NovelToon NovelToon
Revenge Ends In Love

Revenge Ends In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai
Popularitas:28.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: farala

Oleh orang tuaku, aku di jadikan sebagai pelunas utang dan menikahkan ku dengan seorang pria kaya. Tidak ada cinta di antara kami. Suatu malam, tanpa sengaja, aku melakukan one night stand dengan bos ku hingga aku harus mengakhiri rumah tangga ku yang masih berumur jagung.
Ternyata, kejadian malam itu adalah jebakan. Jebakan balas dendam yang membuatku terluka dan trauma.
Lima tahun berlalu, aku bertemu lagi dengannya, bertemu dengan pria yang malam itu membuatku tak berdaya karena sentuhannya. Pria yang sangat aku benci dan ingin aku lupakan.
Tapi pertemuan itu kembali membuatku terseret oleh pesonanya.
Mampukah aku tetap membenci atau justru aku malah jatuh cinta padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18 : Teman rasa saudara

Emilia membuka laptop, dan seketika mengembangkan senyumnya. Di sana terpampang foto mereka berdua saat kelulusan di universitas.

" Apa dia tidak punya kekasih?" Gumam Emilia menatap lekat layar desktop tersebut.

Ia mulai mengetik semacam surat yang lumayan panjang.Tidak berapa lama kemudian, Emilia menyusul Heidi dan masuk ke dalam selimut yang sama. Sepertinya Heidi sangat lelah, karena Emilia bisa mendengar suara dengkuran gadis manis itu.

Pagi hari, Heidi sudah siap berangkat ke kantor. Melihat Emilia yang masih asik dengan sarapannya, tentu ia tak tahan untuk tidak melontarkan pertanyaan.

" Kau tidak ke kantor?"

" Nanti, aku hanya akan ke sana membawa surat pengunduran diriku."

Heidi menghela napas panjang. " Haruskah kau berhenti?"

" Iya Heidi sayang." Ucap Emilia tersenyum simpul.

" Aku pasti akan sangat kesepian." Kata Heidi tertunduk lemas.

" Cepat pergi, nanti kamu terlambat." Ucapku berpura pura tidak menggubris keluhannya.

" Baiklah, aku berangkat. Kamu harus banyak istirahat."

*

*

Emilia POV

Apartemen jadi terasa sangat sepi sejak Heidi berangkat setengah jam lalu. Aku hanya sibuk memandang keluar jendela, menyaksikan keindahan kota Munich yang ku lihat dari lantai dua puluh.

Mungkin karena sendiri, tiba tiba saja aku merasa sangat sedih. Cairan bening dari kedua netraku kembali jatuh. Apa aku serapuh ini? Perasaan, masih banyak orang di luar sana yang punya masalah lebih banyak bahkan lebih serius dari pada aku, tapi kenapa aku merasa jika akulah yang terlihat paling menyedihkan?

Ku usap pelan kedua pipiku bergantian. Ku tatap lagi kota Munich yang sebentar lagi akan aku tinggalkan. Aku akan ke mana? Masih ku pikirkan.

Orang tuaku tidak ingin aku tinggal di sini, tentu aku harus pergi. Aku yakin mereka jijik pada jalang sepertiku. Padahal, aku tidak menjual tubuhku. Semua terjadi begitu saja. Andai waktu dapat di putar kembali, aku pun tidak ingin melakukan kesalahan yang sama.

Ku usap perutku yang semakin membesar. Aku kembali menangis.

" Bantu mommy. Kelak kita hanya akan hidup berdua nak. Tapi percayalah, mommy akan selalu menyayangimu."

Setelah menenangkan diri, aku pun menyusul Heidi ke kantor.

Kedatanganku di sambut hangat oleh teman teman ku, beberapa lama tidak datang bekerja, aku yakin mereka rindu dengan teriakan ku yang sesekali membuat mereka kaget.

Di antara delapan orang di dalam ruanganku itu, memang akulah yang paling senior. Jadi wajar saja jika mereka menaruh rasa hormat padaku.

Seperti berpisah lama, mereka memelukku satu persatu. Aku pasti akan merindukan suasana ini nantinya.

" Bisakah kau tidak pergi Emi?"

" Iya, kami pasti akan sangat merindukanmu."

" Masih ada waktu, aku akan membujuk ibu Yolanda agar membatalkan surat pengunduran dirimu."

Tidak ada yang bisa ku katakan. Aku hanya mampu tersenyum mendengar suara suara lembut mereka. Jujur, aku juga sangat berat berada di situasi ini. Namun, begitu banyak pertimbangan hingga aku terpaksa memutuskan berhenti.

