Menceritakan tentang Mahasiswi yang mencintai dosennya. mahasiswi itu bernama Anisa Zahra. Anisa mencintai seorang pria tampan saat pandangan pertama di kampusnya. dan pria itu ternyata Dosen baru di kampusnya.
Karena Anisa penasaran dengan sosok dosen itu, Anisa pun terus mencari tau tentangnya. sampai akhirnya Anisa tau kalau ternyata Dosennya itu adalah seorang duda.
Gimana kisah cerita cinta pandangan pertama Anisa Zahra pada dosennya, yuk kita lanjut baca aja..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tuti yuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anisa Sakit
Mamah Anisa sudah sampai rumah. Mamah langsung menuju kamar Anisa untuk memberi tau kalau Quin menanyakannya.
Saat Mamah buka pintu kamar Anisa, ternyata Anisa masih tidur. Mamah tidak jadi bicara sama Anisa. Menunggu nanti saja saat Anisa sudah bangun. Mamah turun lagi dan pergi ke kamarnya untuk istirahat.
Jam 3 sore, Anisa bangun. Anisa merasa perutnya sakit. Anisa langsung keluar dari kamarnya dan langsung pergi ke dapur.
"Mba."
"Iya Non. Ada apa?"
"Masakin air hangat mba. perut Anisa sakit."
"Mau datang bulan ya Non?"
"Iya mba."
Anisa duduk di kursi meja makan menunggu air yang sedang di rebus mba.
Mba sudah tau kalau Anisa minta air hangat, pasti Anisa mau datang bulan.
Mba memasukan air hangat ke dalam botol. Setelah itu baru di kasih ke Anisa. Anisa lalu menekan botolnya ke perut dengan pelan.
Anisa pindah ke sofa. Sambil tiduran, Anisa mengompres perutnya dengan air hangat.
Mamah keluar dari kamar. Lalu Mamah melihat Anisa yang sedang tiduran di sofa.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Perut Anisa sakit Mah."
"Sudah minum obat belum?"
"Belum."
Mamah mengambil obat penghilang nyeri untuk Anisa.
"Minum dulu obatnya. Biar sakitnya cepat sembuh."
Anisa duduk dan minum obatnya.
"Quin tadi nanyain kamu. Mamah tadi telfon kamu juga, tapi kamu ngga angkat."
"Quin nanyain apa Mah?"
"Kamu katanya sudah janji mau ajak jalan jalan. Quin sakit kayanya gara gara kamu ngga tepati janji."
"Masa sih Mah gara gara itu?"
"Iya. Tapi bener kamu memangnya sudah janji mau ajak Quin jalan jalan?" Anisa mengangguk.
"Kenapa kamu ngga tepati janji. kasihan Quin sakit gara gara nungguin kamu ajak jalan jalan loh."
"Masa sih Mah gara gara itu. Anisa sih sebenarnya pengin tepati janji, tapi Anisa malas ketemu pak Ben."
"Kenapa jadi malas ketemu Benaya. Jangan gitu ah, kasihan Quin. Lagian kamu kan mau ajak jalan jalan Quin. bukan Benaya."
"Tapi Mah, kalau Anisa ajak jalan jalan Quin, pasti Pak Ben akan ikut. Anisa ngga mau."
"Kamu masih marah sama Benaya gara gara masalah waktu itu?"
"Iya. Pak Ben menyalahkan Anisa. Padahal dirinya juga salah sama Anisa. Anisa minta maaf padanya, tapi dianya ngga minta maaf. Sebel kan Mah."
"Iya Mamah paham. Tapi kalau kamu nya ngga mau ngalah, kasihan Quin nya dong."
Anisa diam karena bingung. Lalu Mamah menasehati Anisa agar tidak egois.
"Besok pulang kuliah kamu mampir rumah sakit. Tengok Quin, pasti dia senang. Siapa tau dengan kamu datang, Quin sembuh."
"Lihat besok Mah. Anisa ngga janji. Soalnya perut Anisa masih sakit.
Malam harinya Anisa bersama orang tuanya makan malam bersama. Abang belum pulang jadi tidak ikut makan malam.
Selesai makan, Anisa langsung pergi ke kamar. Karena perutnya masih sakit dan ngga nyaman.
Di kamar Anisa tiduran sambil melamun. Anisa rupanya teringat dengan Quin saat minta jalan jalan.
Lama lama Anisa tertidur. pagi harinya Anisa merasa malas dan malas untuk kuliah.
Tapi hari ini ada ulangan. Jadi Anisa terpaksa bangun dan pergi ke kamar mandi. Ternyata Anisa sudah datang bilang. Darah di celananya sudah banyak keluar.
Selesai mandi Anisa bersiap. Setelah siap Anisa turun ke bawah dan langsung sarapan.
"Pagi Mah, Pah."
"Pagi sayang."
"Gimana perutnya. Masih sakit?"
"Sudah ngga Mah. darahnya sudah keluar jadi perutnya lega."
"Syukurlah sayang."
Selesai makan, Anisa berangkat ke kampus. Sampai di kampus Anisa langsung masuk kelas. Anisa terlihat lemas.
Saat Anisa baru duduk, Anggi baru datang.
"Pagi Nis."
"Pagi Nggi."
"Lemas banget kamu. Belum makan ya."
"Aku lagi dapat Nggi. Badan ku rasanya lemas."
"Oh pantas."
Pak Ben masuk ke kelas. Mata Pak Ben langsung melihat ke Anisa. Anisa juga reflek melihat ke Pak Ben. Mata keduanya bertemu untuk beberapa detik. Anisa yang langsung menunduk.
Anisa melihat wajah Pak Ben, wajah lelah. Pak Ben juga melihat wajah Anisa yang pucat.
Pak Ben langsung mulai mengabsen. Setelah mengabsen Pak Ben mulai memberi materi.
Anisa benar benar merasa lemas, dan merasa perutnya juga ngga nyaman.
Pak Ben melihat Anisa yang meletakan kepalnya di meja. Lalu Pak Ben mendekatinya.
Tok tok...
Pak Ben mengetuk meja Anisa. Anisa mengangkat wajahnya. Lalu duduk tegak.
"Kamu sakit?"
"Ngga Pak. Cuman perut saya lagi ngga enak."
"Kalau sakit sana pergi ke UKS."
"Ngga papa Pak. Saya masih kuat."
"Wajah kamu sudah pucat. Sudah sana ke UKS. Anggi, antar Anisa ke UKS."
"Baik Pak. Ayo Nis."
Anggi memapah Anisa. Tapi kaki Anisa terasa lemas dan mau jatuh saat jalan. Pak Ben melihat Anisa yang mau jatuh langsung mendekat.
Pak Ben tanpa bicara langsung mengendong Anisa. Anisa yang sudah sangat lemas hanya bisa diam dan membiarkan Pak Ben menggendongnya.
Anisa terus menatap wajah Pak Ben dengan mata sayup. Sedang Pak Ben terus menatap ke depan dan berjalan menuju UKS.
Jangan lupa like komentar dan vote terimakasih..
Semangat ka Tuti di tunggu karya selanjutny 🫢🫢🫢🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Semangat dan sukses buat ka Tuti 🙏🏻🙏🏻🙏🏻