Hidup Bintang seketika hancur setelah sahabatnya mengambil kekasih hatinya dan dihari yang sama ia juga harus kehilangan kehormatannya oleh orang yang tidak dikenal karena mabuk.
Apakah Bintang akan selamanya memendam rasa benci dan dendam jika akhirnya ia harus menjadi bagian dari keluarga sahabatnya itu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon requeen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dalam bayangan Bintang
Setelah Leon pergi Bu Dewi masuk ke kamar Bintang. Dari celah pintu yang sedikit terbuka wanita berhati lembut itu menangkap sosok putri asuh kesayangannya sedang menangis tersedu disudut kamar
Bintang nyaris tidak pernah menangis di depan orang, ia selalu menyembunyikan kesedihannya seorang diri.
Bahkan sejak kecil Bu Dewi jarang sekali melihat Bintang menangis seperti anak-anak pada umumnya.
Sejak Bu Dewi menemukan Bintang yang masih bayi merah di depan pintu panti asuhannya,ia sudah melihat jika bayi itu istimewa dan berbeda dengan anak asuhnya yang lain.
Nama Bintang pun Bu Dewi berikan sesuai dengan nama yang tercetak di kalung yang bayi itu kenakan yang kini ia simpan dengan rapi di lemarinya.
"Kalau kamu ingin menangis menangislah !" Bu Dewi meraih kepala Bintang dan mengecup puncaknya dengan penuh kasih sayang.
"Kenapa ibu sekarang mengijinkan aku menangis ? biasanya ibu selalu bilang aku harus kuat dan tidak boleh menangis ?" protes Bintang.
"Agar hati kamu lega Neng " jawab Bu Dewi.
"Dengan memeluk ibu seperti ini hati aku sudah lega Bu " Bintang semakin mengeratkan pelukannya dan Bu Dewi mengelus punggung Bintang lembut.
"Jodoh , maut dan rejeki itu sudah diatur oleh Tuhan. Kita tidak bisa menolak takdir itu dan harus menerimanya dengan iklas " nasehat Bu Dewi.
"Iya Bu, aku dan kak Leon memang tidak berjodoh dan aku sudah iklas melepaskan nya " jawab Bintang dalam pelukan Bu Dewi.
Yang Bu Dewi tau saat ini Bintang sedang patah hati karena cintanya dengan Leon kandas.
Bu Dewi tidak tau jika sesungguhnya Bintang baru saja kehilangan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya selain seorang kekasih. Dan Bintang memilih menutupinya rapat-rapat dari semua orang.
Keesokannya sepulang sekolah Bintang mendatangi tempat kost Sandra dengan membawa amarah yang siap meledak sejak kemarin, namun sayang Bintang tidak dapat menemukan Sandra karena Sandra dan Dion sedang berada di dalam sebuah gudang penyekapan.
Sandra dan Dion tampak mengenaskan dengan wajah babak belur setelah mendapat amukan dari Daniel yang tidak berhasil memangsa Bintang semalam.
*
"Apakah Bintang sudah ketemu ?" tanya Dina ketika Leon muncul setelah semalaman pergi untuk membantu Bu Dewi mencari Bintang.
"Ya..dia sudah pulang barusan " jawab Leon dengan wajah lesu karena semalaman kurang tidur mencari Bintang.
"Apa dia baik-baik saja ?" tanya Dina lagi dengan wajah khawatir.
Meskipun saat ini Bintang sangat membencinya tapi Dina tetap menyayangi sahabatnya itu seperti dulu. Dina bahkan rela membiarkan Leon pergi untuk membantu mencari Bintang di malam pertama mereka.
"Aku rasa tidak, Bintang belum baik-baik saja saat ini " jawab Leon sambil beranjak menuju ke kamar mandi.
Ya tentu saja, butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka di hati Bintang..atau mungkin justru luka itu tidak akan pernah sembuh dan akan membekas seumur hidupnya.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Leon memilih untuk beristirahat dengan tidur. Dina diam-diam menatap wajah Leon yang mulai tertidur pulas.
