Garis Darah Sang Penyembuh

"Saya adalah Elara Vesta, Adipati Muda, dan sekarang, saya butuh seorang perwira militer di sisi saya," jawab Elara, menyeringai tipis.

Elara kemudian mengambil Penawar Jantung Emas yang dia bawa, yang tidak dia hancurkan seperti sebelumnya, dan menyerahkannya kepada Regantara.

"Ramuan ini untuk bahumu, ini akan membantumu pulih lebih cepat," ucap Elara, menyerahkan botol ramuan itu.

"Dan untuk Ramuan Ayahmu, aku akan berikan padamu setelah Earl Renald mendapatkan bukti pengkhianatan militer," lanjut Elara.

Regantara mengambil botol itu, memandang cairan yang berkilauan dengan penuh pertanyaan.

Ini bukan ramuan, ini adalah janji, pikir Regantara, menghela nafas nya panjang.

"Baik, Saya harap Anda tidak ingkar janji Marques," jawab Regantara, melirik Elara datar.

"Saya bukan seorang pecundang, Adipati, apa yang sudah saya janjikan, akan Saya tepati," jawab Elara, dingin.

Elara kembali menyimpan belati kecil nya ke dalam balik lengan pakai nya, dan berbalik, berjalan meninggalkan Regantara yang masih berdiri disana.

Regantara melihat kepergian Elara dengan pandangan yang sulit di artikan, lalu tatapan nya jatuh pada botol kecil yang berisi ramuan dari Elara tadi.

🤍🤍🤍

Di kamar tidur kerajaan yang mewah, berbaringlah Ratu Teresa Amorgia, wajahnya yang dulunya berseri-seri dan hangat kini pucat pasi, dan tubuhnya terlihat sangat kurus di bawah selimut sutra.

Di samping tempat tidur, berdiri tiga pria yang berbagi beban kesedihan.

Raja Giorgino Amorgia, seorang Raja paruh baya dengan mahkota perak dan sorot mata yang tajam, namun kini dipenuhi kelelahan dan kesedihan yang mendalam, janggutnya mulai memutih, mencerminkan lima tahun kekhawatiran yang tak henti-hentinya, dia menggenggam erat tangan Ratu nya, seolah-olah kekuatan genggamannya bisa menahan jiwa istrinya agar tidak pergi.

"Tabib dari selatan mengatakan ramuan baru ini hanya akan meredakan rasa sakitnya, Giorgino," bisik Ratu Teresa, suaranya lemah, tetapi penuh kehangatan.

"Kita akan mencobanya, Sayang, jangan menyerah, aku akan mencari tabib dari ujung dunia sekalipun," jawab Raja Giorgino mengusap lembut punggung tangan Ratu nya.

Di samping Raja berdiri, ada sosok tinggi dan anggun, dengan wajah dingin dan tatapan tajam yang identik dengan Raja saat muda, dia adalah Putra Mahkota David Amorgia seorang perfeksionis yang fokus, dan saat ini, wajahnya menunjukkan ketidakberdayaan yang langka dan menyakitkan.

Sudah terhitung satu bulan lebih, sejak Pangeran David kembali dari perbatasan utara kerajaan Elang waktu itu, dan sampai saat ini belum juga menemukan obat untuk penyakit ibunya.

"Ibu, kami telah mengirim utusan ke tujuh kerajaan, kami akan menemukan tabib yang benar-benar bisa menyembuhkan mu, jangan khawatir tentang urusan istana, Ayah dan aku akan mengurusnya," ucap Pangeran David, suaranya datar seperti biasa, tetapi ada nada gemetar yang tidak bisa ia sembunyikan.

Di kamar Ratu juga ada Pangeran Reyhan Amorgia, dia berusaha keras untuk menjaga semangat di ruangan itu, di duduk di kursi terdekat, dan berusaha tersenyum, meskipun matanya terlihat sangat merah karena sering menangis.

"Ibu, dengarkan aku," ucap Pangeran Reyhan, mencoba bersuara ceria.

"Aku dengar di pasar Ibu Kota, ada seorang penyanyi baru yang sangat lucu, nanti ketika Ibu bangun dan sehat, aku akan membawanya ke sini, dan kita akan tertawa sampai perut kita sakit," lanjut Pangeran Reyhan, tersenyum lebar, sampai matanya menyipit.

Ratu Teresa tersenyum samar, senyum yang nyaris tidak terlihat.

