Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Mari bercerai"
Sampai malam tiba tidak ada tanda-tanda Liliana pulang,bahkan jam juga sudah menunjukkan pukul 10 hal itu membuat Bara tiba-tiba merasa resah.
"Dia baru saja pulang dari rumah sakit tapi sudah keluyuran?"
Bara masih di balkon kamarnya,sejam yang lalu Ia baru selesai bekerja sembari menunggu kedatangan Liliana tapi yang di tunggu tak kunjung datang dan sekarang Ia berada di balkon untuk menunggu Liliana.
Di bawah dua penjaga gerbang melihat ke atas dan bingung melihat majikan mereka yang sejak tadi masih mondar mandir di balkon padahal malam sudah cukup larut,tapi mereka tidak berani menegur.
"Apa tuan menunggu nyonya ya?"
"Mana mungkin,tuan pasti hanya mencari angin malam karena tidak bisa tidur kan biasanya sama si perempuan itu"
"Tapi kenapa juga nyonya tidak pulang ya, padahal kata bik Inah hari ini nyonya sudah keluar dari rumah sakit"
"Minggat kali"seloyor Hendro menanggapi Tomo yang selalu kepo.
"Gak mungkin orang nyonya Liliana sangat mencintai tuan"
"Siapa yang tau,mungkin nyonya sudah lelah"
Tomo dan Hendro berbincang-bincang dan mengabaikan majikan mereka yang tak berhenti mondar mandir dan terkadang duduk kemudian kembali berdiri dan berjalan ke sana kemari.
Bolak balik Bara melihat jam tangannya hingga jam menunjukkan pukul satu dan Liliana tidak muncul dan itu membuatnya marah.
***
Tiga hari selanjutnya Bara masih seperti sebelumnya yang tidak fokus bekerja dan pulang begitu cepat ke mansion,Ia juga tidak pernah menghubungi atau mengangkat telepon Laura dan yang lebih parahnya Ia melarang siapapun untuk mengijinkan Laura menemuinya baik itu di kantor atau di mansion.
Hal itu membuat Laura marah namun juga takut kalau Bara sudah bosan dengan nya dan tidak mau lagi dengannya,sehingga sore itu Ia nekat mencelakai dirinya sendiri dengan menyanyat pergelangan tangannya saking strees karna Bara tak mau bertemu dengannya bahkan mengabaikan telepon dan semua pesan nya selama tiga empat hari.
"Sayang,kenapa sih kamu gak mau ketemu aku lagi belakang ini?kamu udah gak cinta lagi sama aku?"
"Atau kamu udah mulai ada perasaan sama wanita murahan itu?,kamu gak mungkin jatuh cinta sama wanita seperti itu kan sayang?"
"Sayang kamu dengar aku gak,kamu udah berubah kamu gak kayak dulu lagi yang cintanya sama aku doang",Laura berbicara dengan begitu menyedihkan dan sangat memperihatinkan.
"Aku banyak pekerjaan akhir-akhir ini",jawab Bara dingin dan dengan wajah datar kepalanya pusing mendengar celotehan Laura yang sejak keluar dari rumah sakit hingga sekarang mereka masuk ke dalam mobil,terus menanyakan hal yang sama dan itu membuatnya pusing.
Willy menghela nafas pelan melihat Bara dari kaca spion yang terlihat tak nyaman dengan Laura bahkan Ia sendiri pusing mendengar omelan Laura sejak tadi,namun saat akan melajukan mobil Bara tiba-tiba menyuruhnya berhenti.
"Eh kenapa bos?"
Bara tiba-tiba turun dari mobil membuat Laura terkejut dan langsung ikut turun begitupun dengan Delon.
Laura terpaku di tempatnya ketika melihat Bara yang berlari menghampiri wanita yang paling Ia benci."Wanita murahan itu!"
"Tunggu!"
Bara menahan tangan wanita yang beberapa hari ini membuatnya bingung kini di depan matanya namun masih mencoba berlari menghindarinya.
Liliana baru saja sampai di rumah sakit untuk cek rutin selama dua minggu ke depan karna lukanya yang belum pulih total sehingga masih perlu di awasi dan di periksa dokter.
Liliana tidak ingin repot-repot dengan menyuruh dokter ke apartemennya hanya karena ingin melakukan pemeriksaan sebentar saja.
Namun baru saja Ia memasuki rumah sakit tidak sengaja melihat Bara yang turun dari mobil dan berlari menghampirinya,namun sebelum Ia sempat lari Bara sudah menangkapnya.
"Lepas!"
Liliana mencoba melepaskan tangan Bara yang menggenggam pergelangan tangannya.
Bara sedikit terkejut dengan tatapan sangar dan dingin Liliana yang bahkan selama ini tak pernah Ia lihat."Kenapa kamu menghindari ku dan tidak pulang ke mansion bahkan kamu kecelakaan pun tidak memberitahu ku!"
Bara berbicara tegas dan menatap Liliana tak kalah dingin dan tajam, kalimatnya begitu mencekam sehingga membuat Liliana merinding dan takut dengan tatapannya.
"Mas Bara tolong lepasin tangan ku sakit!",rintih Liliana yang benar-benar merasa sakit di area pergelangan tangannya.
Bara tersadar dan merasa bersalah sehingga dengan gerakan perlahan Ia melepaskan tangannya.