Dina tidak tau bagaimana nasib pernikahannya dengan Leon kedepannya, wanita itu tidak bisa menutup mata jika sampai saat ini hanya ada nama Bintang di dalam hati Leon. Dan Dina harus sabar menjalani pernikahan tanpa ada rasa cinta di hati suaminya.
Leon baru bangun dari tidurnya ketika senja mulai tiba. Begitu matanya terbuka ia tidak mendapati Dina dikamar mereka dan rumah terlihat sangat sepi.
"Sepi sekali, pada kemana ?" tanya Leon ketika mendapati Dina sedang menonton tv di ruang keluarga.
"Papa dan Mama ikut ka Dipa pulang ke Surabaya karena kak Elsa akan melahirkan " jawab Dina.
Dipa adalah kakak lelaki Dina, ia tinggal di Surabaya mengurus perusahaan keluarga yang ada di sana.
Pada saat Dina dan Leon menikah hanya Dipa yang datang ke Jakarta karena istrinya yang sedang hamil besar tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan jauh.
Dipa termasuk sangat jarang pulang ke Jakarta, malah lebih sering Dina dan orangtuanya yang mengunjungi Dipa ke Surabaya.
Dipa pulang ke Jakarta hanya untuk urusan yang dia anggap sangat penting salah satunya adalah pernikahan adik semata wayangnya.
Satu jam kemudian orangtua Dina mengabari jika Elsa sudah melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik di sebuah rumah sakit bersalin di Surabaya.
Dina menatap photo bayi merah yang baru dikirimkan Dipa dengan takjub sambil mengusap perutnya yang mulai menonjol.
Beberapa bulan lagi ia dan Leon juga akan memiliki bayi, namun apakah Leon akan bahagia jika bayi mereka kelak sudah lahir ?
"Na..kenapa melamun ?" Leon menepuk pundak Dina membuat lamunan Dina buyar seketika.
"Keponakan aku cantik ya ?" tanya Dina.
"Iya " jawab Leon. Bayi mungil itu memang terlihat sangat cantik. Wajahnya merupakan perpaduan sempurna antara Dipa yang tampan dan Elsa yang cantik.
"Kalau anak kita lahir apakah kamu juga akan menyayangi dia ?" satu pertanyaan bodoh tiba-tiba meluncur dari mulut Dina.
Leon menatap Dina tajam , jujur ia tidak suka dengan pertanyaan yang dilontarkan istrinya. "Kenapa kamu bertanya begitu ? apakah aku terlihat seperti suami yang tidak bertanggung jawab ?" tanya Leon.
"Ti..tidak seperti itu " jawab Dina gugup. Sepertinya ia salah besar telah bertanya seperti itu.
Dengan menolak ide gila untuk menggugurkan kandungannya sudah membuktikan jika Leon bertanggung jawab atas bayi yang ada di dalam perutnya.
Dengan menikahi Dina adalah bukti nyata jika Leon bertanggung jawab atas bayi dalam kandungan Dina, namun untuk menjadi suami yang seutuhnya Dina masih meragukannya karena mereka tidak seperti pasangan yang baru menikah pada umumnya.
Beberapa kali Dina memergoki Leon sedang termenung sambil menatap photo Bintang yang masih tersimpan di galeri ponselnya. Meski merasa sakit hati namun Dina memilih tidak mempedulikannya.
Dina berharap seiring berjalannya waktu Leon akan dapat menerima dirinya seutuhnya.
Diusia kehamilannya yang menginjak tiga bulan, Dina juga mengalami ngidam sama seperti wanita hamil pada umumnya. Namun diantara semua keinginannya itu tidak sekalipun Dina meminta kepada Leon.
Jika ada makanan yang sedang diinginkan Dina lebih memilih menyuruh pelayan atau memakai layanan pesan antar daripada meminta kepada Leon walaupun suaminya itu sedang ada di rumah.
Dina tidak berani meminta apapun kepada Leon karena ia sadar jika hati Leon belum sepenuhnya miliknya.