Season 2 dari Novel "Anak Genius Milik Sang Milliarder"
Rachel dan Ronand telah beranjak remaja, kini usianya sudah menginjak 17 tahun. Rachel yang tak ingin selalu dibandingkan dengan kejeniusan Ronand, memilih untuk menyembunyikan identitasnya sebagai saudara dan orang kaya.
Semua siswa di sekolahnya, tidak ada yang mengetahui jika Rachel dan Ronand adalah saudara kembar. Justru mereka dirumorkan sebagai pasangan kekasih karena beberapa kali terlihat dekat.
Akankah keduanya berhasil menyembunyikan identitas mereka sampai lulus sekolah? Atau semua rencana itu gagal, seiring dengan kisah percintaan mereka yang terjadi di sekolah itu?
Temukan jawabannya hanya di NovelToon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Tugas Kelompok
"Mau di rumahnya siapa nih?" tanya Nicho pada Ronand, Raffa, dan dua siswa perempuan yang merupakan anggota kelompok pelajaran biologi, Lina dan Mely.
"Terserah," jawab Ronand dan Raffa bersamaan.
Nicho hanya mendengus sebal mendengar jawaban dari Ronand dan Raffa. Setiap kali ada tugas kelompok, selalu jawabannya terserah saat menentukan tempat untuk mengerjakan. Sedangkan Lina dan Meli agak canggung berada di tengah-tengah siswa tampan juga pintar di sekolahnya itu.
"Yang rumahnya dekat sekolah aja. Nanti kan jadi lebih mudah bawa hasilnya ke sekolah," usul Lina dengan pelan. Khawatir jika usulannya tak diterima.
"Nah... Benar nih usulannya si Lina. Nggak kaya kalian berdua. Terserah mulu," sindir Nicho namun keduanya tampak acuh saja. Seakan menganggap ucapan Nicho itu hanya angin lalu.
"Rumahmu dimana, Nand? Aku kan belum pernah ke sana. Siapa tahu jaraknya lebih dekat ke sekolah?" tanyanya pada Ronand.
"Perumahan Citra Buana,"
"Oh... Perum..."
"Apa? Perumahan Citra Buana?" seru Nicho saat menyadari jawaban dari temannya itu.
Perumahan Citra Buana termasuk ke dalam salah satu tempat tinggal untuk kalangan konglomerat. Biasanya yang tinggal di sana adalah keluarga pengusaha atau pebisnis juga pejabat. Sedangkan Ronand? Semua siswa sekolah ini tahu bahwa Ronand adalah penerima beasiswa.
"Beneran kamu tinggal di sana? Maksudnya orangtuamu bekerja jadi pembantu, sopir, atau apa sehingga tinggal di sana. Begitu?" tanya Nicho memperjelas.
"Anggap saja begitu," Ronand tak menjelaskan yang sebenarnya. Hal itu membuat semua teman satu kelompoknya penasaran. Apalagi selama ini, Ronand adalah sosok siswa yang tertutup mengenai keluarganya.
"Yang benar dong. Aku serius ini. Tinggal jawab beneran tinggal di sana atau hanya numpang sih?" tanya Nicho lagi.
"Jadi kita mau ngerjain dimana? Buruan, aku harus pulang antar Rachel." ucap Ronand mengalihkan pembicaraan.
"Di rumahmu aja," putus Raffa yang sedari tadi diam.
Ia sama penasarannya dengan Nicho tentang tempat tinggal Ronand. Jika memang Ronand bukanlah siswa kurang mampu, berarti selama ini itu hanyalah pendapat orang-orang di sekitarnya saja. Apalagi selama ini Ronand tak pernah berbicara tentang beasiswa atau apapun itu.
Namun dilihat dari penampilan Ronand, memang tak terlihat jika temannya itu termasuk siswa kurang mampu. Sepatu dan tasnya saja dari brand ternama. Huh... Ternyata Raffa baru menyadari penampilan Ronand.
"Oke," jawab Ronand dengan santainya. Selama ini ia memang tak pernah bercerita dari keluarga mana. Hanya saja mereka menebak sendiri tentang keluarganya karena berangkat sekolah menggunakan motor butut.
"Kalian gimana Meli, Lina?" tanya Nicho pada dua perempuan di sana.
"Ya, boleh deh. Kita ngikut aja," Lina mewakili Meli untuk menjawab pertanyaan dari Nicho.
"Deal di rumah Ronand hari sabtu." putus Nicho yang kemudian mereka pulang setelah jam pelajaran usai.
***
"Onand, ada teman kamu nih." seru Chiara memanggil Ronand saat ada seseorang yang mencarinya.
Malam ini, Ronand sudah ada janji dengan seseorang. Janji untuk mengerjakan sesuatu dengan asistennya. Dia adalah Gema, asisten sekaligus sahabatnya waktu kecil. Mereka memang berbeda sekolah karena Gema ingin bersekolah di dekat rumahnya.
"Suruh langsung masuk ruang kerja Onand aja, Ma." seru Ronand karena tahu jika kedatangan Gema adalah untuk membahas pekerjaan.
"Jangan lama-lama, kasihan sama Gema. Udah malam juga," seru Chiara memberikan peringatan.
