Hellena adalah gadis cantik yang hidup dalam belenggu masalalu, Ia berusaha bangkit dan melupakan kekasih yang sangat ia cintai itu. Kemudian Hellena bertemu dengan Daniel yang diam diam menyukainya dan berusaha membuat Hellena jatuh cinta padanya dan mencintainya bukan sebagai bayangan dari masalalu melainkan sebagai sepasang kekasih yang pantas untuk mencintai dan dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ivanyou, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resmi?
Hellena berdiri di depan cermin, memeriksa penampilannya dengan teliti. Setelah kelasnya berakhir, dia meluangkan waktu untuk bersiap-siap, memilih gaun yang sederhana namun elegan, dan merapikan rambutnya dengan hati-hati. Dia merasa sedikit berdebar, campuran antara antusiasme dan kecemasan yang tak bisa dihindari. Suasana di kamar menjadi tenang, hanya suara musik lembut yang mengalun di latar belakang, memberikan sentuhan menenangkan. Hellena mengerling ke arah jam tangan, memastikan dia tepat waktu untuk pertemuan malam itu. Dengan senyum kecil di wajahnya, dia meraih tasnya dan melangkah keluar dari kamar, siap untuk melanjutkan malam yang sudah lama dinantikan.
Jonathan melirik kakaknya yang menuruni tanggan dengan tatapan jahil, "Mau kemana nih malem-malem cantik gini?"
"Mau dinner dong."
"Pantesan aja, udah rapi banget. Nanti di jemput sama Bang Daniel?"
Hellena melirik arloji di tangannya, "Seharusnya bentar lagi dateng sih dia, udah di jalan tadi dia bilang." sahutnya, sambil sesekali merapikan rambutnya.
Tak butuh waktu yang lama, suara klakson mobil terdengar dari balik pintu. Hellena yang mendengar itu menjadi sedikit salah tingkah, di tambah Jonathan yang terus menatapnya penuh kejahilan.
"Kakak berangkat sekarang ya, kamu di rumah aja jangan kemana-mana."
Jonathan hanya mengangguk sambil tersenyum. "Selamat bersenang-senang, Kak. Nanti cerita-cerita, ya!"
Hellena melambaikan tangan sambil tersenyum sebelum akhirnya keluar dari rumah, siap untuk makan malam bersama Daniel di hari spesialnya, merayakan seminar proposal yang berjalan dengan lancar. Hellena melangkah keluar dari rumah dan menuju mobilnya.
Sesampainya di mobil, dia melihat Daniel sudah menunggu di kursi pengemudi dengan senyum lebar yang penuh kegembiraan. Daniel membuka pintu mobil untuknya dan mengeluarkan pujian ringan, “Kamu cantik banget."
Hellena tersenyum dan membalas, “Terima kasih, Abang. Kamu juga kelihatan keren.”
Daniel membantu Hellena masuk ke dalam mobil dan menutup pintu dengan lembut. Setelah masuk ke kursi pengemudi, Daniel mengalihkan perhatian dari spion dan mulai mengemudikan mobil. Sepanjang perjalanan, mereka berbincang dengan santai, saling bertukar cerita tentang hari mereka, dan menikmati suasana malam yang tenang.
Jalanan yang tidak begitu macet membuat perjalanan mereka terasa nyaman. Alam semesta seolah mendukung, memAstikan rencana Daniel untuk malam ini berjalan lancar. Sesekali, Daniel mencuri pandang ke arah Hellena sambil mengemudikan mobil, dan mereka berbincang dengan hangat.
“Jadi, ada cerita seru apa dari hari kamu? Kelas kamu tadi sore lancar ga?” tanya Daniel, mencoba mengalihkan perhatian Hellena dari kegugupannya.
Hellena tersenyum, “Hmm, tidak ada yang terlalu seru sih, cuma ada beberapa tugas tapi masih lama kok, minggu depan batas kumpulnya. Tapi, tadi aku senang banget karena bisa ngeliat Abang lulus seminar proposal.”
"Thanks, Hellena. Senang deh kamu bisa datang, walaupun sempat bentrok sama jadwal kuliahmu,” jawab Daniel dengan penuh rasa terima kasih. Mereka terus berbincang, menikmati suasana malam yang tenang dan berbintang, membuat perjalanan menuju restoran terasa singkat dan menyenangkan.
Setelah beberapa menit perjalanan, mobil Daniel akhirnya berhenti di depan restoran yang terlihat sepi. Lampu-lampu di luar restoran tampak redup, dan suasana malam yang tenang membuat Hellena merasa sedikit bingung.
“Eh, kok restoran ini sepi banget?” tanya Hellena sambil memandang sekitar dengan penuh rasa penasaran.
Daniel tersenyum sambil membuka pintu mobil untuk Hellena. “Jangan khawatir, Hellena. Restoran ini memang sengaja Abang booking untuk kita berdua. Kebetulan, ini adalah cabang restoran milik keluarga Abang.
”Hellena terkejut dan merasa lebih nyaman. “Oh, gitu ya? Berarti kita punya tempat yang tenang buat makan malam.”
Daniel mengangguk, “Iya, Abang mau buat malam ini spesial. Jadi, kita bisa ngobrol tanpa gangguan.”
Mereka berdua melangkah masuk ke restoran, dan Daniel memandu Hellena ke meja yang sudah dihias dengan indah. Suasana di dalam restoran ternyata lebih hangat dengan penerangan lembut dan musik latar yang menenangkan. Seiring dengan mereka duduk, pelayan datang membawa menu dan menawarkan beberapa pilihan spesial malam ini.
