Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Melepaskan Istriku!
Reni merasa heran dengan Nara yang tibat-tiba membawanya ke kamar saat mereka sedang mengobrol di ruang tengah bersama anak mereka. Dan Nara yang memintanya untuk tidak keluar kamar dulu. Dan sekarang tiba-tiba dia terbangun, padahal dia sudah sempat tertidur barusan.
Dia ingin mengambil gelas di atas nakas, namun ternyata kosong. Tenggorokannya yang sudah kering, membuat Reni keluar kamar dengan membawa gelas itu. Pergi ke dapur untuk mengambil minum. Melirik jam dinding yang ternyata sudah pukul 10 malam.
"Aku tidur cukup nyenyak barusan. Tapi sekarang jadi sulit tidur lagi. Sebaiknya aku menonton tv saja"
Reni tidak kembali ke kamar, dia malah pergi ke ruang tengah yang biasa digunakan untuk nonton televisi untuk keluarga Nara. Ruangan yang memiliki jendela dan pintu langsung ke arah taman belakang. Reni jelas melihat dua orang yang berada di bangku taman saat ini.
"Kak Zayyan dengan siapa? Malam-malam begini masa masih ada rekan kerja yang datang ya?"
Karena terlalu penasaran, membuatnya keluar dari rumah menuju taman belakang. Melangkan perlahan sambil mempehatikan dua orang itu. Punggung Zayyan terlihat jelas, dengan seorang pria yang wajahnya terbenam di atas meja. Melihat banyak botol minum di atas meja, membuat Reni mengerti jika dua orang pria ini sedang mabuk.
"Aku gak nyangka kalau Kak Zayyan bakalan minum beralkohol seperti ini"
Jaraknya semakin dekat, namun dia ragu sebenarnya. Apa dia harus menguping obrolan dari dua orang pria itu. Ini cukup mengganggu privasi. Reni yang sudah siap untuk berbalik dan tidak melanjutkan langkah kakinya untuk menghampiri Zayyan dan temannya itu. Tapi suara yang sangat dia kenal tiba-tiba terdengar.
Reni membeku ditempatnya, merasa semua ini adalah mimpi. Dia mendengar kembali suara pria yang selalu dia rindukan selama ini. Dia berbalik, dan benar pria itu sudah mengangkat wajahnya dari meja, dan Reni melihat jelas jika dia adalah suaminya.
Lebih mengejutkan lagi saat dia mendengar suaminya berbicara sambil terisak pada Zayyan. Sungguh ini adalah pertama kalinya Reni melihat suaminya menangis seperti ini. Yang dia kenal suaminya itu adalah pria tegas dan cukup dingin. Tidak pernah dia menyangka suaminya akan menangis seperti ini.
"Yan, aku tidak bisa membatalkan perjodohan ini apapun yang terjadi. Aku harus bagaimana? Semuanya karena hutang budi yang Papa lakukan pada orang tua Avinna. Perjanjian yang akan menikahkan aku dan Avinna. Aku harus bagaimana sekarang? Papa tidak akan melepaskan aku begitu saja"
Lagi, suara penuh isak tangis itu terdengar sampai menusuk hati Reni yang mendengarnya. Rasa sesak di dadanya yang tak bisa ditahan lagi. Ucapan suaminya itu seolah sudah memperjelas semuanya. Jika memang mereka berdua tidak akan bisa melawan restu lagi. Reni memilih untuk berbalik dan pergi dari sana tanpa ingin mendengarkan lagi apa yang dibicarakan Zayyan dan suaminya.
Sementara Zayyan juga sekarang bingung harus memberikan solusi seperti apalagi. Situasi dan keadaan sahabatnya ini memang begitu sulit.
"Kamu masih mencintai istrimu 'kan? Apa kau akan menyerah begitu saja dengan semua yang dilakukan oleh Papamu?" tanya Zayyan sambil menepuk bahu Axel.
