Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Keterkejutan
Tiga Minggu telah berlalu.
Hari-harinya Eliza, ia habiskan untuk merintis usaha kedai kopi dan berbagai macam makanan untuk di jual. Memiliki dua kedai cukup membuat Eliza kewalahan di saat tempat usahanya semakin ramai di kunjungi. Menu favorit di kedainya adalah berbagai jenis kopi dan kebanyakan pengunjung yang memang menyukai kopi.
"Serius sekali, El. Tak bisakah kamu tidak terlalu serius dalam melakukan pekerjaan? Tubuhmu juga butuh istirahat, otakmu juga butuh healing agar fresh. Mending kita ke tempat wisata saja, mau gak, El?" tanya Sarah terus memperhatikan Eliza.
Eliza melirik sebentar lalu fokus lagi ke catatan dan benda layar persegi yang ada di hadapannya. "Pekerjaanku masih banyak, Sarah. Aku tidak mungkin meninggalkan setumpuk kerjaan di saat waktu semakin mepet."
"Sejak Vicky tiada kamu jadi gila kerja, El. Heran saya," seru Sarah tidak mengerti dengan jalan pikir sahabatnya ini.
"Ini tidak ada hubungannya dengan kepergian Vicky, Sarah. Aku gila kerja karena memang ingin mengembangkan usahaku. Aku ingin membangun kedai lagi dan ingin menciptakan lapangan kerja untuk orang-orang yang sedang membutuhkan pekerjaan apalagi membantu mereka yang sedang berada di dalam kesulitan," papar Eliza menjelaskan perihal keinginannya sampai gila kerja.
Sarah kagum atas pemikiran sahabatnya ini. sedari dulu Eliza ini merupakan wanita tangguh, wanita mandiri, wanita yang pandai mengembangkan usahanya hingga sukses.
Tok... tok.. tok...
Eliza dan Sarah menoleh.
"Masuk!"
Orang itu melangkah mendekati Eliza dan Sarah dengan membawa setumpuk dokumen yang akan diperiksa lagi oleh atasannya itu. Orang itu perlahan menyimpan kertas-kertas penting milik usahanya Eliza.
"Bu Bos, ini laporan mengenai orang-orang yang ingin melamar pekerjaan di tempat kita. Aku sudah memeriksanya sesuai yang Bu Bos perintahkan, memilih karyawan sesuai bagian-bagian yang sedang kosong. Jika pilihan aku kurang berkenan, Bu Bos bisa memilih lagi sesuai yang kamu inginkan, Bu Bos," ujar Celine membicarakan tentang orang yang lamar pekerjaan di sana dan sekalian meminta Eliza memeriksa kembali.
Eliza menggeser map tersebut lalu memeriksa beberapa bagian yang berada di paling atas. Lalu, Eliza menutup dokumentasi yang ia pegang dan beralih mendongak menatap Celine yang tengah berdiri di dekat Sarah.
"Kalau menurutmu semuanya ok, maka aku pun ok. Aku tidak akan mempermasalahkan segalanya asalkan mereka beneran mau bekerja di kedai saya. Tapi yang ini, aku akan tugaskan di kedai yang baru dan aku minta kamu mengurus perihal kedai baru yang akan di buka sampai selesai." Eliza tentu tidak akan mempermasalahkan hal itu asalkan orang-orang ingin bekerja dengannya jujur dalam melakukan pekerjaan.
"Siap, Bu Bos. Aku akan melakukan berbagai macam usaha untuk menjalankan perintah yang Bu Bos lakukan."
"Celine, kamu ini sangat formal sekali. Kita bisa bicara seperti biasa saja lah, rasanya ini tidak enak jika bicara formal gitu. Mending kamu duduk dan kita mengobrol bareng!" Eliza membereskan dulu kerjaannya dan menutup benda perseginya lalu menghubungi seseorang lewat telpon khusus kantor. "Tolong buatkan 3 kopi teh susu dan bawa ke ruangan saya, sekalian dengan makanan ringannya!"
Lalu Celine duduk di dekat Sarah.
"Nah gitu dong, dari tadi kek pesan kopi dan makanan. Aku lapar dari tadi terus ngoceh dan memperhatikanmu kerja terus. Ck, benar-benar gila kerja kamu ini." Sarah mencebik kesal.
"Kamu ini rakus sekali. Tidak lihat jika makanan yang ada di atas meja itu kamu habiskan, bumil? Tuh, bekasnya masih ada." Eliza terkekeh menggelengkan kepalanya seraya menunjuk meja dekat sofa yang ada bekas berbagai macam makanan.