“Ini luar biasa, Abang. Terima kasih banyak,” ucap Hellena dengan penuh rasa terima kasih.
Daniel tersenyum, “Sama-sama, Hellena. Abang cuma mau memastikan malam ini menjadi kenangan yang indah buat kita berdua.”
Dengan suasana yang nyaman dan intim, mereka mulai menikmati makan malam sambil berbicara tentang berbagai hal, dari cerita sehari-hari hingga rencana masa depan, membuat malam itu semakin berarti.
Mereka menyantap beberapa hidangan yang telah datang sejak beberapa menit yang lalu, termasuk steak filet mignon yang empuk dan juicy, serta hidangan lainnya yang menggugah selera. Suasana restoran yang tenang dan nyaman semakin menambah kehangatan malam tersebut, membuat mereka bisa menikmati makan malam dengan santai dan penuh kepuasan.
"Makanannya enak, kan?" tanya Daniel, memperhatikan Hellena yang tampak antusias sejak tadi melihat banyak makanan yang sesuai dengan selera gadis itu mau.
"Enak banget, apalagi steaknya."
"Hehe, itu emang menu andalan disini. Bagus deh, kalo kamu suka jadi Abang bisa sering-sering bawa kamu kesini."
Hellena tersenyum lebar, "Kalau begitu, aku harus sering-sering datang ke sini. Enak juga rasanya makan di tempat yang nyaman seperti ini."
Daniel mengangguk setuju, "Iya, Abang juga suka tempat ini. Restoran ini sebenarnya cabang dari keluarga kami, jadi rasanya kayak makan di rumah sendiri."
"Oh, pantesan kaya akrab gitu. Aku suka banget sama suasana dan makanannya," kata Hellena sambil menghabiskan sisa steaknya.
Daniel selesai lebih dulu, membiarkan Hellena menyantap makanan menutupnya dengan tenang dan nyaman. Pikirannya sedang berkecamuk sejak tadi, ia memikirkan bagaimana cara memulai topik percakapan yang memang menjadi puncak dari makan malam yang mereka lakukan.
Setelah beberapa saat, Daniel akhirnya mengambil napas dalam-dalam, lalu mengalihkan perhatian Hellena dengan senyum lembutnya. "Hellena, ada sesuatu yang ingin Abang bicarakan."
Hellena menatap Daniel dengan penasaran, "Apa itu, Abang? Ngomong aja aku dengerin kok."
Daniel memegang tangan Hellena di atas meja, "Abang tau selama ini kita banyak bicara tentang banyak hal, dan Abang juga tau kamu masih memiliki banyak pertimbangan tentang perasaan kamu sendiri. Tapi, Abang benar-benar ingin kamu tahu kalo Abang serius sama perasaan Abang ke kamu."
Hellena terdiam sejenak, mendengarkan dengan seksama. Daniel melanjutkan, "Abang berharap bisa melangkah lebih jauh sama kamu. Abang mau kamu tahu kalau Abang selalu ada di sini untuk mendukung dan menunggu kamu tentunya."
Hellena merasa hangat mendengar kata-kata Daniel, matanya menatap dalam-dalam ke arah Daniel, merasa campur aduk antara bahagia dan ragu. Mereka berdua duduk dalam keheningan, masing-masing merenung tentang masa depan dan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Gadis itu sudah memantapkan diri sejak beberapa hari lalu jika momen Daniel menyatakan perasaannya terjadi lagi. Hellena awalnya berpikir bahwa perasaannya terhadap Daniel masih labil antara menganggap Daniel hanya sekedar teman atau sebagai seorang pria untuknya.
Hellena menatap lekat pada Daniel, "Jadi?" hanya satu kata itu saja yang bisa keluar dari mulutnya.
Daniel tersenyum lembut, mengerahkan keberanian untuk melanjutkan, "Hellena, Abang udah mikirin ini dari lama. Abang mau kita bisa lebih dari sekadar teman. Abang juga udah berusaha buat ga menyinggung soal perasaan lagi dari kamu cerita waktu itu. Jadi, Abang pikir malam ini waktu yang tepat lagi buat ngomonginnya lagi."
Hellena menatap Daniel dengan lembut. "Dari awal aku emang udah bilang sama Abang kalo aku cuma butuh waktu buat bener-bener paham sama semua yang terjadi. Sekarang aku yakin, kalo mempercayai dan nerima perasaan Abang itu bukan hal yang salah. Aku siap buat coba dan lihat ke depannya gimana kita bareng-bareng."
Daniel terlihat senang sekaligus terkejut, "Wah, jadi kamu beneran mau coba ini? Abang seneng banget. Tapi, Abang cuma mau nanya satu hal. Abang sama Arash beda orang, kan? Jangan sampai kamu mikir Abang cuma bayangannya doang."
Hellena terkekeh kecil sambil tersenyum, "Haha, iya, aku tau ga ada bayangan siapapun disini. Aku cuma perlu waktu buat bener-bener paham dan yakin. Sekarang aku yakin kalau Daniel itu Daniel, dan aku mau coba jalanin ini."
Daniel tersenyum lebar, matanya penuh dengan kebahagiaan. "Thanks banget, Hellena. Abang janji bakal berusaha jadi yang terbaik untuk kamu."
Hellena membalas senyum Daniel, "Aku juga janji akan berusaha untuk kita. Semoga ini awal yang baik untuk kita."
Mereka berdua duduk dalam keheningan yang nyaman, merayakan momen yang penuh makna ini. Malam ini, selain menikmati makan malam yang lezat, mereka juga merayakan langkah baru dalam hubungan mereka, dengan penuh harapan dan rasa percaya yang baru ditemukan.