"Oh, Reyhan, anakku yang ceria, terima kasih sayang..." ucap Ratu Teresa lirih.

Raja Giorgino menatap kedua putranya, dia sangat bersyukur atas kesatuan mereka.

Dalam lima tahun ini, meskipun kekuasaan mereka terguncang karena penyakit Ratu, tidak ada sedikitpun intrik atau perebutan kekuasaan antara mereka berdua, mereka semua fokus pada satu tujuan, kesembuhan Ratu.

"Penyakit Ratu ini sudah terlalu lama," gumam Raja Giorgino, menoleh ke Tabib Agung.

"Apakah benar-benar tidak ada diagnosis lain, selain penyakit yang perlahan menghabiskan kekuatan hidupnya ini?" tanya Raja Giorgino, dingin.

Tabib Agung, seorang pria tua, membungkuk karena beban gelar dan kegagalan, menjawab dengan suara bergetar.

"Ampuni Saya, Yang Mulia, Saya telah mencoba setiap herba, Saya juga telah berkonsultasi dengan Oracle. Penyakit ini adalah penyakit langka, seolah-olah ada racun yang sangat halus, atau kutukan yang terus-menerus menguras energi Ratu," jawab Tabib Agung, membungkuk kan badan nya, dalam.

Mendengar kata-kata itu, Putra Mahkota David menoleh dengan tatapan yang semakin tajam, dia sudah lama mencurigai ada faktor eksternal.

"Ayah, kita tidak bisa lagi bergantung pada tabib istana. Saya telah memerintahkan kepala Intelijen untuk menyebar berita. Kita perlu mencari orang gila atau penyembuh jalanan sekalipun. Seseorang yang metodenya benar-benar di luar otak," ucap Pangeran David, mengepalkan tangannya kuat.

"Ya, Ayah. Bahkan rumor kecil sekalipun patut kita selidiki, apapun caranya, kita harus membuat ibu kembali sehat," ucap Pangeran Reyhan mengangguk setuju.

"Beberapa minggu lalu, saya mendengar bisikan tentang Vesta Medica di kerajaan Elang, Vesta Medica adalah toko obat yang menual berbagai jenis herbal, katanya bisa menyembuhkan demam mematikan dalam semalam. Mungkin itu hanya cerita rakyat, tapi tidak ada salahnya kita mencoba nya juga Ayah," lanjut Pangeran Reyhan, mencerminkan rumor yang baru-baru ini dirinya dengar.

"Amorgia akan melakukan apa saja untuk ibumu," jawab Raja Giorgino memejamkan mata

Mendengar cerita dari adik nya, tentang Vesta Medica di kerajaan Elang, Pangeran David tiba-tiba teringat dengan kejadian satu bulan yang lalu di perbatasan utara kerajaan Elang, Saat dia melihat sosok gadis muda yang sedang bertarung melawan bandit, gadis itu memiliki kemampuan yang setara dengan prajurit Istana.

"Vesta Medica? Apa ini ada hubungannya dengan Marques Vesta yang di rumor kan tiba-tiba bisa melunasi hutang nya dengan nominal yang tidak sedikit dan juga memiliki dukungan militer dari Jenderal Guntur di perbatasan?" tanya Pangeran David, mengingat cerita Pangeran Reyhan, waktu itu.

Pangeran David tidak tahu, bahwa gadis muda yang dia lihat di perbatasan utara kerajaan Elang waktu itu adalah Elara Vesta, tapi setelah mendengar cerita dari adik nya bahwa ada seorang Marquess muda, yang memiliki dukungan militer dengan Jenderal Guntur.

"Mungkinkah gadis itu adalah Marques Vesta? Karena tidak mungkin seorang gadis bangsawan biasa, melintas perbatasan utara kalau tidak memiliki kepentingan," batin Pangeran David.

"David, kirim mata-mata terbaikmu ke kerajaan Elang, jangan sebutkan nama Ratu. Selidiki dengan cermat, kita tidak boleh membuat harapan palsu untuk ibumu!" perintah Raja Giorgino dengan tegas.

"Baik Ayah, Saya sendiri yang akan pergi ke kerajaan Elang," jawab Pangeran David.

"Tidak! Kamu Pengeran Mahkota, tugas mu mengurus urusan Istana, biarkan bawahan mu yang pergi ke kerajaan Elang," tolak Raja Giorgino, tidak setuju.