"Kata orang ibu hamil itu memang sering banyak makan, tapi ada juga yang tidak mau makan apapun dan terasa sangat mual. Tapi Sarah ini termasuk beruntung karena kehamilannya tidak membuat dia bau terhadap makanan. Justru kalau banyak ngemil itu bagus, jadi ada makanan masuk," timpal Celline.
"Kamu memang benar, Celine. Tapi rakus bener," sindir Eliza tapi dia senang kalau kehamilan Sarah tidak membuatnya sulit makan.
"Mending banyak makan dari pada banyak pikiran. Kalau banyak makan hidup senang tubuh gendut, kalau banyak pikiran hidup susah tubuh kurus kering," balas Sarah terkekeh seraya mengambil remote televisi dan menyalakan benda persegi yang tertempel di dinding. "Sekalian nonton acara pernikahan anak dari pengusaha berlian yang lagi naik daun."
"Pengusaha Berlian? Kalau gak salah namanya itu Alexander Abraham, bukan? Dia rupanya belum menikah, ku kira sudah menikah, tapi yang aku heran kan wajah prianya tidak tahu yang mana? Dan wajah mempelai wanitanya pun tidak tahu," kata Eliza memperhatikan layar televisi mengakui jika dirinya penasaran ingin tahu wajah anak dari pengusaha berlian yang terkenal dengan ketampanan dan kedinginannya.
"Karena menurut informasi yang beredar, si pria ini termasuk pria yang tidak tersorot kamera dikarenakan dia tidak menyukai masalah pribadinya di campuri oleh media," kata Celline.
"Makanya kita penasaran dan terkejut anak orang kaya akan menikah dan di siarkan langsung di salah satu stasiun televisi," ujar Sarah memperhatikan layar persegi.
Tok... tok.. tok...
"Masuk!"
"Permisi, Bu. Ini kopi dan makanan nya." pegawai Eliza menyimpan pesannya di meja.
"Terima kasih, ya." Dan orang itu mengangguk lalu pamit pergi.
"Lihat deh, acaranya sudah di mulai," kata Celine memperhatikan rangkaian acara.
Sarah dan Eliza pun memperhatikan setiap proses acaranya hingga tibalah saatnya mempelai pria dan wanita memasuki ruangan pernikahan dan nampak lah wajah kedua mempelai.
Eliza dan Sarah melototkan matanya terkejut melihat siapa mempelai wanitanya, dan Celline pun melotot cukup kaget dengan kedua orang itu.
"Mereka?!" ujar ketiganya secara bersamaan. Ketiga orang itu saling lirik penuh keterkejutan.
"Kalian berdua tahu siapa wanitanya? Kalau pria itu, pria yang waktu itu mencium Eliza di depan umum," ujar Celine membuat Sarah memekik kaget dan melirik Eliza lalu Eliza mengangguk.
"Tapi yang wanita itu, dia orang yang sudah meninggalkan kakakku dalam keadaan sakit parah dan juga mengambil harta kakakku. Dia hilang ditelan bumi setelah pergi dan berhasil memindahkan aset ke tangannya," lanjut Celine mengungkapkan sebuah kenyataan yang membuat Eliza semakin dibuat tercengang.
"Apa?! Kamu serius?" Sarah dan Eliza terkejut dan tidak percaya jika Mauren juga telah melakukan hal yang dialami Eliza kepada kakaknya Celline.
"Aku seriusan. Ingin sekali rasanya membalaskan dendam atas apa yang ia lakukan pada keluargaku, tapi aku tidak bisa karena keluargaku melarang mengurusi hal itu."
"Bukan hanya kakak mu yang menjadi korbannya tetapi Eliza juga sudah menjadi korbannya," sahut Sarah menggeram kesal melihat kebahagiaan Mauren yang tengah menikah dengan orang kaya.
"Apa?! Jadi orang yang dibicarakan kita selama ini wanita murahan itu?" Celine juga terkejut mengetahuinya.
Eliza terus memperhatikan orang-orang yang ada di layar televisi. Tangannya terkepal melihat kebahagiaan wanita yang sudah merebut suaminya.
"Mauren, kamu terlihat bahagia sedangkan banyak yang terluka karenamu. Tidak akan ku biarkan kamu bahagia di atas derita yang kamu cipta. Aku akan melakukan apa yang dulu pernah kamu lakukan," batin Eliza geram atas kebahagiaan Mauren.