Karya ini sudah tamat ya...
Tak pernah terpikir dalam hatinya menikah dengan suami orang, namun amanah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya terpaksa menjadi istri dari suami sahabatnya sendiri.
Akankah keputusan itu di setuju keluarga???bisakah dirinya bisa di terima oleh suaminya??? Adakah cinta untuk istri yang tak di harapkan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Hari berlalu meninggalkan kisah demi kisah, Zia dan Azzam masih beku di posisinya masing-masing, Azzam masih terpuruk pada rasa kehilangan sehingga lupa pada Nana yang membutuhkan sosoknya.
Hari ini libur, Zia melamun sembari menatap Nana yang sedang bermain boneka, Azzam keluar dari kamar masih dengan penampilannya kemarin.
"Mas... " Sapa Zia bangkit menuju meja makan untuk menyiapkan sarapan Azzam.
Azzam menatap Zia lalu memejamkan matanya, Setiap kali menatap Zia dirinya selalu di diliputi rasa bersalah.
"Zia... Kamu ingin aku bagaimana??? " Tanya Azzam parau.
"Maksud Mas Azzam??? " Zia bingung dengan kalimat yang di tanyakan Azzam barusan.
"Aku harus melepaskanmu apa mempertahankan kamu?? " Tanya Azzam berkaca-kaca.
"Jujur aku merasa amat tidak pantas mendapatkan istri seorang yang baik dan sempurna seperti dirimu... " Kata Azzam membuat sesak di dada Zia seketika.
Zia mendadak seperti kehilangan pegangan, akankah saat ini akan tiba, saat dirinya di lepaskan oleh orang yang sudah memintanya pada orang tuanya.
Mata Zia mengembun ingin meluapkan isi hatinya namun hanya kebisuan yang bisa dia lakukan, seperti inilah takdir yang harus di jalannya, menikah hanya dalam waktu yang singkat, bahkan tanpa merasakan indahnya sebuah pernikahan.
"Namun kamu sudah kadung menempati hati ini tanpa sengaja... maaf... aku lancang telah mencintaimu tanpa sengaja... aku tak tau jika rasa yang dulu aku simpan dan kagumi sejak aku remaja adalah dirimu... Aku bodoh dalam menerjemahkan perasaanku... Aku terlambat menyadarinya..." Kata Azzam sambil menatap Zia nanar.
"Zia... ku mencintaimu... namun aku merasa tak pantas untuk dirimu... Aku harus bagaimana??? " Azzam semakin parau dan menunduk tak sanggup menatap mata indah Zia yang mengembun dengan bibir yang setia membisu.
"Aku seorang Duda beranak... Kamu seorang perawan... Aku tak pantas bersanding dengan dirimu... Tapi hatiku ingin serakah... memilikimu seutuhnya dan seterusnya tanpa memandang diriku yang Duda... Zia... apakah rasaku ini salah??? " Azzam menunduk sambil berbicara.
Zia diam membisu mencoba menenangkan pikiran dan perasaanya sebelum berucap, karena Zia tak ingin mengambil keputusan sesaat.
"Mas... " Kata Zia lalu kembali menarik nafas.
"Maaf.... " Zia kembali berucap dan ini sukses membuat dada Azzam berdetak lebih cepat, kata maaf yang terucap dari bibir itu mampu dia terjemahkan dalam banyak kemungkinan keputusan.
"Kenapa saat kamu memegang tangan penghulu dan memintaku saat itu kamu begitu tegas??? dan sekarang mengapa kamu bimbang???" Ucap Zia.
"Aku terserah pada dirimu Mas..." Ucap Zia lagi lalu menundukkan kepalanya.
"Jika memang kamu tak ingin mempertahankan pernikahan ini... aku pasrah... namun jika kamu ingin melanjutkan aku bersyukur, setidaknya aku tidak akan menjadi janda di usiaku yang masih muda..." Kata Zia sembari meremas gamisnya sendiri.
"Mas... Mungkin kamu tak memikirkan ini Mas saat dulu menikahi ku... namun aku selalu berpikir... Aku menganggap kamu suamiku meski suami sahabatku tanpa mengurangi rasa setiaku pada sahabat... Aku juga tidak akan serakah dan menguasai suami sahabatku dengan memaksakan cintanya, hidupku mengalir karena rasa sayang yang tulus untuk Nana... mengenai perasaanku padamu, aku akan pasrahkan pada pemberi rasanya... " Lanjut Zia parau.
"Aku tak apa Mas Azzam Duda, aku tidak akan mengukur pernikahan kita dengan status itu... Rasulullah menikahi seorang janda yaitu Khadijah, Aisyah seorang perawan juga menikah dengan Rasulullah, bahkan Rasulullah sudah pernah menikah sebelumnya... Aku tak apa di hatimu masih ada Alma, seperti seorang Rasulullah yang tak pernah melupakan Almarhum Khadijah selama bersama Aisyah, sama aku juga rela di hatimu tetap ada Almarhum Alma meski aku di sisimu..." Ucap Zia yang mampu membuat Azzam terkejut dan tak menyangka setulus itu hati Zia.
