Meng Lusi, seorang kapten wanita di ketentaraan zaman modern, kuat dan cerdas. Karena suatu alasan, dia tiba-tiba saja berpindah ke zaman kuno dan mewarisi mata air spiritual.
Baru saja tiba di zaman yang belum dikenalnya, Meng Lusi diperkosa oleh Shin Kaichen yang dibius oleh seseorang. Setelah itu, Meng Lusi memilih melarikan diri. Lima tahun kemudian, Meng Lusi yang sudah memiliki anak kembar dikenali oleh Shin Kaichen dan mencoba untuk mendapatkan hati ibu dan kedua anaknya tersebut.
Di sisi lain, klan penyihir yang sudah lama mengutuk negara untuk tidak memiliki keturunan anak perempuan, kembali berulah. Anak kembar Meng Lusi menjadi incaran mereka karena bakat bawaan luar biasa yang akan mengancam klan penyihir. Mampukah si kembar selamat dari bahaya? Akankah Meng Lusi dan Shin Kaichen memiliki kehidupan bahagia? Mari ikuti setiap kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Shin Kaichen yang Luar Biasa
Meng Lusi menatap Shin Kaichen lagi. Pria ini benar-benar luar biasa. Bahkan tahu di mana letak array. Tidak heran dia dijuluki sebagai dewa perang yang tak pernah kalah di medan perang. Bahkan musuh takut berhadapan dengannya. Setiap ayunan pedang dan panahannya merupakan yang terbaik.
Sayangnya karena tubuhnya yang dikabarkan tidak sehat, ia jarang pergi ke barak militer. Rumor itu entah benar atau tidak karena Meng Lusi sendiri tak pernah bertanya secara langsung.
Shin Kaichen sepertinya merasakan tatapan dalam ke arahnya dan menoleh melihat Meng Lusi. Dia tersenyum lembut seolah-olah semua itu adalah hal biasa.
“Jangan khawatir, ada aku di sini,” katanya.
“Ah …?” Meng Lusi mengerjap. Siapa yang khawatir? Dia hanya merasa luar biasa.
Sekarang Meng Lusi penasaran dengan pertempuran nyata di medan perang zaman kuno ini. Apakah Shin Kaichen juga melakukan gerakan memanah serupa saat melawan musuhnya. Duduk di punggung kuda, berada di garis depan sambil menarik tali busur untuk membunuh semua musuhnya.
Membayangkan Shin Kaichen yang memakai baju zirah, membantai musuh, bercampur keringat dan darah pertarungan … rasanya luar biasa. Sebagai seorang prajurit zaman modern, Meng Lusi membayangkan betapa heroiknya pahlawan pria di drama-drama yang sempat ditontonnya.
Ah …! Apa yang dibayangkannya? Sangat memalukan.
“Lulu? Apa yang kamu bayangkan?” tanya Shin Kaichen yang sengaja menggodanya.
“Bu-bukan apa-apa!” Meng Lusi merasa malu karena pertama kalinya merasa salah tingkah di depan pria ini.
Ia masih tidak percaya jika saat ini dirinya mengagumi pria itu. Kenapa bisa?
Shin Kaichen terkekeh. Sepertinya dia menyadari apa yang bisa membuat wanita itu merasa mengaguminya di masa depan. Meng Lusi menyukai seni bela diri dan ilmu pedang. Bukan hanya itu, tampaknya sangat tertarik dengan seni peperangan.
Dengan rasa kesukaan ini, Shin Kaichen tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan hatinya. Cukup tunjukan kemampuan bertarungnya pada wanita itu. Secara alami Meng Lusi akan tertarik dengan sendiri.
Entah kenapa, Shin Kaichen seperti burung merak jantan yang sedang menarik perhatian betina. Sedikit canggung.
Shin Kaichen sengaja membawa busur panah spiritual bukan hanya untuk berjaga-jaga, tapi juga menunjukkannya pada Meng Lusi. Sepertinya keputusan tersebut benar-benar tepat. Semua ini berkat kedua putrinya yang perhatian. Katakan jika ibu mereka sangat pandai bermain pedang, bela diri dan panahan.
Dengan informasi tersebut, Shin Kaichen yakin jika Meng Lusi adalah wanita kuat yang telah berlatih bertahun-tahun.
“Manusia! Apakah kamu mengabaikanku?!” Siluman ular yang berubah menjadi wanita seksi menyela pemikiran keduanya.
Berani-beraninya kedua manusia itu saling bertatapan dan penuh kasih! Apakah melupakan dirinya yang baru saja terkena serangan anak panah spiritual?
Meng Lusi dan Shin Kaichen akhirnya melihat keberadaan wanita itu. Rupanya jelmaan siluman ular hitam. Levelnya sama dengan Yang Bai, sedikit lebih rendah tapi tampaknya sangat licik. Ular betina memang lebih licik.
