CEO AROGAN (Turun Ranjang)
"Tidak!!!!" Teriak Aris saat di rumah sakit.
Kabar duka istrinya yang bersamaan dengan lahir anak pertamanya.
"Kenapa kau meninggalkan aku! Laura!" Teriaknya lagi.
Anaknya di lahirkan secara paksa melalaui operasi disaat usia delapan bulan, akibat kecelakaan. Naasnya Aris yang mengemudi tidak mendapatkan luka berat. Hanya luka ringan seperti lecet dan geger otak ringan.
Malam itu harusnya menjadi hari yang paling bahagia usia pernikahan yang baru satu tahun, pulang setelah menikmati dinner romantis. Terjadilah peristiwa naas itu, sebuah tabrakan yang tidak bisa di hindari yang berakhir menabrak mobilnya di saat hujan deras. Walau dirinya melajukan mobil seperti biasa, jarak pandang yang kabur dan pencahayaan yang minim salah satu faktor pendukung.
"Aris, ikhlaskan," peluk Vira dalam dekapannya.
Kenapa bukan aku saja yang mati! Kenapa Engkau renggut dia, Ya Allah coban apa yang datang padaku ini.
Sungguh hebat Engkau ya Allah, telah memisahkan aku dengan belahan jiwaku. Kenapa tidak bawa aku saja bersama dengannya? Aku tidak bisa hidup tanpa dia!
Apa lagi ini aku yang menyebabkan dia pergi meninggalkan aku! Aku sungguh jahat padanya! Aku yang mencintainya tapi aku pula yang membuatnya meninggal dan pergi dariku!
Aku tidak sanggup hidup dalam bayang bayang sebagai pembunuh! Ya Allah, bantu aku pergi bersama dengannya saja.
Yang menangis, meraung, saat belahan jiwanya tidak lagi bersama dengannya. Penyesalan yang tidak bisa mengembalikkan waktu, cintanya, wanitanya, istrinya.
Sedangkan bayi perempuan yang dalam box dan alat medis di tubuhnya yang kecil berjuang untuk tetap hidup. Malam ini hanya sendirian tanpa ada yang melihatnya. Semuanya tertuju pada ibu kandung bayi ini.
Seakan merasakan kehilangan sosok penting dalam hidupnya, jantungnya kian melemah. Untung saja dokter segera menangani hal itu. Dan bisa kembali normal.
Hanya Si kembar yang menemani bayi malang itu melewati masa kritisnya. Tidak ada yang peduli padanya. Bahkan Vira ataupun Aldi sekalipun. Tergantikan rasa kehilangan Laura teramat besar.
Semuanya keluarga malam itu langsung datang ke rumah sakit, baik keluarga besar Aldi maupun besannya. Pihak kepolisian sudah langsung menangani lokasi kejadian. Begitupun dengan hadirnya seluruh keluarganya untuk mengucapkan rasa bela sungkawanya.
Bahkan rasa sakit keluarga Laura kehilangan anaknya tidak bisa di ungkapkan dengan apapun. Ikut bersedih yang sangat dalam di rasakan ibunya.
"Rara, Pa!" isak tangis Nabila memeluk suaminya. Sangat kehilangan dan sedih anak perempuannya kini telah pergi selamanya.
"Rara, Pa," terus saja Nabila berucap yang tidak bisa menerima hal itu.
Berlanjut berpelukan antar Nabila dan Vira.
"Rara, Jeng," ucap parau Nabila yang menangis bersama keduanya.
"Rara telah pergi selamanya, ikhlaskan," ucap Vira yang sama sedih dan kehilangannya.
Menangis sesegukan. Kehilangan sosok anak dan menantu yang sangat di sayanginya. Baik dan penyayang keluarga.
*
Esok hari setelah pemakaman Laura Maharani, istri dari Aris Bima Pradana.
Aris yang tidak ingin pergi dari pemakaman terus memeluk pusara istrinya itu, kembali meraung dan menangis. Menyesal akan dirinya sendiri, tapi tidak mungkin mengembalikan waktu lagi.
Hingga menghabiskan waktu setegah hari disana seorang diri, tidak memperbolehkan siapapun disana.
Aku pembunuh! Aku tega membunuh istriku sendiri! Aku tidak bisa melewati ini sendiri tanpamu, Ra.
Aku mencintaimu tapi aku pula yang membunuhmu! Kejam sekali aku padamu.
Apakah permintaan maafku bisa termaafkan? Apakah rasa sesalku bisa tergantikan? Apakah rasa kehilanganku bisa di gantikan?
Aku tidak bisa hidup tanpamu, Ra! Maafkan aku, Ra! Aku mencintaimu, tapi aku yang membunuhmu!
Sedangkan pihak keluarga Laura sangat terpukul. Anak yang selalu menurut dan baik ternyata sudah pergi untuk selamanya.
