakinkan dan Jesslyn yang langsung memeluk Jessica.
"Aku tidak terima jika kak Maura akan menikah dengan laki-laki yang aku inginkan. Aku tidak bisa membiarkan orang lain merebut milikku dan aku akan berusaha untuk mempertahankan milikku," ucap Jesslyn.
"Mama juga tidak bisa membiarkan orang lain untuk memiliki apa yang kamu mau dan Mama juga akan berusaha untuk melakukan semuanya. Kamu jangan pernah sedih-sedih lagi dan tetap harus semangat, kamu harus pikirkan kesehatan kamu dan jangan memikirkan Maura. Biar mama mengurus anak kita," tegas Jessica. Jesslyn menganggukkan kepala.
**
Rafa yang berada di dalam mobil yang baru saja pulang menemui Maura. Tadi Rafa hanya ingin membahas Maura yang sudah mulai mendekati keluarganya. Rafa sampai membawakan makanan. Tetapi niat Rafa tidak tersampaikan dan malah melihat keanehan terjadi di depan matanya.
Rafa yang terbayang kembali dengan Maura yang penuh ketakutan. Maura yang dulu yang begitu polos dan saking polosnya menganggap semua orang baik dan akhirnya dirinya yang tersakiti.
Hahhhhhhhh.
Rafa menghela nafas kedepan dengan perlahan. Lalu Rafa meminggirkan mobilnya. Rafa mengeluarkan ponselnya dan langsung melihat kontak panggilan Maura dengan langsung menghubungi Maura.
"Hallo!" suara lembut yang terdengar itu yang terlihat sudah baik-baik saja yang membuat Rafa tampak lega.
"Kamu sudah tidur?" tanya Rafa.
"Sudah mau tidur," jawab Maura.
"Kalau begitu istirahatlah," ucap Rafa.
"Kamu kenapa menelponku malam-malam seperti ini?" tanya Maura bingung.
"Tidak apa-apa!" jawab Rafa yang langsung mematikan panggilan telepon tersebut tanpa mengatakan apa-apa.
Rafa menghela nafas kedepan dan kembali meletakkan ponselnya pada tempatnya. Rafa hanya ingin mengetahui bagaimana kondisi Maura setelah dia meninggalkan Maura. Tetapi setelah mendengar suara Maura yang terlihat baik-baik saja Rafa tampak lega.
Bersambung