Seorang wanita yang harus berurusan dengan seorang pria yang selama ini dia benci. Bahkan pria itu menganggu kehidupan hingga dengan beraninya, pria itu berani mendekati dirinya. Dan menjadi hal yang mengkagetkan jika mana pria itu seorang duda. Apakah wanita itu menerima cinta dari seorang duda itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanlindia Lukita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadikan istri yang sesungguhnya bukan sandiwara
Damian membalas dengan anggukkan, tapi seketika pikirannya berubah saat memikirkan wanita itu lagi.
"Kenapa wanita itu nampak berbeda, dia begitu mahir memegang senjata bahkan dia tak pernah merasa takut." batin Damian yang penasaran dengan siapa sebenarnya Lukita ini.
"Tuan."
"Ada apa?" tanya balik Damian.
"Sepertinya nona Lukita bukan orang biasa tuan." jawab Milano yang mengeluarkan unek-uneknya mengenai wanita yang bernama Lukita
"Maksudmu?"
"Dia benar-benar seperti orang terlatih seperti bisa bela diri bahkan memegang senjata pun nona Lukita begitu mahir, seperti menggambarkan jika nona Lukita ini bukan orang biasa seperti lainnya." jawab Milano yang merasa seperti itu, bahkan aneh saja jika seorang wanita lihai memegang senjata seperti itu jika bukan mereka dari golongan orang-orang yang terlatih.
"aku juga berpikir sama, tapi dari informasi darimu dia hanya orang biasa." jawab Damian yang sudah membaca laporan dari Milano.
"Iya tuan, semuanya sudah saya cek bahkan tidak ada yang aneh tuan." jawab Milano yang bertanggung jawab mengecek kebenaran itu.
Damian terdiam, seperti dia merasa ada yang berbeda dengan wanita itu.
"Tapi tuan, sepertinya nona Keyla begitu menyukai nona Lukita. Nona Keyla orang yang begitu selektif jika mengenal seseorang, apalagi pandangan nona Keyla pada nona Nita seakan keduanya tidak ada kecocokan dan nampak keyla tidak terlalu suka dengan nona Nita." ucap Milano yang sekedar menilai dari apa yang dia lihat.
"Aku juga tahu, jika Keyla tak begitu menyukai wanita itu." jawab Damian sudah lama mengetahui hal itu.
"Lalu rencana tuan apa selanjutnya?"tanya Milano pada tuannya.
" Sepertinya aku harus melanjutkan rencana itu. " jawab Damian yang langsung yakin akan keputusannya.
" Maksudnya tuan, tuan akan serius menikahi nona Lukita? " tanya Milano yang masih tak percaya.
Damian langsung melirik kearah Milano. "Memangnya aku salah, jika nantinya aku menikahinya?" tanya balik Damian pada asistennya.
"Tidak tuan, tapi bagaimana dengan nona Lukita yang masih tetap pada pendiriannya menolak menikah dengan tuan ." Milano pun mengetahui betapa sulitnya menyakinkan nona Lukita.
"Biarlah menjadi urusan mama, pasti mama bisa menyakinkan wanita itu. Apalagi mama orangnya pemaksa, aku yakin dia pasti bingung." jawab Damian yang beranggapan mamanya sendiri bisa menghadapinya.
Milano terdiam jika mana itu benar,sedangkan posisi Lukita baru masuk ke kamarnya. Kebetulan situasi ditempat kostnya terlihat sepi, pasti teman-temannya sudah tertidur dikamar mereka masing-masing.
Lukita pun melihat bekas tanganya terkena kaca. "Syukurlah, dari dulu aku belajar dari om Yoga ." batin Lukita yang mengakui bersyukur bisa mengenal om Yoga yang selalu membantunya.
Lukita segera menganti pakaiannya dengan baju tidur. Dia langsung tiduran diatas tempat tidurnya.
Pagi hari
Pagi mulai menampakkan cahaya terangnya, tapi tidak dengan Lukita yang masih nyaman memeluk guling disampingnya.
"tok... tok..." terdengar suara ketukkan dari luar kamarnya.
"Lukita, bangun." suara teriakan dari arah luar kamarnya.
Lukita mencoba bangun dari tidur, dia benar-benar masih mengantuk. Lukita membuka pintu kamarnya.
"Apa sih Pagi-pagi berisik sekali." ucap Lukita yang masih mengantuk berat.
"Ya ampun, ini kamu Luk?" tanya anak kost yang sengaja membangunkan Lukita.
"Ya iyalah, apa kamu kira aku hantu." jawab Lukita dengan nada ketusnya.
"Kamu nampak beda dengan gaya rambutmu." jawab salah satu anak kost yang kaget dengan perubahan rambut Lukita yang dia warnai abu-abu tua dengan rambut sedikit panjang.
"Oh hanya itu." jawab Lukita yang merasa mengantuk berat.
"Kamu tidak mandi, apa kamu tidak masuk kuliah?" tanya salah satu dari mereka.
"Sebentar lagi jam 9 pagi aku berangkat." jawab Lukita yang masih menahan rasa ngantuk.
"La ini saja sudah jam 9 kurang 20 menit." ucap mereka yang juga akan berangkat ke kampus.
"Apa!" teriak Lukita yang langsung lari menuju kamarnya.
Dia segera mengganti bajunya dan mempersiapkan buku yang nanti dia bawa ke kampus.
"Kebiasaan tuh anak telat bangun." ucap salah satu dari mereka yang hafal betul bagaimana sifat Lukita.
Mereka berdua langsung pergi meninggalkan Lukita yang sibuk dengan persiapan dia.
"Mampus aku telat lagi, apalagi dosennya galak." batin Lukita yang segera berangkat ke. Kampus.
Beberapa menit kemudian
Dia benar-benar telat hingga dia masuk kedalam kelasnya.
"Telat lagi." ucap dosen itu yang mulai mengingat anak didiknya.
"Maaf pak, bangun kesiangan." jawab Lukita dengan senyuman.
"Ini yang terakhir, kalau kamu telat untuk ketiga kalinya jangan harap bapak memberikan nilai untuk kamu." pak dosen itu memperingati anak didiknya untuk lebih disiplin waktu.
Lukita pun membalas dengan anggukkan kepala, untuk tidak mengulangi kesalahan dirinya sendiri.