Liliana mengusap pergelangan tangannya dan tersenyum miring,"Mari bercerai"
Hanya itu yang keluar dari mulutnya saat Ia tak bisa menumpahkan kemarahannya pada pria di depannya yang masih berstatus suaminya.
Bara tersentak hingga tiba-tiba membeku, seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya."Bercerai?"
"Aku sudah menyerah mas,aku akan berhenti berusaha membuat kamu jatuh cinta sama aku seperti keinginan kamu"
"Aku sudah sadar mas kalau selamanya dan apapun yang ku lakukan tidak akan merubah apapun dan tidak akan merubah cara pandang mu pada ku"
"Aku tidak akan menganggu hubungan mu lagi dengan Laura,aku berhenti mas aku menyerah mengejar cinta mu yang memang tidak akan pernah ku dapat"
"Lagipula dua minggu lagi kontrak kita sudah selesai"
Liliana menekan rasa sesak di dadanya mengatakan semua yang ingin Ia sampaikan pada sosok pria yang Ia cintai dan merupakan cinta pertamanya,Ia benar-benar sudah lelah dan tidak ingin berjuang lagi.
Di area yang cukup ramai dan terbuka itu suasana seakan hening dan pernapasan rasanya sesak.
Buru-buru Liliana menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir, kemudian Ia mengangkat kepalanya dan menatap suaminya itu dengan serius."Aku sudah mengurus surat perceraian kita, beberapa hari lagi mungkin akan keluar dan aku akan segera mengirimnya untuk kamu tandatangani"
Selesai mengatakannya Liliana berlalu melewati Bara yang hanya bisa terdiam mendengar ucapan Liliana tanpa membalas sepatah katapun,Ia berbalik melihat Liliana yang berjalan dengan langkah cepat dan tegas benar-benar seperti akan meninggalkannya selamanya.
"Bercerai?"
Kalimat itu tiba-tiba membuat Bara bingung sendiri karena dadanya merasakan sakit dan sesak bersamaan, terlebih melihat aura dingin dari Liliana bukan seperti Liliana yang selama ini yang dikenalnya.
Flashback
"Mas Bara,aku buatin bekal biar nanti makan di kantor kan gak sempat sarapan",dengan senyum sumringah dan semangat menyerahkan bekal yang sudah di siapkan.
Namun dengan tatapan dingin Bara menatapnya dan begitu saja mengabaikannya,"Aku bisa sarapan di kantor tidak perlu repot-repot"
Liliana hanya bisa menggigit bibir bawahnya kemudian menghela nafas dan menatap nanar bekal yang sudah Ia siapkan berjam-jam tapi di tolak.
"Ya udah tapi hari ini kamu pulang kan mas,biar aku masakin makan malam nanti"
Namun di abaikan,tapi Liliana dengan senyum sumringah menganggap Bara akan pulang jadi Ia akan tetap memasak karena semenjak menikah dengan Bara dua bulan yang lalu mereka tidak pernah makan bersama.
Bara memang pulang dan makan malam di mansion seperti permintaan Liliana,namun hal yang membuat Liliana kecewa dan sakit hati Bara justru membawa Laura kekasihnya makan malam bersama mereka bahkan menginap di sana.
Seperti istri pada umumnya Ia melayani Bara mengambilkan lauk ke dalam piring sebab Ia tau makanan kesukaan Bara,meski hatinya sakit saat suaminya membawa wanita lain ke rumah mereka tapi Ia berusaha kuat karena sejak awal Bara memang sudah memberitahunya.
"Layani aku juga dong,aku mau lauk itu sama itu juga"
Dengan entengnya Laura menyuruhnya dengan nada memerintah.
Liliana mengabaikannya karna Ia merasa tak punya hak untuk melayani wanita itu,tapi ketika Bara akan bergerak melayani wanita itu dengan segera Ia menghentikannya.
"Ya udah,mas Bara diam aja nikmati makanannya biar aku yang layani mbak Laura"
Bukannya makan malam berdua seperti keinginannya,Liliana justru menjadi seperti pelayan keduanya bahkan seperti apapun Laura berbicara atau bertindak kepadanya,Bara hanya diam tanpa menegur Laura yang berlebihan dalam berucap dan berperilaku.
Namun meski begitu setelah selesai makan malam,dan Bara yang akan masuk ke kamarnya di hentikan oleh Liliana.
"Mas Bara selamat malam, semoga mimpi indah dan tidurnya nyaman i love you"Ucap Lily dengan senyum lebar dan semangatnya sebelum masuk ke kamarnya yang kebetulan bersebelahan dengan kamar Bara,namun Bara tak mengatakan sepatah katapun hanya menatapnya sekilas kemudian masuk ke kamarnya tanpa mengatakan sepatah katapun.
Ya,meski sakit hati dan kecewa atas semua tindakan dan perlakuan Bara Liliana tidak pernah menunjukkan wajah sedih dan kecewa,hanya wajah sumringah dan penuh semangat dan cinta yang selalu di tunjukkan dan hal itu membuat Bara muak dan jijik karna Liliana yang sering mengungkapkan cintanya dan terang-terangan menarik perhatiannya.
Bersambung...
🤭🤔 di lanjut ya Thor 🙏
lanjut Thor 💪😘🤗
harusnya kamu bilang pertemuan mu dengan laura