NovelToon NovelToon
Hammer Of Judgment

Hammer Of Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: yersya

Hammer of Judgment yang membalas kejahatan dengan kejahatan. Apakah Hammer of Judgment adalah sosok pembela keadilan? Atau mungkin hanyalah sosok pembunuh?

Nantikan kelanjutannya dan temukan siapa sebenarnya Hammer of Judgment.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 26

Sebuah rumah kosong di tengah hutan, seorang pria berpakaian serba hitam dengan nafas terengah-engah menggeram kesal. Luka di tangan dan perut sebelah kanannya semakin parah, wajahnya pucat, dia menahan luka di perutnya menggunakan tangannya.

“Sialan! Aku pasti akan membunuh mereka semua!” Teriak pria itu dengan wajah kesal.

“Kenapa kau begitu kesal?” Tanya seseorang tiba-tiba.

Pria itu langsung membalikkan badannya sambil menodongkan pistolnya. Seketika dia terkejut, dia kira yang datang adalah pengawal Isabella. Namun, yang datang hanyalah seorang laki-laki remaja dengan tatapan dingin di matanya.

“Siapa kau? Kenapa kau bisa ada di sini?” Tanya pria itu dengan ekspresi kesal.

Laki-laki hanya diam, lalu dia berjalan perlahan mendekati pria itu.

“Apa yang kau lakukan, bocah? Apa kau tidak melihat pistol di tangan ku?” Teriak pria itu.

Tetapi, laki-laki itu tidak peduli, seolah-olah pistol itu bukan ancaman baginya.

Melihat laki-laki itu semakin mendekat, pria berpakaian serba hitam itu menarik pelatuknya. Bunyi desingan rendah terdengar, anak peluru melesat dengan cepat ke arah kepala laki-laki itu. Sebuah senyuman terukir di wajah pria itu. Namun, senyuman itu hanya bertahan sebentar, laki-laki itu menghindari anak peluru yang melaju dengan kecepatan 300 meter/detik hanya dengan memiringkan kepalanya.

“Apa? Itu tidak mungkin!” Ucap pria itu dengan ekspresi tidak percaya.

Dia kemudian berteriak sambil menarik pelatuk, menembak beberapa anak peluru ke arah laki-laki itu. Namun, tidak satupun yang mengenainya, laki-laki itu dapat menghindarinya hanya dengan gerakan kecil.

“Sial! Apa-apaan ini? Kenapa tidak ada yang kena? Siapa kau sebenarnya?” Teriak pria itu dengan putus asa.

Ketika amunisi pria itu habis, dia langsung membuang pistolnya dan mengeluarkan pisau yang dia sembunyikan. Dia berlari ke arah laki-laki itu, bersiap untuk menusuknya. Laki-laki itu dengan cepat menghindarinya, lalu dia memegang tangan pria itu menggunakan tangan kanannya. Belum genap beberapa detik, laki-laki itu menghantamkan siku kirinya ke pergelangan tangan pria itu, membuat pisau di tangannya terjatuh.

Pria itu meringis kesakitan, lalu dia menarik tangannya, mundur beberapa langkah sambil memegang tangannya yang kesakitan. Wajah pria itu semakin pucat. Tidak hanya luka baru yang dia dapatkan, luka akibat tembakan pengawal Isabella semakin parah, penglihatannya mulai kabur, nafasnya tersengal-sengal.

“Bangsat! Siapa kau sebenarnya?”

“Kau tidak berada di posisi untuk bertanya!” Ujar laki-laki itu dengan tatapan dingin. Tatapan itu tidak hanya dingin, tapi juga merendahkan pria yang ada di hadapannya.

Pria itu menyadari kenyataan, bahwa walaupun dia tidak terluka, dia tidak akan bisa mengalahkan laki-laki remaja yang ada di hadapannya saat ini.

“Sial! Aku sudah mencapai batasku! Tapi ya, dia hanya bocah SMA. Mungkin aku hanya akan berakhir masuk ke penjara,” pikir pria itu.

