Kisah anak Vira dan Aldi (Novel berjudul Pembalasan Istri CEO manis) Aris Bima Pradana.
Gimana rasanya kehilangan orang yang dicintai terlebih dialah yang jadi penyebabnya sendiri?
Di tambah ada bayi yang tidak berdosa kehilangan ibunya? Malah dia membenci anaknya sendiri?
Belum penuh ujiannya harus menuruti orang tuanya dengan menikahi adik dari istrinya? Kembarannya?
Penasaran, langsung baca ya, inget jangan numpuk bab ya.
Simak kisah menghalu Author, jangan lupa like.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Aris yang terus tersenyum dan bersiap terus saja bersiul di dalam kamarnya. Untung saja kamarnya kedap suara, gembira dan bahagia Aris seorang diri.
"Tunggu!" pada dirinya sendiri saat di depan cermin.
"Aku harus bersikap biasa dan tidak ada yang boleh pergerakanku. Mumpung Cello tidak ada dan tidak akan menggangguku, jadi harus di manfaatkan sebaiknya. Ar, kamu memang pandai," puji pada dirinya sendiri di deoan cermin.
Kembali menata wajah dan penampilannya agar tidak ada yang menyadari se isi rumahnya. Langkah kakinya keluar dari kamar menuju ruang makannya. Tampak diam semuanya disana.
*
Sementara pagi ini jam 7 sudah terjadi kehebohan di ruang makannya si kembar yang kepo. Tidak tertinggal Vira yang ikut penasaran disana.
"Semalam Kakak minta tolong apa?" Selidik Ad yang memang tukang kepo.
"Aman pokoknya, cuma minta bantuan untuk ngurus karyawan yang akan umroh gratis." jelas Celline.
"Yakin? Kok aku ga bisa percaya deh." elak An kali ini.
"Harusnya kamu ikut ke dalam, tidak mungkinkan aku bertanya pada orangnya langsung untuk pembuktian hal itu. Malah akan membongkar dengan mudah namanya. Apalagi kita ngomong disini di pagi ini pula," jelas Celline.
"Mommy percaya padamu, Cell," ucap Vira.
"Hpmu di bawakan, Cell. Apa ada lihat kakak meminjam atau kamu menyimpan sembarang tempat?" Tanya lagi Ad.
"Hp tetap di sampingku dan ia tidak ada meminjamnya. Karena fokus sama sama ke project saja," bela Celline sendiri.
"Hp tetap di posisi semula. Bukan aku tidak percaya, Cell. Mengingat cerdiknya Kak Ar," ucap An kali ini mendapatkan anggukan dari Vira dan Ad.
"Yakin, Kakak cuma ke kamar kecil sebentar lalu kembali lagi. Dan tidak ada pembicaraan yang menuju kesana juga. Udah ah, jangan introgasi pagi pagi gini. Aku lapar, nanti si empu nongol tau. Kepanasan!" ucap Celline dan bertepatan dengan pintu kamar Aris terbuka.
"Panjang umur," lirih Vira yang kembali ke dapur.
"Hai semuanya," sapa Aris yang baru datang.
"Iya, Kak. Loh tumben udah rapih mau kemana?" selidik Ad.
"Oh, itu. Aku mau ke proyek A, karena Cello di Bali jadi hari ini aku harus meninjau langsung. Paling dua hari pas dengan Cello tiba." jawab Aris santai.
"Sama siapa, Kak?" Tanya An.
"Mau ikut kalian?" Tanya balik Aris.
Jangan ikut pokoknya kalian, bisa gagal rencanaku. Hanya basa basi saja agar kalian tidak curiga. Batin Aris.
"Bukannya proyek itu di atas gunung ya, Kak?" Tanya An kembali.
"Ya, betul kan karena itu project villa. Masa di gunung kita bikin mall apa jadinya nanti. Yang ada pengunjungnya dedemit," ucap Aris yang tidak tersenyum sama sekali. Namun tidak di dalam hatinya tertawa puas.
"Sudah, sudah. Kalian makan dulu, jangan terus ngobrol ga akan ada habisnya," ucap Vira saat masuk membawa salah satu menu sarapan pagi ini.
"Iya, Mom." jawab serempak mereka.
Dan saat itu Aldi yang baru turun dari tangga kemudian bergabung sarapan bersama disana.
Setelah selesai sarapan Aris pamit lebih dulu. Karena ia harus segera menjemput istri dan anaknya.
"Assalamualaikum Mom, Dad. Doakan aku semoga lancar usahanya," pamit Aris meminta doa restu kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam, Mommy pasti doakan dan merestui perjalananmu, hati hati, Ar," ucap Vira.
