Kisah cinta anak SMA terhadap seorang dokter tampan yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta ulang tahun temannya. Sonia demikian mabuk kepayang dan jatuh cinta pada dokter Monark, tanpa dia menyadari bahwa dia menjadi target sang dokter. Segala nasehat kakaknya tentang pribadi sang dokter, sama sekali tidak didengarkan. Tapi situasi bisa saja berubah. Bagaimana kelanjutan cinta Sonia dengan dokter Monark?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 : FIRST OF MAY UNTUK SONIA
Monark pulang dari tempat prakteknya kira kira jam sepuluh malam. Ruang bawah sudah gelap. Rupanya semua penghuni sudah masuk ke bawah selimut. Dinyalakannya lampu. Lalu ia menuju ke piano yang terletak di sudut sebelah kiri.
Sonia yang belum tidur, mendengar alunan merdu sebuah lagu lawas yang biasa dinyanyikan oleh The Bee Gees. Bukan lagu remaja, tapi lagu yang pernah dibawakan oleh Monark waktu menyanyi di kelab malam. First Of May mengalun merdu. Sonia kebetulan tahu judulnya. Alunan lagu itu meliuk. Merayu. Penuh kenangan. Penuh kemanisan, Kepahitan juga. Setitik air melintas dari mata ke atas bantal.
Sonia memejamkan mata. Pikiran dan perasaannya mengembara ke saat saat manis ketika Monark mengajaknya nonton atau dinner berdua. Setitik air menetes lagi membasahi bantalnya. First Of May mengalun terus bersama denting piano yang dimainkan Monark.
Akhirnya lagu berakhir. Mata Sonia terpejam. Ia terlelap. Entah berapa lama dia tertidur, tahu tahu dia terjaga oleh ketukan di pintu. Semula disangkanya ketukan itu berasal dari pintunya. Dia segera bangun dan berjalan telanjang kaki ke pintu. Ternyata suara itu datang dari kamar Kirana.
Didengarnya pintu kamar dibuka. Lalu suara Kirana. "Ada apa larut malam begini?" "Biarkan aku masuk!" Itu suara Monark. Sonia berdebar. Mau apa Monark malam malam ke kamar kakaknya?
"Tidak bisa! Di luar saja."
"Ah, jangan sok suci. Akupun tidak punya niatan apa apa. Kau ingin kita bicara di luar, biar didengar semua orang? Iya?"
"Ada urusan apa sebenarnya?" Suara Kirana mulai terdengar jengkel. "Lagi lagi kau menuduh aku yang bukan bukan. Sok suci, katamu! Jelaskan! Nanti akan kukatakan padamu siapa kau sebenarnya. Sebuah foto kalian sudah berbicara banyak padaku, tahu!"
Seketika Monark tampak pucat, namun Kirana tidak memberikannya kesempatan untuk menyela. "Dan benda itu akan bicara juga pada Sonia bila kau belum mau juga melepaskannya," sambung Kirana dengan emosi meluap luap. "Dia pasti akan menjauhi kau juga, seperti aku dulu! Sekarang cepat katakan apa urusanmu. Aku mau tidur lagi. Besok aku ada presentas interna!"
Kirana berusaha mendorong pintu kamarnya supaya bisa ditutup. Sebaliknya, Monark berusaha mendesak ke dalam. Ia mengganjal pintu dengan kakinya yang masih bersepatu. Dan berhasil masuk. Sonia tidak dapat mendengar apa apa lagi. Hatinya dipenuhi tanda tanya. Sebuah foto? Itukah benda celaka yang telah menyebabkan Kirana putus dengan Monark?
"Berani sekali kau!" sembur Kirana. Ia mundur ke jendela dengan wajah merah padam, penuh amarah. Tangannya sudah menjangkau jambangan bunga dari tembaga yang akan lumayan rasanya kalau mampir ke kepala. "Kau terlalu menghina diriku!"
"Hm... Aku? Aku yang menghinamu? Sungguh menggelikan. Jangan takut. Aku tak akan menuntut penyerahan dirimu seperti yang dilakukan orang lain....."
"Orang lain mana maksudmu?" Kirana menatap penuh benci. Api tampak di matanya. Semakin berkobar, seperti rumah kebakaran yang tertiup angin. Monark tersenyum mengejek. Kirana ingin sekali menyemprot, 'Kau sendiri berlagak suci!' Tapi ditahannya kalimat itu. Dia ingat, dengan berkata begitu berarti dia membenarkan tuduhan Monark. Jadi ditutupnya mulutnya. Biar akan diperlihakannya saja foto itu, supaya laki laki ini tidak berani banyak mulut lagi!
"Jangan sengit begitu! Aku cuma ingin mengatakan padamu, aku sudah melepaskan adikmu. Takkan kuganggu lagi. Bukan karena kau! Tapi karena aku kasihan pada anak itu sendiri. Aku tak ingin berdosa padanya."
"Hm." Kirana mendadak lemas. Lega bercampur entah apa. Mungkin pedih. Mungkin terharu. Karena apa? Entah!
"Empat hari lagi aku akan terbang ke Brunei untuk roadshow selama dua minggu. Sepulang dari sana, aku takkan menemui Sonia lagi. Nah, kau tenang sekarang?" Monark menatapnya dengan mata penuh tantangan mengejek. Lalu dia berbalik ke pintu. Ketika membuka handle, *Monark berbalik.
''Tadi kau menyebut nyebut foto! Mana? Foto apa? Coba perlihatkan padaku!"
Kirana menelan ludah. Untuk apa? Sonia sudah terlepas dari bahaya, untuk apa lagi memeperlihatkan benda itu?! Tak ada pemerasan yang mau dilakukannya.
Dia menggeleng. "Tak perlu." Monark tidak memaksa.
*** *** ***
Tampaknya hubungan Monark dengan Sonia harus berakhir. Akankah Monark kembali pada Kirana atau justru kembali merajut kasih dengan Sonia dengan cinta yang tulus, bukan sebagai balas dendam, ketika Sonia lulus SMA?
Bagaimana perasaan Idham? Cerita masih akan berlanjut, guys! Ikuti terus ya? Dan jangan lupa dukung terus author ya? Thank youuu