Ya, itu adalah pemikiran yang wajar. Sebagian besar orang akan berpikir bahwa jika seorang pelajar menangkap penjahat, maka penjahat tersebut akan diserahkan ke polisi. Namun, pemikiran itu hanya berlaku bagi pelajar biasa.

“Lukamu parah, berbaring jika kau tidak ingin mati!” Ujar laki-laki itu.

Pria itu terkejut, lalu sebuah senyuman terukir di wajahnya. “Pada akhirnya, bocah tetaplah bocah,” pikir pria itu.

Dia kemudian merebahkan tubuhnya di lantai sambil memegang perut kanannya yang terluka menggunakan tangannya.

“Ah, lepaskan saja tanganmu! Aku akan menggantikanmu!” Ujar laki-laki itu.

“Benarkah? Bukankah kau terlalu baik kepada penjahat sepertiku?” Tanya pria itu sambil menyeringai, lalu dia menurunkan tangannya ke lantai.

Laki-laki itu kemudian mengambil pisau yang tergeletak di lantai, lalu dia berjalan ke samping pria itu.

“Untuk apa pisau it…”

Belum habis kalimat pria itu, laki-laki itu tiba-tiba menginjak perut pria itu yang terluka, membuatnya berteriak kesakitan.

“Aarrgghh… apa yang kau lakukan? Dasar baji…”

Laki-laki itu kembali menginjak luka pria itu tanpa memberinya kesempatan untuk melengkapi kalimatnya. Pria itu kembali berteriak kesakitan, dia terus mengumpat dan mencela laki-laki itu. Namun, dia sama sekali tidak berhenti, terus menginjak luka pria itu, tidak peduli seberapa keras teriakan rasa sakit yang dikeluarkan pria itu, laki-laki remaja itu tetap menginjak luka pria itu. Lagi, lagi, dan lagi, hingga sebuah senyuman terukir di wajah laki-laki itu.

“Tidak… kumohon, berhenti!” Ujar pria itu dengan tubuh gemetar, dia tidak bisa menahannya lagi, air matanya mulai mengalir keluar.

“Berhenti? Hahahahahaha… ini baru saja dimulai!”

Belum genap beberapa detik, laki-laki itu kemudian menancapkan pisau yang dia pegang ke perut sebelah kiri pria itu, membuat pria itu berteriak kesakitan.

“Bagaimana? Kembar sekarang kan?” Tanya laki-laki itu, dengan wajahnya yang terkena cipratan darah, membuat senyuman laki-laki itu menjadi menakutkan, membuat pria itu merinding melihatnya.

“K-kau…. Kau pikir… bisa lolos begitu saja setelah melakukan semua ini?” Tanya pria itu dengan nada bergetar.

“Hhhmmmm…. Aku paham apa maksudmu. Tapi, maaf saja, aku tidak akan tertangkap!” Jawab laki-laki itu.

“Apa?”

“Kau tahu? Mengenai kasus yang viral belakangan ini mengenai Hammer of Judgment? Aku akan menjadikannya sebagai kambing hitam dengan menggambar sebuah logo palu dari darahmu,” jelas laki-laki itu sambil menyeringai.

Pria itu terdiam, masih tidak percaya bahwa yang berada di depannya adalah seorang anak SMA. Tidak, dia bahkan meragukan kalau laki-laki itu benar-benar seorang manusia. Wajahnya yang tadinya dingin kini berubah menjadi penuh kenikmatan. Wajahnya yang memerah karena kesenangan dan cipratan darah membuat senyumnya tampak seperti seorang psikopat gila.

“Apa aku terlambat?” Tanya seseorang tiba-tiba.

“Tidak, kau tepat waktu, Isabella!” Jawab laki-laki itu.

Isabella dan Ethan yang baru saja tiba, berjalan beberapa langkah lalu berhenti.

“Kamu tidak membunuhnya kan, Arvin?” Tanya Isabella.

Laki-laki itu, Arvin, kemudian menoleh ke arah Isabella sambil tersenyum dengan penuh kenikmatan, membuat Isabella dan Ethan merinding melihatnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!