Tak perlu menjelaskan pada siapapun tentang dirimu. Karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak akan mempercayainya.
Dalam hidup aku sudah merasakan begitu banyak kepedihan dan kecewa, namun berharap pada manusia adalah kekecewaan terbesar dan menyakitkan di hidup ini.
Persekongkolan antara mantan suami dan sahabatku, telah menghancurkan hidupku sehancur hancurnya. Batin dan mentalku terbunuh secara berlahan.
Tuhan... salahkah jika aku mendendam?
Yuk, ikuti kisah cerita seorang wanita terdzalimi dengan judul Dendam Terpendam Seorang Istri. Jangan lupa tinggalkan jejak untuk author ya, kasih like, love, vote dan komentarnya.
Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam setiap ujian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DTSI 18
"Cukup, Irma! Jangan kurang ajar kamu, sekali lagi kamu meremehkan ku, aku tidak akan segan untuk meninggalkan kamu." Bentak Wandi dengan wajah mengeras, Irma langsung diam dan pergi meninggalkan ruang tamu dengan kaki di hentakkan.
"Apa maksud istrimu, wan?" Tanya Yayuk yang belum paham dengan maksud ucapan Irma barusan.
"sudahlah, ngapain juga dibalas, gak penting. Yang penting aku kasih Salwa tiap bulannya, dan tetap dengan keputusanku, lima ratus ribu sebulan." Sahut Wandi cuek, lalu pergi meninggalkan kakaknya. Yayuk hanya bisa menghela nafasnya dalam melihat kelakuan adiknya yang memang sulit untuk menerima nasehat.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Sedangkan dilain tempat, Ningsih tengah membuat jajanan untuk dijual besok pagi. Ningsih membuat kacang goreng dan juga rempeyek. Setiap pagi, Rina yang selalu membawa dagangannya ke sekolah Salwa sambil mengantarkan Salwa. Rempeyek dan kacang buatan Ningsih selalu laris dan banyak yang suka. Selain rasanya enak, dan juga harganya lebih murah.
"Mbak, besok ada yang pesen untuk dibuatkan sambel pecel dua kilo pedes dan satu kilo sedang. Gimana, mbak Ningsih sanggup?" Rina yang tengah menunggu dijemput suaminya, menyampaikan pesenan ibu ibu yang tadi disekolah.
"Bisa, Rin. Harganya kamu sudah kasih tau sama mereka belum, kalau sekilonya naik lima ribu. Kacang harganya lagi naik soalnya." Sahut Ningsih menatap adiknya serius.
"Sudah, mbak. Dan mereka gak keberatan kok. Katanya sambal pecel buatan mbak itu enak." Balas Rina sambil memasukkan gorengan kacang ke plastik kecil kecil, yang akan dijual seribuan.
"Alhamdulillah kalau mereka suka. Semoga makin banyak yang suka dan yang pesan tambah banyak." Sahut Ningsih dengan semangat. Apapun akan dia lakukan demi untuk bisa mencukupi kebutuhan sang buah hatinya.
"Mbak gak capek?
Aku lihatnya saja sudah capek. Pulang kerja langsung bikin bahan dagangan kayak begini." Balas Rina yang menatap iba pada kakaknya.
"Ya capek, tapi mau gimana lagi. Kebutuhan Salwa harus bisa tercukupi, kasihan dia. Aku besok libur, biar Salwa, mbak yang antar." Balas Ningsih sambil menarik nafasnya dalam.
"Iya mbak. Aku kesini nya siang saja kalau begitu." Sahut Rina masih sambil membungkus kacang.
"Rin, kalau mau pulang, bawa sayur Bali telor dan sambel goreng, buat suami kamu. Dan rempeyek yang di plastik hitam itu kamu bawa, biar buat lauk suami kamu." Sambung Ningsih yang memang selalu bersikap baik pada adiknya. Karena hanya itu yang bisa dilakukan untuk membalas kebaikan adik dan iparnya yang selalu dengan suka rela membantunya.
"Iya mbak, makasih ya." Sahut Rina tersenyum sumringah.
"Rin, besok kamu gak usah masak. Mbak mau bikin sambal tumpang, kamu cari saja daun ubi sama pepaya buat lalapan." Sambung Ningsih yang sudah kepikiran untuk membuat sambal tumpang khas dari kota tahu.
"Wah, enak itu mbk. Mas Supri pasti senang, dia doyan banget soalnya." Balas Rina antusias.
"Itu sepertinya suami kamu sudah datang. Suruh makan dulu, Rin. Nanti sayur yang kamu bawa biar bisa buat sarapan kalian dan bawa bekal suami kamu kerja."
"Iya, mbak." Rina merasa sangat bersyukur memiliki saudara yang begitu baik dan perduli. Padahal keadaan ekonomi juga pas pasan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Setelah kepergian Rina, Ningsih masih meneruskan pekerjaannya yang belum rampung. Meskipun tubuhnya sudah menjerit untuk meminta istirahat. Dipaksa untuk kuat dan mengabaikan rasa lelah, agar bisa mencukupi kebutuhan dapur dan sekolah anaknya.
Pukul sepuluh malam, Ningsih baru bisa istirahat. Salwa sudah tertidur lelap dalam dekapan neneknya. Ningsih merebahkan tubuhnya di atas kasur busa yang sudah mulai menipis. Memejamkan matanya dan akhirnya larut dalam balutan mimpi.
Hari hari yang sama dilalui Ningsih tanpa keluhan, meskipun terkadang rasa lelah dan merasa berat. Tak ada yang bisa dilakukan selain terus berusaha untuk tetap berjuang agar sang anak tidak kekurangan dan sang ibu bisa membeli obatnya. Sudah hampir tiga bulan terakhir, Wandi tak lagi mengirimkan uang nafkah untuk Salwa. Bahkan dia juga tidak pernah lagi menanyakan kabar anaknya. Kabarnya hilang entah kemana, namun Ningsih tak ingin ambil pusing. Tak mau lagi berurusan dengan laki laki model Wandi yang hanya bikin sakit hati.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Dendam terpendam seorang istri
Novel Tamat
#Anak yang tak dianggap
#Tentang luka istri kedua
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
#Ganti istri [Tamat]
#Wanita sebatang kara [Tamat]
#Ternyata aku yang kedua [Tamat]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
gabung bcm yu
..
follow me ya thx