Seruni adalah seorang gadis tuna wicara yang harus menghadapi kerasnya hidup. Sejak lahir, keberadaannya sudah ditolak kedua orang tuanya. Ia dibuang ke panti asuhan sederhana. Tak ada yang mau mengadopsinya.
Seruni tumbuh menjadi gadis cantik namun akibat kelalaiannya, panti asuhan tempatnya tinggal terbakar. Seruni harus berjuang hidup meski hidup terus mengujinya. Akankah ada yang sungguh mencintai Seruni?
"Aku memang tak bisa bersuara, namun aku bisa membuat dunia bersuara untukku." - Seruni.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bergerak Cepat
POV Author
Rose sedang melayani pembeli yang masih ramai di toko ketika ponselnya berbunyi. Kening Rose berkerut dalam saat melihat siapa yang menghubunginya. "Runi?" gumam Rose. "Ada apa dia meneleponku?"
Rose memang memberikan Runi ponsel bekas miliknya yang sudah tak terpakai. Mereka biasa berkomunikasi dengan saling berkirim pesan. Rose merasa hatinya tak enak, Runi tak mungkin meneleponnya jika tidak ada keadaan gawat.
Dengan diantar oleh adik laki-lakinya, Rose langsung pergi ke kontrakkan Runi. Rose mengetuk-ngetuk pintu rumah Runi namun Runi tak kunjung membukakan pintu untuknya. "Tidak ada orangnya mungkin, Kak!" Adik Rose terlihat tak sabar menunggu kakaknya.
"Tak mungkin! Aku yakin Runi ada di dalam!" Rose terus mengetuk pintu rumah Runi.
Tak lama tetangga Runi keluar dan bertanya pada Rose. "Mbak nyari Runi ya?"
"Iya. Runi ada di dalam 'kan, Bu?" tanya balik Rose dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Iya. Dia di dalam. Runi tadi pulang kerja ketemu saya. Perutnya sudah turun sekali, Mbak. Saya bilang jangan terlalu sore pulangnya, perut turun itu sudah tanda-tanda mau melahirkan." Ucapan Bu Nunung membuat Rose semakin panik.
Rose kembali menggedor pintu Runi dengan kencang. "Runi! Kamu di dalam?"
"Runi, kamu tak apa-apa? Runi beri akan tanda kalau kamu baik-baik saja!" Rose berteriak sambil menangis. "Runi!"
Bu Nunung jadi ikut khawatir melihat ekspresi perempuan muda di depannya. Ia mendekati rumah Runi dan ikut menggedor pintu kontrakkan Runi seraya memanggil nama perempuan muda yang selalu membuatnya merasa iba.
Rose menyuruh Bu Nunung diam. Ia menempelkan telinganya di pintu. Rose mendengar suara bayi menangis. "Bu, ada suara bayi nangis, jangan-jangan Runi sudah melahirkan?"
Rose dengan sigap menyuruh adiknya mendobrak pintu. "Dek, ayo dobrak pintunya!"
Pintu kontrakkan Runi berhasil didobrak. Beberapa warga mulai datang melihat keributan yang Rose buat. Rose langsung masuk ke dalam rumah. Betapa terkejutnya Rose, saat dia masuk ke dalam rumah, Runi sudah tergeletak pingsan dengan banyak darah. Runi sudah melahirkan seorang diri tanpa ada yang membantunya.
"DEK, PANGGIL BIDAN! CEPAT" teriak Rose.
Rose mendekati Runi dan memeriksa keadaannya. Denyut nadi Runi masih berdetak. "Runi! Ya Allah, Runi!"
Bu Nunung awalnya hanya diam membeku di depan pintu. Ia shock melihat banyak darah dan bayi mungil yang menangis kencang seolah memanggil Ibu-nya. Rose terus menangis sambil membangunkan Runi yang pingsan. "Runi! Bangun, Runi! Bangun!"
Bu Nunung bingung mau melakukan apa, mau menolong tapi ari-ari Runi dan bayinya masih terhubung. Untunglah bidan yang dipanggil oleh adik Rose datang. Bidan tersebut yang akhirnya memotong tali pusar, menjahit Runi dan mengurus semuanya.
Rose dan Bu Nunung memilih untuk membantu membereskan rumah Runi yang banyak darah sehabis melahirkan. Sambil berlinang air mata, Rose terus berdoa demi keselamatan sahabatnya.
Rose sungguh tak tega dengan nasib Runi yang selalu dirundung kemalangan. Di usianya yang baru 16 tahun, ia sudah diperkosa oleh Avian, lelaki yang ia cintai dalam diam, ia lalu diusir, berjuang seorang diri di kota J dan kini harus melahirkan seorang sendiri. Kenapa nasib Runi begitu malang? Seolah takdir tak pernah lelah mempermainkannya.
Runi yang pingsan sudah digantikan bajunya dan dipindahkan ke tempat tidur. Rumah Runi juga sudah bersih. Semua berkat Rose dan Bu Nunung.
