Ayah adalah sosok orang yang selalu berjuang untuk membahagiakan putrinya. Kebahagiaan akan selalu dirasakan seorang anak jika ayah selalu disampingnya.
Tapi, siapa sangka jika kebahagiaan itu tiba tiba harus hilang dengan sekejap.
Bisakah rasa bahagia itu hadir kembali seperti dulu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nindy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Resign
Saat Naura sampai rumah, segera ia menemui anaknya untuk melihat bagaimana kondisinya. Naura akan membawa anaknya periksa lagi ke klinik terdekat. Karena Roni belum pulang, seperti biasa ayahlah yang mengantarkan Naura dan cucunya ke klinik terdekat.
Setelah selesai diperiksa dan diberi obat, ayah dan Naura pulang. Karena bayi mungil itu hanya minum asi dari Naura, akhirnya Naura juga harus memperbaiki pola makannya. Harus diperbanyak memakan sayur dan buah dan menghindari makanan pedas untuk sementara waktu.
Naura semakin menyalahkan dirinya karena ia yang makan sembarangan, anaknya juga harus ikut merasakan akibatnya. Naura juga berfikir anaknya sakit karena ia tak punya banyak waktu bersama dengan putri kecilnya.
"Ayah, Naura tidak tega meninggalkan adek yang sedang sakit untuk bekerja. Tapi, Naura juga tidak enak jika keseringan izin tidak masuk. Tadi saja, saat Naura meminta izin pulang lebih awal, belum juga Naura selesai bicara pihak kantor sudah langsung bilang iya dan langsung menutup telponnya" ucap Naura.
"Sabar Naura, anak sakit memang kita sebagai orang tua khawatir. Tapi anakmu sakit juga bukan seluruhnya kesalahanmu. Saat kamu dirumah, lebih baik banyakkan luangkan waktumu untuk anakmu. Tapi untuk bekerja coba dipikirkan lagi matang-matang" ucap ayah.
Naura semakin bimbang dengan dirinya sekarang. Naura masih mengajukan izin untuk tidak masuk besok karena benar-benar tidak tega meninggalkan anaknya dalam keadaan sakit.
Saat Naura izin lagi, Naura tak sengaja melihat usaha ibu dan ayah sedikit turun omsetnya. Naura jadi berfikir, apakah itu semua karena salahnya? karena ia menitipkan anaknya pada ayah dan ibu?
Selama gajian, Naura memang membagi uangnya dengan ibu tapi tidak banyak. Apakah ibu kekurangan uang ? tapi tidak mengatakan apapun pada Naura. Seperti itulah orang tua, selalu menutupi segala beban dan kesedihan dari anaknya. Sehingga, anaknya hanya tau kedua orang tuanya berkecukupan dan bahagia.
Perasaan Naura semakin tak karuan. Ia benar-benar mempertimbangkan keputusan apa yang harus ia ambil kedepannya. Saat Roni pulang Naura mencoba untuk berbicara serius dengan Roni.
"Sayang, ayo ke kamar sebentar aku mau bicara" ucap Naura.
"Iya sayang....." ucap Roni sambil berjalan menuju kamar.
"Sayang, aku sudah membuat keputusan untuk kedepannya bagaimana jika aku resign saja dari kantor? ada banyak alasan kenapa aku membuat keputusan seperti itu. Pertama karena aku benar-benar tidak tega dengan anak kita. Dia masih sangat membutuhkanku sebagai ibunya, butuh kasih sayang, butuh ASI, butuh kehadiranku disampingnya.
Kedua, aku merasa tidak enak dengan orang-orang di kantor jika aku sering mengajukan izin. Tidak enak juga dengan teman yang menggantikanku saat izin. Siapa tau dia ada keperluan lain atau tugas lain yang seharusnya ia selesaikan, tapi karena menggantikan aku, ia jadi tidak bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Ketiga, aku tidak tega melihat ayah dan ibu. Aku sudah sangat merepotkan mereka sejak kecil sampai sekarang. Aku tidak bisa memberikan apa-apa kepada mereka. Bahkan saat kita sudah menikah, seharusnya kita bisa mengatasi semua ini sendiri tanpa harus menambah beban ayah dan ibu.
