Bagaimana perasaanmu selalu dituduh mandul dan selalu diselingkuhi bahkan sang suami terus membawa pulang wanita yang berbeda-beda setiap harinya.
Hingga saat sudah tidak kuat lagi akhirnya Rialina menggugat cerai suaminya, sang suami yang mendengar itu tentu senang bukan main dan tanpa pikir panjang langsung menandatangani surat cerai itu.
Ayo simak kelanjutan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Di lain situasi saat ini Realina tengah berada di dalam ruangan kantor Farel. Dia berada di sini karena paksaan dari Farel agar dia ikut menemani Farel bekerja. Sebenarnya Realina tidak ingin ikut, dia rencananya ingin pergi mencari kerja agar memiliki kesibukan tapi Farel langsung saja melarangnya.
"Mas tugas aku ngapain sih disini? masa cuman lihat kamu kerja kan enggak berfaedah banget, aku malah tambah bosan."
"Kamu mau apa? mau camilan atau mau nonton?" tawar Farel sambil mata yang terus fokus pada layar laptopnya.
"Aku enggak mau ke duanya, aku mau cari kerja aja lah."
"Enggak usah! ngapain kamu cari kerja memang fasilitas di dalam mansion kurang hingga kamu lebih milih diluar atau uang jajan yang selama ini aku transfer ke kamu kurang?"
"Fasilitas di mansion kamu enggak kurang sama sekali mas bahkan menurutku sangat mewah dan untuk uang yang kamu kasih ke aku itu sudah sangat banyak masa kamu memberikan aku tiga puluh juta dalam seminggu kan itu gila banget."
"Ya terus kenapa kamu maksa cari kerja terus?"
"Aku bosan mas ingin cari kesibukan lain enggak makan tidur makan tidur terus aku ingin melakukan kesibukan lain yang lebih bermanfaat dan menghasilkan uang dari keringatku sendiri."
"Ohh...kamu pengen cari kesibukan baru dan menghasilkan uang sendiri? Kalau cuma itu mending kamu jadi asisten pribadiku selama di rumah dan di kantor jadi kamu punya kesibukan baru dan aku ada yang mengurus. Gimana kamu setuju dengan penawaranku?"
"Enggak mau kalau kerja sama kamu karena pasti nanti akan bertemu kamu terus menerus, masa di rumah ketemu di kantor pun juga ketemu kan enggak asik."
"Enggak asik bagaimana? Bukankah yang kamu mau bekerja ya?"
"Iya aku ingin bekerja tapi enggak sama kamu juga."
"Ya sudah kalau enggak mau kerja sama aku mending tidak usah kerja saja, sekarang pilihan kamu cuman kerja sama aku atau tidak kerja sama sekali?" ucap Farel tanpa bisa di bantah.
Realina menjadi cemberut, "apakah pilihannya tidak bisa ditawar lagi?" tanya Realina mencoba bernegosiasi.
"Ditawar? memang saat ini kamu sedang belanja di pasar? tidak ada tawar menawar sekarang kamu tinggal pilih saja."
Realina terdiam sejenak untuk berpikir, 'kalau aku menolak untuk kerja dengan mas Farel pasti aku akan mati kebosanan dan kalau aku terima pasti aku akan terus bersama mas Farel dan itu juga akan membuatku mati kebosanan' batin Realina sedang bergelut di dalam hatinya.
Sungguh pilihan kali ini seperti buah simalakama, mau maju salah mau mundur pun juga salah. "Bagaimana Rea kamu pilih yang mana? kalau kamu pilih kerja sama aku pasti kamu tidak akan rugi hitung-hitung belajar menjadi istriku" tanya Farel menunggu jawaban.
'Haduh bagaimana ini? Apakah aku harus memilih?'
"Jawab Rea jangan cuma diam saja."
"Ok mas aku mau kerja sama kamu."
"Baik kalau begitu aku akan suruh sekertarisku untuk mengurus surat perjanjiannya."
Dengan wajah yang amat ketara bahagia Farel segera menelpon sekertarisnya menggunakan telepon kantor. Tidak lama kemudian sekertaris Farel masuk ke dalam ruangan Farel sambil membawa map ditangannya tangannya.
"Ini tuan surat perjanjian yang anda inginkan."
"Hmm...terima kasih kamu bisa pergi sekarang."
"Sebelumnya maaf tuan, saya ingin bertanya."
"Kamu mau tanya apa? tanyakan saja."