"Namun ke depan... selama aku masih mampu.. cukup aku menjadi istrimu... jangan ada Zia yang lain... seperti halnya saat kamu dan Alma..." Ucap Zia lagi.
Zia lega, setidaknya pemikirannya dan perasaannya sudah tersampaikan, Zia ingin seperti Ayah Arsya yang mampu menerima Bunda Mutia berserta semua anak-anaknya termasuk Zia sendiri.
Zia tak ingin lagi menganggap sebuah pernikahan itu sebagai permainan, Zia ingin menerima takdir dan berhenti merutuki takdirnya, Zia akan berusaha meyakini jika suatu saat pernikahan yang berawal dari sebuah keterpaksaan dan rasa kasian ini akan membuahkan kebahagiaan.
Azzam berderai, di raihnya tubuh Zia yang menatapnya nanar, sungguh beruntungnya dirinya, setelah pernikahan pahitnya Zia masih mau menahannya seperti ini.
"Makasih Zia... Makasih ya... kamu memang wanita yang luar biasa... aku beruntung memiliki kamu..." Ucap Azzam sambil memeluk Zia, sungguh ini tidak akan pernah dia bayangkan, namun Azzam sangat berterima kasih atas sikap Zia.
Dekapan itu sukses membuat tubuh Zia membeku dan bergetar luar biasa, dadanya lega, dirinya tidak akan pernah mempermainkan sebuah pernikahan.
***
Di makam Alma.
Zia dan Azzam memutuskan ke makam Alma setelah menyepakati untuk mempertahankan pernikahan mereka, Zia dan Azzam ingin berterima kasih sekaligus meminta maaf pada Almarhum Alma.
"Assalamualaikum... kami datang... " Ucap Zia dan Azzam bersamaan.
"Sayang... aku datang bersama Zia... maaf Aku tak membawa Nana... " Kata Azzam sambil mengusap batu nisan Alma.
"Sayang... Aku dan Zia datang untuk mendoakan kamu... Aku ingin juga menyampaikan maaf karena semua hal yang mungkin sempat menyakiti hatimu... aku juga mengucapkan terima kasih atas kebaikan kamu yang menikahkan aku dengan Zia sahabatmu..." Kata Azzam parau.
"Alma... semoga kamu bahagia selalu di sana... semoga kamu selalu berada dalam dekapan Allah... Maaf aku memilih tetap mempertahankan pernikahan ini... semoga kelak kita bisa bersama di Syurga dengan Mas Azzam... " Ucap Zia juga sambil terisak.
Kemudian mereka pun membaca doa untuk Alma dan menaburkan bunga-bunga di atas tanah kuburan Alma. Setelah mereka selesai mereka pun kembali ke mobil dan memutuskan untuk memiliki waktu sebentar berdua.
Setelah di dalam mobil Zia masuk di susul Azzam, Azzam mengemudi dan menyalakan musik agar suasananya tidak canggung.
"Kita mau kemana Mas??? " Tanya Zia halus dan pelan karena mendadak dadanya bergetar dari biasanya.
"Kamu mau kemana??? " Ganti Azzam tanya, keduanya lalu tersenyum canggung, hati keduanya mendadak berdetak luar biasa.
"Pulang... Kasian Nana... " Jawab Zia merona, alasan agar dirinya tak terlalu lama berdua.
"Tapi aku ingin kita saling mengenal lebih jauh... hanya berdua... satu jam saja... " Jawab Azzam yang membuat Zia makin merasa canggung.
"Kamu takut??? " Tanya Azzam.
"Hah??? bu bukan... jujur Aku... aku grogi... aku merasa canggung... " Kata Zia jujur yang di jawab tawa dan belaian lembut tangan Azzam di hijab Zia.
Zia memerah, pipinya terasa panas, Azzam sangat berbeda sikapnya saat ini, lebih manis dan hangat saat berkata, Zia merasa ada banyak getaran yang tersalur dari tangan Azzam
"Kamu lucu... kita menikah sudah hampir 10 bulan tapi masih seolah baru kemarin... "Kata Azzam
" Kita makan aja yuk... " Kata Azzam lalu benar-benar melaju menuju tempat yang ingin dia kunjungi dengan orang yang spesial.
***
Yang masih ada vote mau dong...
jangan bosan ya...
Mohon maaf author tetap mempertahankan hubungan mereka... karena jujur di kisah ini tidak ada yang berkianat, jadi author tidak menyukai perceraian...
Maafkan ya... 🙏🙏🙏