"Iya,"
Gema masuk ke dalam ruang kerja milik Ronand. Ia memang sudah terbiasa ke rumah ini saat malam hari. Tujuannya hanya satu, membahas pekerjaan. Gema masih sering ke rumah Ronand karena dia diangkat sebagai asistennya. Lebih tepatnya sekretaris karena Ronand hanya percaya padanya.
"Bagaimana?" tanya Ronand langsung setelah masuk ke dalam ruang kerjanya.
"Tuan Zip minta penyadap suara dan kamera pengintai berbentuk lalat sebanyak 100 buah, Ronand. Kita harus menyiapkannya dalam waktu satu minggu."
"Masalahnya bahan baku, terutama chip dan lensa kamera belum sampai ke tempat produksi. Padahal kita sudah pesan dari dua minggu yang lalu," lapor Gema pada Ronand.
"Dari tempatnya Papa?" tanya Ronand mencoba untuk mencari solusi.
"Tidak cukup. Di tempat produksi perusahaan Papamu tidak punya stock sebanyak itu. Apalagi sekarang Papamu lebih fokus pada pembuatan game dibandingkan produksi barang," ucap Gema sambil menghela nafasnya pelan.
Ronand sudah mempunyai tempat produksi untuk barang-barang ciptaannya sendiri. Hanya saja masih di bawah naungan perusahaan Julian. Pasalnya membuat ijin usaha sangatlah lama dan sedikit sulit. Sehingga Ronand memilih bergabung dengan Perusahaan Papanya.
"Cari penyuplai chip lain. Kita nggak bisa diam begini terus. Yang ada nanti kita keteteran, nggak akan cukup waktunya buat produksi. Waktu tinggal satu minggu doang," titah Ronand membuat Gema menganggukkan kepalanya mengerti.
"Coba tanya sama Papaku, biasa beli dimana dia dulu. Aku akan cari supplier lain," lanjutnya.
Gema segera keluar ruang kerja Ronand untuk mencari keberadaan Julian. Sedangkan Ronand, tengah berselancar dengan laptopnya. Ia juga akan mencoba mencari supplier yang bisa mengirimkan bahan baku esok hari.
Bip... Bip...
"Eh... Apa nih?" gumam Ronand saat melihat ada tanda peringatan pada laptopnya.
"Ada yang mau mengakses informasi tentang aku dan keluargaku," lanjutnya saat melihat file mana saja yang berusaha diakses.
"Sorry... Aku lagi nggak mau main-main untuk malam ini. Pekerjaanku lebih penting daripada ngurusin ini. Jadi..."
Tak...
Bye...
Brakkkk...
Sedangkan di sisi lain, tiba-tiba saja sebuah laptop milik seseorang mengeluarkan asap. Padahal ia baru saja akan mengakses satu file, namun laptopnya mati dan mengeluarkan asap.
"Sialan... Kenapa susah sekali buat cari tahu? Kaya anak pejabat aja, data dirinya susah dicari." gerutu seseorang di sana yang tengah meratapi laptopnya.
***
"Kamu nggak belajar?" tanya Janice yang merupakan sepupu dari Rachel.
"Onty boncel ndak pelnah belajal, Ma. Dia main telus cama jajan," ucap seorang bocah cilik perempuan berusia 3 tahun bernama Mikayla Rasyida Rayn atau biasa dipanggil Mika.
Dia adalah anak dari sepupu Rachel, Janice yang kini usianya 23 tahun. Setelah lulus SMA, Janice memutuskan menikah dengan kakak tingkat di sekolahnya. Namun Janice tetap melanjutkan kuliahnya walaupun sudah berstatus sebagai seorang istri. Kini ia mempunyai seorang anak perempuan berusia 3 tahun.
"Heh... Sembarangan kamu bilang Onty boncel ya. Onty tuh masih masa pertumbuhan, nah ini tambah tingginya pelan-pelan. Makanya keliatan pendek," protes Rachel yang dikatai boncel oleh keponakannya sendiri.
"Mikha cuma nulut ngomongna Oma diculuh pandil Onty boncel." Mikha mengedikkan bahunya acuh karena merasa tak salah. Apalagi itu semua ajaran dari Mama Martha.
"Oma nih emang suka ngajarin yang enggak-enggak," gerutu Rachel yang kesal dengan Omanya.
"Kamu dulu juga begitu, Rachel. Biasanya kan kamu juga ngajarin yang aneh-aneh buat jahilin Oma. Sekarang dibalas sama keponakannya sendiri," ledek Janice yang malam itu ternyata menginap di rumah Mama Martha dan Papa Fabio.
Hehehe...
Habis Oma tuh lucu kalau ngomel,
Mulutnya komat-kamit kaya...
Dutun,
Woh... Bukan aku lho yang ngomong, tapi Mika.
Kedengaran Oma, dijadikan sate tuh badan gembulmu.
Huaaaa...
Mama...
Ndak mau dijaditan cate,
Kabur...
Rachel, jahil banget sih. Buat anak Kakak nangis terus,
Hahaha...
lanjut thor...
SEKALIAN UNDANG SON HOREG PUNYA OM BREWOK MIKAAAA...
JANGAN LUPA NENEK GAYUNG DI AJAK HOBAAAAHHH💃💃💃💃💃💃