Axel menggeleng pelan dengan isak tangis yang masih belum berhenti. Saat ini dia benar-benar berada di titik terendah dalam hidupnya. "Aku tidak akan melepaskan begitu saja istriku. Kau tahu sendiri caraku untuk bisa menikahinya juga tidak mudah. Jadi aku tidak akan membiarkan Papa memisahkan kami. Hanya saja, aku bingung untuk memulai darimana. Karena sekarang saja aku tidak tahu dimana keberadaan istriku"
Zayyan menghembuskan nafas pelan, dia berdiri dari duduknya. "Berdirilah, kau menginap saja disini untuk malam ini. Besok aku akan membantumu menemukan istrimu. Jika sekarang kau hanya terus menangis seperti ini, juga tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Sekarang sebaiknya kau istirahat dulu. Aku antar kau ke kamar tamu"
Dan sudah tidak ada tenaga lagi untuk Axel melawan. Dia menurut saja ketika Zayyan membawanya ke kamar tamu dan menyuruhnya untuk istirahat. Sekarang Axel hanya bisa berharap jika besok dia akan bisa menemukan keberadaan istrinya.
*
Ternyata memang semuanya sudah di atur oleh Zayyan. Semalam dia sempat berbicara dengan istrinya setelah dia kembali dari taman. Zayyan juga tidak akan bisa terus melihat sahabatnya hancur seperti ini. Meski pada awalnya Nara tidak setuju dengan keputusannya itu.
"Sayang, ini juga untuk kebaikan mereka. Lagian mereka masih saling mencintai" ucap Zayyan, masih mencoba untuk membujuk istrinya.
"Tapi Sayang, Reni sudah banyak terluka dengan semua ini. Apalagi Axel malah mengatakan hal yang menyakitkan saat terakhir kali mereka bertemu waktu itu. Kalau sekarang kita mempertemukan mereka kembali, apa yakin semuanya akan baik-baik saja?"
Zayyan menghela nafas pelan, istrinya yang memang sangat keras kepala. Dia meraih tangan Nara dan mengenggamnya lembut, menatap lekat matanya juga. "Aku tahu semuanya tidak akan baik-baik saja. Tapi setidaknya semuanya bisa mereka bicarakan. Daripada sekarang hanya saling diam dan menghindar. Bagaimana mereka bisa menyelesaikan semuanya. Karena permasalahan pasti harus dibicarakan untuk mencari cara penyelesaiannya"
Dan akhirnya Nara bisa luluh juga. Hingga pagi ini Reni sudah menyiapkan sarapan untuk keluarga ini, membantu Bibi yang bekerja di rumah ini. Hal yang selalu dia lakukan selama dia tinggal di rumah ini. Mungkin hanya bentuk ucapan terima kasih karena Zayyan dan juga Nara bisa menerimanya di rumah ini.
Mereka pun sarapan bersama pagi ini, sampai mereka selesai sarapan seseorang yang baru keluar dari kamarnya langsung terkejut saat melihat punggung wanita yang sedang mencuci piring di Wastafel.
"Sayang"
Prang...
Piring di tangan Reni terlepas begitu saja dan jatuh berhamburan di atas lantai. Beberapa serpihan mengenai kakinya. Melihat itu semua orang juga terkejut, apalagi Axel, dia langsung menghampiri istrinya.
"Sayang, kamu tidak papa? Ceroboh sekali"
Reni terdiam saja saat Axel langsung memeriksa kakinya. Menyingkirkan beberapa serpihan yang melukai kakinya. Hal ini, suara ini, kecemasan suaminya ini yang dia rindukan. Suaminya yang selalu marah ketika dia bertindak ceroboh dan melukai dirinya sendiri.
"Ren, kamu gak papa? Cepat obati lukanya. Biar Bibi saja yang bersihkan ini" ucap Nara.
Reni mengerjap kaget, dia tersadar dari segala pikiran dan lamunannya. Langsung menjauhkan diri dari suaminya itu. Masih terlalu terkejut dengan kehadiran suaminya.
"Sayang, aku obati kakimu!" tekan Axel yang langsung menggendong istrinya yang sudah ingin menghindar darinya.
"Kak lepasin, aku bisa jalan. Aku juga bisa obati lukanya sendiri" ucap Reni dengan sedikit berontak karena ingin turun dari gendongan suaminya.
"Diam! Aku sedang tidak ingin dibantah!"
Reni langsung diam dengan ucapan Axel yang penuh penekanan itu. Cih, semalam saja siapa yang menangis sampai terisak. Sekarang kembali lagi mode dingin yang tak terbantahkannya itu.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