"Pa, Rara," tangis Rafania terus turun di pelukan suaminya.
Berusaha tegar menjadi seorang Kakak nyatanya luluh sudah air matanya keluar berpelukan bersama istrinya dalam dekapannya.
"Rara sudah tenang, biarlah pihak berwajib yang melakukan sisanya," ucap Luis.
Si kembar An dan Ad kembali menyusul kakaknya ke dalam makam untuk membawa pulang paksa Aris.
"Kak, tidak baik terus disini. Ini akan menyiksa Kak Rara," ucap An.
"Kak An, sepertinya Kak Aris tidak bisa di ajak bicara. Kita lakukan yang seperti biasa saja," bisik Adriana.
"Ok," jawab An.
Mau tidak mau An dan Ad mengangkat Aris secara paksa, walau berontak dan dengan marah marah tentunya. Si kembar pantang menyerah demi kakaknya kembali pulang.
Bukan apa apa tapi gerimis sudah mulai turun membasahi tanah pemakaman.
Sesampainya di rumah Aris langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Akkkkkhh!!!" teriaknya yang menghancurkan isi kamar sendiri.
Beberapa menit setelah lelah menghancurkan seluruh kamarnya, duduk di bawah bersandarkan pada tempat tidur miliknya.
"Aaaaaakkkkkkhhhhh," teriak Aris yang mengacak acak rambutnya.
Sampai malam hari Aris tidak keluar dan tidak ingin menemui siapapun. Bahkan Vira tidak bisa membujuknya, dengan terpaksa Aldi membiarkan dulu putra sendiri.
Sementara di luar malam ini diadakan pengajian untuk mendoakan almarhumah Laura, keluarga Laura, tetangga dan kerabat banyak yang hadir mendoakannya.
Memang sementara waktu keluarga Laura tinggal di tempat Aldi, sebab tinggal di luar kota. Tidak mungkin bila harus menginap di hotel.
*
Hingga tujuh hari berlalu, telah selesai acara pengajian setiap malam untuk selalu mendoakan almarhumah Laura.
Aris yang memang tidak ingin beranjak dari kamarnya, hanya Vira yang bisa masuk dan berusaha menenangkan anaknya itu. Sudah lupa makan dan lebih banyak diam, walau sifat Aris pendiam tapi ini jatuhnya lebih parah lagi. Hanya mau berbicara dengan Vira yang lainnya tidak akan di jawab. Bahkan saking kesalnya Aldi ingin rasanya tangannya melayang pada anak sulung, untung saja Vira menahan hal itu.
Sangat tidak terurus dan butuhnya sudah kurus yang tidak mau makan dan beraktifitas.
"Sayang," ucap Vira.
Aris yang di peluknya, tanpa sadar Vira meneteskan air matanya lagi. Tidak tega melihat anaknya seperti ini.
"Ar, kamu harus bangkit. Masih ada buah cinta kalian yang harus kamu jaga." pelan Vira berucap pada Aris.
"Aku tidak ingin anak itu, aku ingin Rara, Mom," ucap Aris.
"Ar, Mommy tau ini bukan kamu. Jangan buat Mommy merasa terus bersalah pada keluarga Rara." sedih Vira yang selalu saja Aris menolak anak kandungnya.
Bahkan yang mengadzani dan komat adalah Aldi, Opanya. Dan yang selalu melihat kondisi bayi itu adalah si kembar adiknya.
"Ar, hidup masih terus berlanjut. Rara sudah tenang disana, doakan dia setiap hari jauh lebih baik dan Rara pasti senang. Mommy yakin Rara tidak suka kamu begini, mengabaikan anak kalian. Mau sampai kapan begini? Mommy sedih memang kehilangan Rara, bagi Mommy Rara lebih dari menantu bahkan sudah di anggap anak, kami semuanya sangat menyayanginya. Bukan kamu saja yang kehilangan tapi kami pun sama, Ar. Mau sampai kapan kamu begini?" Vira yang harus bisa mengatakan hal itu. Agar bisa Aris kembali sadar.
"Aku pembunuh, Mom!" lirihnya.
...****************...
Terima kasih pada pembaca setia setiap karya mommy JF. Semoga suka karya yang satu ini lagi ya.
Ini karya Mommy yang ke empat, semoga bisa membuat kalian para pembaca setia suka dan menghibur.
Like, vote, subscribe dan komentar di tunggu ya.
Hadiahnya jangan lupa ya.
Love all 🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Delita bae
mampir di sini . hebat cerita nya bagus👍👍👍🙏
2024-11-13
1
Mariaangelina Yuliana
baru mampir Thor☺️
2024-09-29
1
Narti Gendeng
Aq mampirrr.semungutttttt
2024-09-21
1