Mendadak Dinikahi Mafia

Sejujurnya Daisy heran dengan dirinya sendiri yang mudah menyerah pada pesona seorang Daren.

Daisy membuka kakinya dengan sadar. Meski di otaknya ingin menolak, tapi respon tubuhnya sungguh berkhianat. Sentuhan demi sentuhan suaminya membuat rasa lapar akan kenikmatan semakin membara.

Rasanya tubuh Daisy seperti remuk redam, meski nikmat tapi capeknya luar biasa. Lebih melelahkan dibandingkan saat berlatih dengan Raina. Selain tubuh, tenggorokannya bahkan kering karena terus mendesah.

Dua hari menghabiskan waktu hanya di dalam resort membuat Daisy bosan. Wanita itu merengek untuk jalan-jalan, sudah cukup waktu yang mereka habiskan untuk bercinta. Saatnya mereka menikmati keindahan kota ini.

Keesokan paginya setelah sarapan, mereka berangkat menggunakan mobil resort. Tujuannya adalah pantai. Tak butuh waktu lama mereka telah tiba di sana. Di sepanjang daratan berjejer banyak penginapan dan juga vila.

Daisy berdecak kagum menatap pemandangan laut biru yang tampak memukau di bawah sinar matahari. Tanpa sadar gadis itu menautkan tangan di lengan suaminya. Berjalan menuju arah dermaga, ditemani dengan hembusan angin yang sejuk, langit cerah, dan pemandangan laut yang memanjakan mata. Jauh ke arah laut, terlihat pulau-pulau kecil yang seolah memanggil.

Menuju siang Daisy merengek ingin melakukan diving.

“Memangnya kau bisa berenang?” tanya Daren.

“Bisa. Aku belajar saat duduk di bangku junior high school. Saat itu aku hampir saja tenggelam karena terjatuh ke sungai waktu camping.”

“Raina,” panggil Daren membuat wanita itu mengangguk mengerti. Langsung paham apa yang diinginkan sang tuan tanpa harus diperintah dua kali.

Setelah Raina mengurus semuanya, tak lama seorang petugas datang sambil membawa peralatan menyelam.

“Kau tidak ikut Daren?” tanya Daisy.

“Kau saja dengan Raina. Aku malas.”

Begitu Daisy dan Raina melesat menggunakan speedboat, Daren berniat pergi ke cafe dan meminta dua pengawal untuk tetap di sana.

Paras Daren yang tampan cukup menarik perhatian. Namun, tak ada yang berusaha untuk mendekatinya karena pria itu memasang wajah garang mode on.

Daren masih memikirkan tentang rencana kakeknya mengirim mereka ke tempat ini. Jika hanya untuk bulan madu, sejujurnya banyak tempat lain yang lebih bagus nan romantis. Daren yakin perkaranya tak sesederhana itu.

Begitu melewati kerumunan orang-orang yang berswafoto, mata Daren memicing tajam untuk melihat obyek yang menarik perhatian.

Seorang wanita tengah berjemur di bibir pantai dengan kacamata hitam. Tanpa sadar tatapan mereka bertemu, sang wanita tersenyum. Namun, buru-buru pergi begitu langkah Daren ingin menghampiri.

Tak lagi memikirkan, Daren berlalu begitu saja tanpa menoleh. Menuju cafe dan duduk di sana sambil melakukan komunikasi dengan Josh tentang pekerjaan.

Waktu bergulir dengan cepat tanpa terasa. Daren yang sibuk dengan dunianya, sementara Daisy yang menikmati keindahan laut beserta isinya.

Pukul sepuluh malam, mereka semua baru kembali ke resort setelah menghabiskan seharian penuh menikmati keindahan Raja Ampat.

Lelah melanda, membuat Daisy langsung tidur begitu tiba di resort. Malam itu secara sadar Daren tidur sambil memeluk Daisy dari belakang.

*

Seorang wanita masuk ke dalam resort dengan panik. Menemui sang kekasih yang ternyata tengah rapat melalui panggilan video. Wanita itu memberi kode untuk bicara lebih dulu.