Aku pulang bersama Heidi. Semenjak finance manager berganti, jam pulang Heidi jadi teratur, tidak amburadul kala masih di bawah pimpinan...Tidak. Jangan selalu memikirkannya.

Aku berusaha agar nama pria itu tidak pernah lagi muncul dalam pikiranku. Tapi anehnya, semakin aku mencoba, bukan hanya namanya saja yang terkonsep, bahkan wajah, senyumnya, dan sentuhannya berseliweran datang silih berganti mengganggu ketenangan kerja otakku.

" Kau tidak lapar?" Tanyaku.

" Mmm, sangat. Kau mau makan apa?"

" Apa saja."

" Kau ingat resto langganan kita masa sekolah dulu?"

" Tentu, mau ke sana?" Tuturnya antusias.

" Ayo, aku yang traktir." Kataku.

" Cih..kau lupa kalau kau sekarang pengangguran, sombong sekali." Ejek Heidi membuat tawaku pecah.

" Uangku tidak akan habis hanya karena membayar makananmu."

Kami tertawa bersama, aku menatapnya lekat. Entah kapan aku bisa melihat tawanya lagi.

Kami tiba di resto langganan dekat sekolahku dulu. Pemilik resto tersebut sangat mengenal ku dan Heidi. Kami memesan menu yang sama, yang selalu kami pesan dulu.

Selesai makan aku mengajak Heidi menikmati matahari sore di taman dekat apartemennya.

" Kau mau es krim?" Tanyaku ketika melihat penjaja es krim di ujung taman.

" Boleh."

Aku membeli dua, tentu dengan rasa yang sama, vanilla.

Aku dan Heidi menikmati es krim tersebut sembari melangkah perlahan sambil mengenang masa masa sekolah dan saat kuliah di Berlin.

Es krim habis, kami juga sudah lelah, aku pun mengajak Heidi pulang.

" Ayo, aku sudah lelah, kau tau kan? Ibu hamil sepertiku tidak bisa berjalan jauh." Ucapku tersenyum.

Namun Heidi tidak menggubris perkataan ku, dia malah berhenti beberapa langkah di belakangku. " Kau mau pergi kemana Emi? Kau mau meninggalkanku kan?" Ucapnya dengan mata berkaca kaca.

Deg...Aku tidak menyangka dia akan tau secepat itu, padahal aku belum mengatakan apapun padanya.

" Heidi, maafkan aku." Aku tertunduk lemah.

" Kau tega Emi."

Aku mengangkat kepala dan segera memeluknya." Tidak seperti itu."

Heidi menangis, aku pun sama." Maaf, aku tidak bermaksud meninggalkan mu, kamu tau sendirikan? Aku tidak punya teman selain dirimu. Tapi Heidi, aku tetap harus pergi. Ini semua demi kebaikan ku dan calon anakku."

" Baiklah, aku mengerti. Tapi kamu mau ke mana?"

Aku melerai pelukan hangatnya, ku hapus cairan bening yang masih tersisa di kedua pipinya. " Belum tau. Aku masih memikirkannya."

" Apa karena ayah dari calon anakmu ataukah desakan dari kedua orangtuamu?" Selidik Heidi.

Aku hanya tersenyum. " Intuisi mu terlalu berlebihan."

" Tidak Emi, aku sangat mengenal orang tuamu, bagaimana mereka dengan sengaja mengusir mu ke Berlin dengan alasan kuliah. Bahkan uang sepeser pun tidak ada. Lalu kamu berharap aku masih mempercayai mereka?"

Aku menatapnya lekat, melihat bagaimana raut wajah sedihnya tiba tiba di penuhi amarah. " Kau benar, ternyata sulit sekali untuk berbohong."

Heidi kembali memelukku.

" Sekarang, aku adalah Emilia, tidak ada lagi nama Smith di belakang namaku. Mereka memutus hubungannya denganku setelah mengetahui kalau aku bercerai dan hamil anak orang lain."

" Kasian sekali kamu." Ucapnya memelukku erat.

" Tidak apa apa, ini memang murni kesalahanku, jadi aku tidak akan menuntut lebih pada mereka. Meski begitu, aku tetap berterima kasih pada ibuku karena telah memberiku kesempatan melihat indahnya dunia, merawat ku dengan kasih sayang yang super minim. Tapi aku tetap bahagia karena di antara banyaknya luka yang mereka berikan, Tuhan masih menyayangi ku dengan memberikan seorang saudara sepertimu."

