NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 18

Keesokan harinya, pukul setengah delapan pagi. Hari ini adalah hari dimulainya semester baru. Namun, disaat semua orang sedang berbaris untuk melaksanakan upacara sekaligus penyambutan kepala sekolah baru, aku dan Arvin saat ini sedang berada di halaman belakang sekolah, di tempat biasanya kami berkumpul.

“Apa tidak apa-apa kita tidak berbaris, Vin?” Tanyaku.

“Tidak apa, aku bahkan tidak pernah ikut upacara sebelumnya” jawab Arvin yang saat ini sedang menikmati tidurnya, menggunakan pahaku sebagai bantalnya.

“Hebat juga kamu sampai tidak dihukum” ucapku sambil mengelus kepala Arvin.

“Yah, begitulah” jawab Arvin dengan santai.

Hening sejenak, angin sepoi-sepoi menerpa kami, memberikan kenyamanan. Aku masih terpikirkan tentang kejadian kemarin. Namun, Arvin sepertinya tidak ingin membicarakannya, jadi aku menahan diri untuk bertanya.

 

“Apa yang kalian lakukan?” Tanya Nada yang tiba-tiba muncul, memecahkan keheningan.

 

“Na-Nada? Kenapa kamu di sini?” Tanyaku dengan kaget.

 

“Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa kalian di sini? Dan, apa kalian pacaran?” Tanya Nada dengan ekspresi tidak percaya.

 

“Tidak!” Jawabku dengan cepat.

“Kamu pasti bercanda kan?” Tanya Nada dengan wajah penuh keraguan.

“Kenapa kamu menganggap kalau kami ini pacaran?” Tanyaku dengan rasa penasaran.

“Kamu serius menanyakan hal itu? Dilihat dari manapun, saat ini kalian terlihat seperti sedang berpacaran. Dan, kalian juga saling menyapa tadi pagi dengan nama panggilan yang kalian buat masing-masing.”

Aku terdiam sejenak, merasa kaku dengan pertanyaan Nada. Aku tidak pernah berpikir bahwa hubunganku dengan Arvin bisa terlihat seperti itu dari sudut pandang orang lain. Aku dan Arvin hanya bersikap akrab satu sama lain, tapi tidak lebih dari itu.

 

“Yah, kesampingkan hal itu. Apa kalian sudah melihat beritanya?” Tanya Nada dengan wajah serius.

 

“Maksudmu berita tentang HoJ palsu?” Tanyaku. Arvin kemudian bangkit dari tidurnya, lalu duduk di sebelahku.

 

“Iya, berbeda dengan HoJ asli, yang palsu tidak hanya melakukan pembunuhan, tapi juga melakukan berbagai kejahatan lainnya. Dan, sudah banyak korban yang berjatuhan sehingga terjadi kepanikan dan kegelisahan di mana-mana,” jelas Nada.

 

“Yah, mereka benar-benar meresahkan akhir-akhir ini. Tapi kita juga tidak bisa menghilangkan kemungkinan kalau HoJ yang asli ada di antara mereka,” jelas Arvin.

 

“Iya, kamu benar,” ucapku. “Apa kamu masih belum bisa menemukan Putri?” Tanyaku pada Nada.

 

Nada menggelengkan kepalanya. “Belum, tidak peduli sebanyak apa aku meretas CCTV di kota ini, aku tidak dapat menemukan jejak Putri sama sekali,” jawab Nada dengan sedikit frustasi.

Belum genap beberapa detik, bel jam pelajaran pertama berbunyi. Kami kemudian memutuskan untuk kembali ke kelas. Hari demi hari berlalu, dan aku menjalani kehidupanku seperti biasanya.

Pukul enam sore, aku saat ini duduk di ayunan taman dekat mini market, menunggu ibuku yang sedang berbelanja, daripada berbelanja, yang membuatnya sangat lama sehingga aku menunggu selama tiga puluh adalah karena ibuku saat ini sedang berbincang-bincang dengan temannya.

“Apa yang kamu lakukan?” Tanya seseorang tiba-tiba dari arah belakang.

Aku kemudian menoleh kearah asal suara itu, merasa suara itu terdengar sangat akrab. “Vin? Kenapa kamu disini?” Tanyaku balik.

“Hanya jalan-jalan! Kamu?”

“Ah, aku menunggu ibuku” 

Belum genap beberapa detik, tiba-tiba terdengar suara seseorang memanggil namaku.

“Maaf membuatmu menunggu lama, ayo kkita pulang!” Ujar ibuku sambil berjalan kearahku sambil membawa tas kresek berisi barang belanjaannya.

Aku segera menghampiri ibuku dan mengambil tas kresek itu untuk aku bawa.

“Apa dia temanmu?” Tanya ibu, melihat Arvin yang berdiri di belakangku.

“Ah, iya. Namanya Arvin! Dia sekelas denganku dan Nada”  ucapku sambil memperkenalkan Arvin.

“Jadi kamu ynag namanya Arvin ya. Erina sudah banyak bercerita tentangmu. Aku ibunya Erina, salam kenal ya” ujar ibu sambil tersenyum.

“Sa-salam kenal juga Tante. Na-nama saya Arvin” ucap Arvin dengan nada gugup.

Kalau di ingat-ingat lagi, Arvin tidak bisa berkomunikasi dengan orang asing. Tapi, kenapa dia bisa berbicara dengan normal ketika kami pertama kali bertemu? Apa dia mulai berubah selama setahun terakhir? Atau ada alasan lainnya?

“Kamu tidak perlu gugup begitu!” Ujar ibu sambil tertawa kecil. “Oh ya, sebentar lagi makan malam. Mampirlah sebentar kerumah. Jaraknya tidak jauh kok”

“Ta-tapi Tante… a-aku hanya akan merepotkan”

“Kamu sama sekali tidak merepotkan. Ayo kita pergi” ucap ibu, lalu kemudian berjalan pergi.

Arvin kemudian memandangku. “Yah, kenapa tidak?”

Arvin menghela nafas, lalu dia mengambil tas kresek di tanganku. Aku bilang kalau aku bisa membawanya sendiri, tapi Arvin tetap bersikeras membawanya. Lalu pada akhirnya, Arvin ikut makan malam di rumahku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!