“Ada apa? Kenapa kau terlihat cemas?”

Della Hargrove meremas kedua tangannya sambil berbisik, “Dia ada di sini.”

“What! Bagaimana mungkin? Mungkin kau hanya salah lihat.”

“Tidak. Itu benar-benar Daren. Dia ada di sini, bahkan kami sempat berpandangan untuk beberapa saat.”

“Kalian saling melihat satu sama lain?” tanyanya membuat Della mengangguk. “Tapi dia nggak mengenalimu. Buktinya dia tak menyeretmu bersamanya. Jika dia tahu kau Della sudah dipastikan kau tidak akan bisa kembali ke sini.”

Otak Della mencerna semuanya. Benar juga yang dikatakan sang kekasih. Andai benar Daren mengenalinya sudah pasti pria itu akan menyeretnya pulang.

Della memang telah menjalani operasi untuk memperbaiki beberapa bagian wajah yang menurutnya kurang menarik. Namun, dia yakin wajahnya tetap terlihat sama. Hanya saja sekarang lebih terlihat dewasa dan semakin tegas.

Berbulan-bulan berada di Indonesia dengan kebiasaan berjemur membuat kulit Della berubah kecoklatan. Namun, wanita itu menyukainya dan puas dengan hasil yang didapatkan.

“Lebih baik kita pindah saja. Aku yakin setelah ini dia pasti akan menyusuri tempat ini.”

Della tak ingin tahu apa yang dilakukan Daren di kota ini. Dia hanya tak ingin keberadaan mereka ditemukan sebelum menyiapkan rencana apa pun. Bisa saja angkara murka pria itu membuatnya menghabisi mereka karena telah mengkhianatinya.

*

Daren menikmati hari-harinya bersama Daisy.

Kehidupan Daren yang monoton dan membosankan seketika menjadi hidup dan penuh warna bersama dengan wanita polos, tetapi pemberani, juga sikap lucunya yang tak dibuat-buat.

Daren melirik sekilas, melihat Daisy yang tengah berbicara dengan Raina. Tak sengaja tatapan mereka bertemu, Daisy melemparkan senyum tipis ke arahnya.

Liburan selama satu minggu telah usai. Mereka akan kembali pada realita kehidupan.

Perjalanan panjang membuat keduanya memilih tidur. Tidur dalam artian yang sebenarnya, walaupun pikiran nakal Daren membayangkan rasanya jika bercinta di atas awan.

Sore di hari berikutnya mereka tiba di mansion. Keduanya langsung berisitirahat dan tidak keluar kamar sampai waktu makan malam.

“Kau akan pergi ke mana?” tanya Daisy yang melihat Daren berpakaian rapi.

“Ada urusan. Kau tidurlah, tak perlu menungguku.”

“Siapa juga yang mau menunggumu. Percaya diri sekali kau ini,” gerutu Daisy.

Setelah Daren pergi, Daisy naik kembali ke kamarnya. Tak ada yang dilakukan, gadis itu hanya berguling-guling di ranjang sambil bermain ponsel.

Tangan Daisy sibuk menggulir layar untuk melihat foto-foto yang dia ambil sebagai kenang-kenangan. Bukan hanya fotonya sendiri, ada juga fotonya bersama Daren dan Raina.

“Kau semakin tampan saat tersenyum,” gumamnya.

Waktu satu minggu membuat Daisy melupakan masalahnya. Mengesampingkan tentang statusnya yang sebenarnya hanyalah pengganti.

Sampai kapan?

Meski pikiran itu tetap ada, tapi Daisy tak mau ambil pusing. Hidupnya terjamin, punya banyak uang dan yang pasti dikelilingi oleh pria-pria tampan. Walaupun kadang harus dalam bahaya, setidaknya jika mati, dia akan mati terhormat di tangan orang jahat. Bukan mati karena kelaparan dan sebagai gelandangan, itu sangat tidak keren.

To Be Continue ....