Bayi Runi juga sudah dimandikan. Adik Rose yang mengadzankan bayi Runi. Bu bidan menyerahkan bayi tersebut pada Rose. "Anaknya laki-laki. Tampan dan sehat."
Rose menggendong bayi Runi dengan penuh kasih. Mata Rose kembali berkaca-kaca. Ia mengecup kening bayi tampan tersebut. Setetes air matanya menetes dan langsung cepat-cepat ia bersihkan. Rose menatap bayi tampan tak berdosa yang lahir akibat kesalahan satu malam dan membuat hidup Runi makin menderita.
"Bagaimana keadaan Runi, Bu?" tanya Rose dengan suara serak. Rasanya air mata Rose tidak pernah berhenti sejak tadi. Rose hanya memikirkan Runi, ia bahkan tak menyadari kalau baju yang dikenakannya juga berlumuran darah sehabis menolong dan membersihkan rumah Runi. Semua tak ia pedulikan, baginya keselamatan Runi dan bayinya adalah yang utama.
"Tenanglah, Runi baik-baik saja. Ia hanya kelelahan akibat melahirkan seorang diri. Ditambah dia habis bekerja keras seharian, tenaganya habis terkuras dan akhirnya dia pingsan. Runi itu wanita yang hebat, ia tahu dirinya memiliki kekurangan tapi ia tetap mempertahankan dan berjuang untuk bayinya. Saya salut dengan Runi." Mata Ibu bidan juga ikut berkaca-kacak. Ia mengenal Runi karena sering memeriksakan kandungan di kliniknya. Gadis tuna wicara yang ramah senyum dan penuh semangat.
"Syukurlah ... Alhamdulillah." Rose menghela nafas lega. Rose terus menggendong bayi tampan di pelukannya. Bayi yang Rose yakin akan menjadi anak yang hebat karena memiliki Ibu seperti Runi.
****
Runi membuka matanya secara perlahan. Ia berada di kamarnya dan langsung teringat apa yang terjadi. Runi segera duduk namun langsung dicegah oleh Rose yang terus berada di samping Runi. "Pelan-pelan, jangan langsung bangun. Tenanglah, semua baik-baik saja."
Runi menatap Rose dengan lekat. Tanpa kata, tatapan Runi mengisyaratkan pertanyaan yang bisa Rose mengerti apa maksudnya. "Kamu hebat, Runi. Kamu habis melahirkan seorang diri. Anak kamu sehat. Anakmu ... laki-laki. Tampan sekali."
Rose membantu Runi duduk bersandar di dinding dengan menumpuk beberapa bantal di belakangnya. Dengan tubuh yang masih lemah Runi pasrah saja mengikuti perintah dari Rose. Rose lalu memberikan bayi yang tadi ia tidurkan di kasur bayi pada Runi.
"Lihatlah! Anakmu tampan sekali, bukan?"
Mata Runi berkaca-kaca melihat bayi tampan dan mungil yang kini ada di gendongannya. Runi masih tak percaya kalau ia sudah melahirkan bayi laki-laki yang bisa menangis.
"Terima kasih ya Allah. Alhamdulillah ... alhamdulillah anakku terlahir normal, tidak sepertiku. Terima kasih ya Allah ... Engkau telah menyelamatkan nyawaku dan anakku. Terima kasih ya Allah," batin Runi dalam hati.
"Runi, cepat susui anakmu! Kasihan, pasti dia haus." Rose yang memang lebih tua dari Runi mengajari Runi cara menyusui. Rose berlagak sok tahu padahal dia sendiri juga tidak tahu. Ia sangat terharu saat melihat bayi mungil itu menyusu pada Runi dengan lahap. Rasanya seperti melihat sebuah keajaiban.
"Kamu hebat, Runi. Kamu hebat! Aku yakin kalau kamu akan jadi ibu yang hebat," puji Rose. "Oh iya, kamu sudah memikirkan nama untuk anak kamu belum?"
Runi menganggukkan kepalanya pelan. Ia memang sudah menyiapkan dua buah nama, satu nama laki-laki dan satu lagi perempuan. Runi menunjuk tas kecil yang ada di atas lemari.
Rose yang paham maksud Runi segera mengambilkan tas tersebut dan membuka isinya. Terdapat sebuah buku catatan yang dibuat oleh Runi. Ada dua nama. "Kavi Anugerah Akbar? Ini nama anak kamu?" tanya Rose
Runi menganggukkan kepalanya.
"Wah ... nama yang bagus," puji Rose.
Runi tersenyum lalu menyuruh Rose membuka lembaran belakangnya. "Krisan Avian? Kavi adalah singkatan dari Krisan Avian?"
****
eh jd papa Dio dan mama Ayu...itu yg punya bisnis Ayu Furniture itu?...olala...😂😂😂
Kavi menjadi pemuda yang luar biasa, Seruni berhasil mendidiknya.