"Waalaikumsalam, Ar restu Daddy selalu bersamamu. Hati hati di jalan," ucap Aldi.
Terima kasih Mom, Dad. Insha Allah kali ini sudah mengantongi restu dari kalian. Allah pasti ikut meridhoi jalanku menjemput istri dan anakku. Batin Aris tersenyum.
Setelah itu Aris masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan ke arah luar menuju gerbang rumahnya. Semakin jauh melesat menuju jalur bebas hambatan kali ini.
Ya Aris tidak sepenuhnya berbohong karena project A ada di Surabaya. Sedangkan Liana dan Dira berada di Jogja, jalan yang di tempuh tentu sama dari Jakarta. Senandung Aris yang hatinya senang dan bahagia kala ini yang tidak bisa lagi di sembunyikan olehnya.
Lelah dalam perjalanan Aris? Tentu. Namun matanya seolah bersahabat. Musik nostalgia yang bahagia terus menemaninya saat ini. Tidak jarang ikut bernyanyi untuk menghiburnya di kala mengemudi seorang diri.
Hingga sampai di sua pertiga perjalanan Aris berhenti karena memang sudah lapar, waktu makan siang sudah lewat. Istirahat sejenak untuk mengisi perut yang lapar dan juga merebahkan tubuhnya yang tampak kaku lama duduk di balik kemudi.
"Hem, segarnya. Ayo kita lanjut," ucap seorang diri setelah sau jam istirahat di dalam mobilnya.
Mobil berjalan kembali setelah mencuci wajahnya hingga segar.
"Sedikit lagi aku sampai, Sayang. Bagaimana ekspresimu saat melihatku tiba? Aku menantikan itu," lirih Aris yang terus saja melihat jalan di depannya.
"Daddy datang Dira, menjemputmu dan akan menyayangimu." lagi Aris ucapkan.
Tersenyum terus di dalam mobilnya. Jika saja ada orang lain yang melihat bisa di pastikan disangka orang gila baru.
Malam hari Aris sampai di lokasi, tapi belum juga mendekat ke dalam rumah yang disinyalir tempat tinggal Liana dan Dira. Hatinya kembali ragu dan takut.
Apakah dia mau menerimaku?
Apakah dia akan senang aku datang?
Apakah dia akan marah?
Apakah dia sudah punya penggantiku?
Semuanya ada dalam pikirannya saat ini.
Deg!
Deg!
Deg!
Itulah yang pasti detak jantung Aris tidak baik baik saja dalam bekerja, baru sampai saja sudah kacau iramanya. Bagaimana jika sudah bertemu dengan orang? Bisa copot jantungnya itu.
"Huf, huf," Aris mengatur nafasnya.
Belum ada satu jam dia disana, tampak mereka keluar dari rumahnya.
Liana, Dira. Mereka? Batin Aris.
Oh tidak! Matanya penuh penyesalan yang sudah menyiakan mereka kini hanya bisa terus menatapnya dari dalam mobil yang tidak jauh dari sana.
"Kenapa kakiku jadi berat gini ya," ucap Aris sendiri.
"Sebaiknya aku matikan hpku, aku takut ada yang melacak keberadaanku," lanjut Aris yang memantikan hpnya.
Mata yang terus memandangi keduanya di depan rumah itu, musik sudah lama mati. Hanya keheningan yang menyelimutinya.
"Ayolah, Ar! Jadilah pemberani!" ucap Aris.
Yang memang ternyata tidak semudah pemikirannya di saat di Jakarta akan mudah. Nyatanya asli sangat berat dan sulit untuk Aris lakukan.
"Ar!!!!" teriak seorang diri menyebutkan namanya.
"Harus bisa! Harus bisa!" terus menyemangati dirinya sendiri.
Di dalam mobil sudah lebih dari satu jam lamanya sejak sampai disana.
"Ya Allah ridhoi aku, bismillah." Aris yang membuka pintu mobilnya.
Liana dan Dira memang masih ada di halaman depan rumahnya. Belum menyadari seseorang yang semakin mendekat padanya.
Aris terus mencoba mendekat dan perlahan langkah kakinya yang merindu pada mereka. Khususnya pada istrinya.
"Assalamualaikum," sapa Aris.
...****************...
Terima kasih atas dukungan kalian semuanya, love you all lah ya sekebon lebih boleh deh.
Like dan komentarnya di tunggu ya.
kasihan sX km, d culik 2X dlm kurun waktu yg brdekatan....