"Tuan sekarang anda sudah memiliki asisten pribadi terus bagaimana dengan nasib saya? Apakah anda secara tidak langsung memecat saya secara tidak langsung?"
"Memang saya ada bilang memecat kamu?" sekertaris Farel menggeleng.
"Lalu kenapa kamu takut? aku tidak memecatmu aku hanya meringankan pekerjaanmu saja."
"Apakah selama ini pekerjaan saya kurang cekatan dan bagus?"
"Kamu kerja cukup cekatan dan bagus bahkan sangat rapi dan teliti, sudah sekarang kamu tidak usah berpikiran aneh-aneh mending lanjutkan lagi pekerjaanmu tadi."
"Baik tuan kalau begitu saya permisi" sekertaris Farel membungkukkan badannya sedikit lalu keluar dari ruangan tanpa melirik Realina sama sekali.
"Mas Farel sepertinya sekertaris kamu tidak suka denganku karena menjadi asisten pribadimu, aku jadi tidak enak pasti dia mengira aku mengambil pekerjaannya" ucap Realina dengan wajah tidak enak.
"Kamu tidak usah berpikiran seperti itu cukup kamu kerjakan saja semua pekerjaanmu dengan benar masalah sekertarisku yang tidak suka denganmu itu urusanku biar aku saja yang akan menuturinya."
"Jangan mas kamu enggak usah menuturinya nanti aku malah dikira tukang adu lagi, kamu diam saja belagak tidak tahu saja."
"Ribet ya ternyata menghadapi wanita" ucap Farel sambil memijit dahi pusing.
"Kenapa? kamu keberatan?"
"Sedikit sih" cicit Farel lirik hingga Realina tidak mendengar.
"Apa mas? aku kurang dengar dengan apa yang kamu katakan."
"Bukan apa-apa, ini coba kamu lihat surat perjanjiannya lalu silahkan kamu tanda tangani."
Realina mulai membaca semua yang ada di dalam surat itu lalu langsung menandatangani tanpa mengajukan keberatan sama sekali.
"Kamu langsung tanda tangan? enggak mengajukan keberatan?"
"Enggak, aku mau cepat selesai aja."
"Terus kamu mulai kerja sekarang atau besok?"
"Terserah kamu aja aku nurut kan sekarang kamu bos aku apakah aku perlu memanggil kamu tuan juga?"
"Tidak perlu memanggil tuan panggil aja seperti biasanya, kalau kamu mulai kerja sekarang mau atau tidak?"
"Ok aku bekerja sekarang" Realina menurut lagi yang mana membuat Farel tambah bertanya-tanya apakah akan terjadi perang dunia ketiga makanya Realina bisa menurut seperti ini hari ini? tapi sebenarnya Farel juga senang melihat Realina yang penurut seperti ini.
"Sekarang tugas aku apa? enggak mungkin kan aku duduk diam saja di sini?"
"Tolong kamu buatkan aku kopi rasanya mataku mulai susah untuk diajak bekerja."
"Ok tunggu sebentar kopinya akan segera jadi" Realina langsung melesatkan langkahnya menuju pantry untuk membuatkan Farel kopi.
Selama membuatkan kopi Realina selalu menyapa ramah para karyawan yang berpapasan dengannya tapi mereka membalas dengan lirikan sinis atau menatap Realina tajam seperti tidak suka dengan kehadiran Realina.
"Mau buat kopi mbak?" tanya Realina seramah mungkin.
"Oh kamu ya yang menjadi asisten pribadi tuan Farel? tampang kamu boleh juga, pasti kamu menggoda tuan Farel kan agar kamu menjadi asisten pribadinya?" tanya orang itu sinis.
"Saya tidak menggoda mas Farel sama sekali."
"Mas? wah kamu berani sekali memanggil atasan kamu dengan panggilan mas, emang dia siapa kamu? Enggak sopan manggil atasan seperti itu."
"Memang saya menjadi asisten pribadi mas Farel mengganggu anda?"
"Mengganggu karena kamu temanku pekerjaan berkurang."
"Bukannya kalau pekerjaannya berkurang itu lebih baik karena kan punya banyak waktu luang."
"Kamu enggak mikir nanti gajinya juga bakal berkurang, orang seperti kamu yang masuk jalur selangkangan pasti tidak akan paham."
pikiran pun licik ..
walau akibatx nnt merugikan dri x
nama x keburukan gk mungkin
gk kecium ...