Usaha ayah dan ibu turun omsetnya, aku tak sengaja mendengar percakapan mereka tadi siang. Uang dariku yang tak seberapa mungkin jauh dari kata cukup, walaupun aku selalu memasak disini setiap hari. Aku akan terus merasa bersalah seumur hidupku jika usaha mereka macet gara-gara aku.
Aku sudah ikhlas jika memang aku harus resign dari kantor. Tak apa aku tidak punya penghasilan sendiri. Insyallah penghasilan dari kamu saja itu sudah jauh lebih cukup. Selama ini kita kan tidak pernah berfoya-foya. Uang dari kamu selama ini aku tabungkan, uang gajianku sebagian aku gunakan untuk kebutuhan, sebagian kasih ibu, sebagian lagi aku tabungkan juga. Uang tabungan kita insyaallah cukup untuk membuka usaha kecil-kecilan dirumah.
Lagipula anak bayi ini adalah anak kita. Kita yang seharusnya bertanggungjawab untuk mendidik dan membesarkan dia dengan baik. Anak ini adalah amanah dari Tuhan yang diberikan pada kita, jadi kita harus menjaga dan menjalankan amanah ini dengan baik.
Insyaallah aku akan berusaha menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk kamu dan anak kita. Mengubur dalam-dalam impianku menjadi ibu pekerja. Karena untukku, anakku jauh lebih berharga dibandingkan dengan karirku, dibandingkan dengan gajianku." ucap Naura begitu yakin.
"Aku mendukung apapun keputusan kamu, bagaimana baiknya aku akan support kamu.
Jika kamu yakin akan resign bagaimana jika kita mengontrak rumah saja sementara waktu ? Supaya kita juga benar-benar mandiri. Menata rumah tangga kita sendiri tanpa membebani orang tua kamu dan orang tua aku, bagaimana menurutmu?" tanya Roni.
"Aku setuju dengan keputusanmu. Aku sudah terbiasa tinggal dirumah yang sederhana, jadi untuk mengontrak aku sih oke-oke saja. Asalkan aku sendiri yang akan mengurus anak kita. Jujur aku tidak percaya menitipkan anak ke orang asing (baby sitter). Karena buat aku, anak itu sangat berharga dan aku tidak rela menitipkannya pada siapapun. Emas yang aku punya saja tidak akan aku titipkan kepada siapapun, apa lagi anak. Anakku jauh lebih berharga daripada emas sekalipun." Ucap Naura sambil tersenyum.
"Iya sayang.....aku percaya sama kamu. Kamu pasti akan jadi ibu yang baik untuk anak kita dan juga jadi istri yang baik untukku. Aku sangat menyayangimu" ucap Roni pada Naura sambil memeluknya.
"Kalau begitu, aku akan membuat surat resign malam ini. Aku siapkan saja dulu. Besok aku coba memberitahu keputusanku pada ayah dan ibu" ucap Naura.
"Iya sayang.... tapi kamu jangan capek-capek ya, kasian anak kita butuh ibunya disini" ucap Roni.
"Iya sayang" jawab Naura bersyukur suaminya sangat perhatian padanya.
Naura begitu lega setelah menyampaikan keputusannya ini pada suaminya. Rasa mengganjal yang ia rasakan selama ini sedikit berkurang. Naura berharap ini akan menjadi keputusan terbaik.
Semua keputusan memang memiliki resiko masing-masing, tapi Naura sudah siap dengan segala resiko yang akan ia terima. Resiko keuangan yang mungkin tidak seperti sediakala, resiko lelah menjadi ibu rumah tangga, bahkan resiko dengan apa yang akan orang katakan jika ia resign dari pekerjaanya. Sudah pasti banyak yang akan mengatakan percuma sekolah tinggi-tinggi menjadi sarjana akhirnya jadi ibu rumah tangga. Udah kerja enak-enak, gak jauh dari rumah, dapat gaji yang pasti malah resign.
Naura sudah mempersiapkan fisik dan mentalnya untuk menghadapi semua itu. Semua ia lakukan demi anak tercintanya. Ia tidak mau menyia-nyiakan waktu yang sangat berharga dengan putri kecilnya, waktu yang tidak akan pernah terulang jika putrinya beranjak dewasa.