Langit Jakarta yang kelabu seolah mencerminkan hidup keluarga Rahman. Di rumah petak sempit itu, Rahman, pemuda 17 tahun yang kurus namun bermata tajam, mengemasi barang-barangnya. Di sudut ruangan, ibunya, Bu Fatimah, terisak pelan. Ayah Rahman, Pak Hasan, hanya bisa mengusap punggung istrinya dengan tatapan sendu. Adik Rahman, Riko, merangkul kaki ibunya, wajahnya penuh tanya.
"Nak, jaga diri baik-baik di sana. Ibu hanya bisa berdoa untukmu," Bu Fatimah memeluk Rahman erat.
Rahman mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ibu, Ayah, doakan Rahman. Rahman akan berusaha keras di sana."
Keesokan harinya, Rahman berangkat ke bandara dengan bekal seadanya dan tekad membara. Tujuannya: Spanyol, negeri yang jauh di seberang benua. Di sana, ia akan bergabung dengan akademi sepak bola CD Leganés B, sebuah klub kecil yang tak banyak dikenal di pinggiran Madrid.
Kehidupan di Spanyol tidak mudah bagi Rahman. Selain harus beradaptasi dengan budaya dan bahasa yang asing, ia juga harus bersaing dengan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RenSan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Stadion Municipal de Butarque kembali bergemuruh, kali ini dengan semangat Copa del Rey. CD Leganés bersiap menghadapi CD Coria, tim dari Segunda Federación, dalam babak pertama kompetisi yang bergengsi ini.
"Selamat malam, para pecinta sepak bola! Kita akan menyaksikan pertandingan menarik antara CD Leganés dan CD Coria di Copa del Rey," suara komentator menggema di stadion. "Leganés, yang bermain di Segunda División, tentu saja lebih diunggulkan. Namun, Coria pasti akan berjuang keras untuk membuat kejutan."
Rahman berdiri di lorong pemain, jantungnya berdebar kencang. Ini adalah pertandingan resmi pertamanya di Copa del Rey, kompetisi yang selalu ia impikan sejak kecil. Ia ingin memberikan yang terbaik, ingin membawa Leganés melaju sejauh mungkin di turnamen ini.
Peluit kick-off berbunyi, menandai dimulainya pertandingan. Leganés langsung mengambil inisiatif menyerang, berusaha menekan Coria sejak awal. Rahman, yang bermain sebagai penyerang sayap kanan, menjadi motor serangan Leganés.
Di menit ke-10, Rahman mendapatkan peluang emas. Ia menerima umpan terobosan dari Roque Mesa, lalu menggiring bola melewati dua pemain Coria. Namun, tendangannya masih melebar tipis dari gawang.
"Peluang pertama bagi Leganés!" seru komentator. "Rahman hampir saja mencetak gol pembuka."
Coria tidak tinggal diam. Mereka mencoba mengimbangi permainan Leganés dengan serangan balik cepat. Namun, pertahanan Leganés yang digalang oleh Kenneth Omeruo dan Jorge Sáenz tampil solid, berhasil meredam setiap ancaman.
Di menit ke-25, Leganés akhirnya berhasil memecah kebuntuan. Sebuah umpan silang dari Jonathan Silva berhasil disambut oleh José Arnaiz dengan sundulan keras yang menggetarkan jala gawang Coria.
"Goooollll! Gol untuk Leganés!" teriak komentator. "José Arnaiz membuka keunggulan bagi tim tuan rumah."
Leganés terus menekan, berusaha menambah keunggulan. Rahman beberapa kali mengancam gawang Coria dengan dribbling dan tembakannya yang berbahaya.
Di menit ke-40, Rahman kembali menunjukkan kelasnya. Ia menerima umpan dari Recio, lalu melewati dua pemain Coria dengan gerakan tipuan yang memukau. Ia kemudian melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti yang menghujam pojok atas gawang Coria.
"Goooollll! Gol indah dari Rahman!" teriak komentator dengan penuh semangat. "Ia menggandakan keunggulan bagi Leganés!"
Stadion bergemuruh. Para penggemar Leganés bersorak-sorai, merayakan gol spektakuler Rahman.
Hingga babak pertama berakhir, Leganés unggul 2-0 atas Coria. Rahman menjadi bintang lapangan dengan satu gol dan beberapa peluang yang ia ciptakan.
*******
Babak kedua dimulai dengan Coria yang berusaha bangkit. Mereka meningkatkan intensitas serangan, mencoba mengejar ketertinggalan dua gol. Namun, pertahanan Leganés tetap solid, dipimpin oleh duet bek tengah Omeruo dan Sáenz.
Di menit ke-55, Rahman mendapatkan peluang untuk menambah keunggulan Leganés. Ia menggiring bola melewati beberapa pemain Coria, namun dihentikan dengan pelanggaran keras di luar kotak penalti. Wasit meniup peluit, memberikan tendangan bebas bagi Leganés.
"Peluang emas bagi Leganés!" seru Rivero. "Rahman akan mengambil tendangan bebas. Ini adalah pertama kalinya kita melihatnya melakukan tendangan bebas di pertandingan resmi."
Rahman berdiri di depan bola, jaraknya sekitar 25 meter dari gawang. Ia menarik napas dalam-dalam, memvisualisasikan bola meluncur deras ke gawang. Ia telah berlatih tendangan bebas ini berkali-kali di sesi latihan, dan ia yakin bisa mengeksekusinya dengan sempurna.
"Rahman mengambil ancang-ancang," ujar Rivero. "Ini adalah tendangan bebas yang cukup jauh, tapi kita tahu bahwa Rahman memiliki tendangan yang sangat keras."
Rahman mulai berlari, lalu mengayunkan kaki kanannya dengan penuh tenaga. Bola melesat seperti roket, melengkung indah melewati pagar betis Coria, dan bersarang di pojok atas gawang.
"Goooollll! Gol spektakuler dari tendangan bebas Rahman!" teriak Rivero dengan suara yang menggelegar. "Tendangan yang luar biasa! Ini adalah gol ketiga Leganés!"
Stadion bergemuruh. Para penggemar Leganés bersorak-sorai, merayakan gol indah Rahman. Rahman sendiri berlari ke arah bangku cadangan, merayakan golnya bersama rekan-rekan setimnya.
Pellegrino memutuskan untuk menarik keluar Rahman beberapa menit kemudian. Ia ingin menjaga kondisi fisik Rahman untuk pertandingan selanjutnya. Rahman digantikan oleh Dani Ojeda.
"Rahman ditarik keluar lapangan," ujar Rivero. "Ia telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi Leganés di pertandingan ini. Ia mencetak satu gol indah dari tendangan bebas dan menjadi motor serangan tim."
Leganés berhasil mempertahankan keunggulan hingga akhir pertandingan. Mereka menang dengan skor 3-0 atas Coria, memastikan langkah mereka ke babak selanjutnya Copa del Rey.
Rahman kembali menjadi bintang lapangan. Ia membuktikan bahwa ia adalah pemain yang serba bisa, tidak hanya bisa mencetak gol dari open play, tapi juga dari tendangan bebas. Ia adalah aset berharga bagi Leganés, dan ia akan terus berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi timnya.
Bersambung...
nanti musim depan duet sama Mas Rohim
/Grin/