Aku tidak berbohong, begitulah kenyataannya. Heidi selalu ada di saat aku membutuhkan bantuannya, tidak hanya dalam keadaan senang, situasi seperti ini pun dia selalu ada di sampingku walau terkadang aku masih menyembunyikan lukaku. Sebenarnya bukan tidak ingin mengatakannya, hanya saja, aku takut membebaninya dengan segala macam masalah yang selalu datang mewarnai perjalanan hidupku.

*

*

Malam tiba, Emilia sudah membersihkan tubuhnya, begitupun dengan Heidi. Keduanya sedang duduk menyender di sandaran tempat tidur.

" Sampai detik ini, kami masih belum menentukan ke mana tujuanmu?" Tanya Heidi.

Emilia mengangguk.

Anggukan Emilia di balas Heidi dengan helaan nafas panjang.

" Kembali ke Berlin?"

" Tidak."

" Hamburg?"

" Tidak keduanya, aku berencana meninggalkan Jerman." Kata Emilia menatap lurus ke depan."

" Seserius itu?"

Emilia kembali mengangguk.

" Jangan jauh jauh." Kata Heidi lemah.

Emilia tersenyum." Aku yakin kamu pasti akan datang mengunjungi ku sejauh apapun aku berada."

" Tentu saja, asal kau tidak ke antartika." Ketus Heidi.

" Hahahahaha..." Emilia tertawa puas." Iya ya,, kenapa aku tidak pernah memikirkan Antartika? Jika ke sana, pasti akan sangat seru."

" Seru dari mana, beku iya." Heidi memutar bola matanya malas.

Emilia kembali tertawa, itulah yang dia suka dari sahabatnya itu, apapun situasinya, Heidi selalu bisa membawa suasana jadi lebih hangat.

" Aku akan ke Belanda."

...****************...

1
putri anggiamurni
kak lama banget update novel yg ini? sedih rasanya, padahal yg novel Zara hampir tiap hari update lo.. huhuhu

btw, semangat nulisnya dan sehat selalu /Kiss//Kiss/
Eva Wahyuni
semangat Thor 💪💪💪.. Akhir nya yang ditunggu up juga 😄..
semoga Gerrad bisa terus melindungi Emilia dari bahaya..
Sidieq Kamarga
Duh Thor kemana aja atuh lama ditengoooook lagi tengooook lagi eh akhirnya muncul juga 🥰🥰🥰🥰🥰. Wyn sepertinya belum puas karena belum bisa menaklukan Emillia, jadi dia selalu berusaha agar dapat dekat bankam enaklukan Emillia !!!
SasSya
klo dalangnya lagi2 wyn
maka dia benar-benar monster
yellya
emi,jgn lngsng nerima gerard ya,biar dia usaha yg keras dulu buat dapetin kamu lagi 😏😏😏😏
dwi fenny
up thor
dwi fenny
bagus willy...
Sidieq Kamarga
Halaaaah Willy tahu Geral sedang sakit hati dan fisiknya, eeeh dibilang suaminya Emillia mati, makin sakit dong hatinya !!!
SasSya
jawabannya lebih sarkas Will
mati! 😃😁
yellya
jleb ga tuh gerard 💔💔💔
Bunda Wati
alur cerita yang apik ,seperti ikut di dlm cerita kyk lihat film...
SasSya
sengajakah ini mobil mau menabrak Emy🤔
selama wyn blm di kasih syok terapi hidup Emy tidak akan tenang kayanya
kabar Ludwig gimana zaaa
Sidieq Kamarga
Akhirnya Othor up date, Itu siapa yang mau mencelakai Emilia ? Gerald yang terkena imbasnya !
Okta Kartika
Luar biasa
SasSya
mom Daisy lebih pintar dan bijak gerr
enak sajaaaa
susah2 bujuk Emy untuk tinggal bersama, rencana baru di mulai malah mau di recokin...
yellya
gerard kurang usaha nih, pepet trs emi nya 😁😁
Hilda Yanti
lanjut author, please
Sidieq Kamarga
Benar juga untuk Emilia jangan terjebak dengan masa lalu, hadapi dengan lapang dada, kemudian biarkan semua berlalu tanpa harus tertekan karenanya. Sakit hati itu akan selalu ada, tapi jangan dikuasai oleh rasa sakit itu !!
Yeni Bagonk
Bagus banget alur ceritanya.
Novie Achadini
maua nyumpahin gerard mati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!