Shin Kaichen kembali ke penampilannya yang dingin dan acuh tak acuh. “Ternyata siluman tingkat menengah sudah bisa mencapai hutan ini. Bukankah wilayah kalian berada di selatan?”
Wanita jelmaan siluman ular hitam itu berdecih. “Hah! Kenapa kami harus selalu terkurung di selatan di saat keturunan kami yang lebih rendah telah dibasmi oleh kalian bangsa manusia!”
Wanita jelmaan siluman ular hitam tersebut menjulurkan lidah ularnya dan menyerang Shin Kaichen.
“Jebakan yang kubuat telah kamu hancurkan! Berani-beraninya. Kali ini rasakan seranganku!” Dia langsung mengarahkan tangan berkuku hitam runcingnya ke arah Shin Kaichen, mencoba untuk mencakar.
Shin Kaichen menghindar tapi wanita siluman ular hitam itu langsung mengarahkan serangannya pada Meng Lusi.
“Ha ha! Wanita ini sangat harum. Pasti ada mata air spiritual di tubuhmu!” Wanita siluman ular hitam itu menyeringai. Iris mata hitam pekatnya seperti menghipnotis Meng Lusi.
Sihir pemikat! Meng Lusi mengetahuinya setelah memperhatikan lebih dekat. Siluman ular hitam ini dipenuhi dengan aura hitam. Sudah dipastikan bukan hal yang baik. Terlebih lagi, pasti wanita siluman ular hitam ini juga sama seperti Yang Bai, bekerja untuk penyihir.
“Ternyata kamu tahu banyak.”
Meng Lusi tidak mundur seperti Shin Kaichen yang menghindar serangannya lebih dulu. Dia justru melangkah maju dan tanpa ragu meraih tangan wanita siluman ular hitam yang terulur ke arahnya.
Shin Kaichen terkejut. “Lulu!”
Tapi Meng Lusi sama sekali tidak menghiraukan teriakannya. Setelah menangkap pergelangan tangan wanita siluman ular itu, ia langsung mengempaskannya. Wanita siluman ular hitam yang awalnya menyeringai langsung tertegun. Sudah terlambat untuk melakukan pertahanan hingga akhirnya terpental dan membentur batu besar.
“Akkhh!” Wanita siluman ular hitam langsung muntah darah hitam. Bagaimana bisa wanita itu memiliki kekuatan yang besar?
Meng Lusi juga agak terkejut dengan dirinya sendiri. Sebenarnya dia hanya ingin mencoba kekuatannya setelah selesai mengekstrak aura ungu dari tubuh Shin Kaichen. Sunni berkata selain dia bisa melihat aura baik atau buruknya seseorang, kekuatannya juga meningkat. Namun tidak tahu jika kekuatannya sebesar ini.
Jika Sunni ada di sana pasti akan bilang, ‘Bukan apa-apa. Ini masih belum kuat’. Membuat Meng Lusi merasa akan muntah darah ketika mendengarnya.
“Manusia sialan!” Wanita siluman ular hitam itu menggertakkan gigi dan kembali bangkit untuk menyerang Meng Lusi.
Kali ini Shin Kaichen tidak tinggal diam dan menggunakan pedang untuk menebasnya. Entah kenapa, wanita siluman ular hitam itu tak bisa bergerak saat Shin Kaichen menyerang, justru malah berdiam diri hingga akhirnya berhasil dibunuh.
Rasanya terlalu mudah untuk membunuh. Begitulah menurut pandangan Meng Lusi. Tapi melihat ekspresi biasa Shin Kaichen, tampaknya pemandangan tersebut sudah biasa.
“Apakah selesai begini saja?” Meng Lusi masih belum yakin.
“Ya, tidak perlu khawatir,” jawabnya.
Shin Kaichen sudah terbiasa membunuh para siluman yang mengusik kehidupan manusia. Kematian wanita siluman ular hitam itu seperti musuh biasa pada umumnya. Tentu Shin Kaichen tidak akan terlalu peduli.
“Sepertinya beberapa siluman sudah tahu tentang mata air spiritual. Kamu harus berjaga-jaga di masa depan,” katanya lagi.
Meng Lusi mengerutkan kening. “Ya, walaupun aku kurang tahu apa yang akan dilakukan mereka dengan menginginkan mata air spiritual. Tapi sebagian besar pasti keinginan para penyihir. Di mana para penyihir bersembunyi sebenarnya?”
“Jauh dari negara ini dan sebagian lagi untuk bersembunyi.” Shin Kaichen seperti mengingat masa lalu namun tidak ingin membuat Meng Lusi khawatir. “Ayo lanjutkan perjalanan. Kita harus kembali sebelum gelap.”
Keduanya melanjutkan perjalanan dan sesekali menemukan siluman tingkat rendah. Entah kenapa, Meng Lusi merasa sesuatu akan terjadi. Ia sedikit tidak tenang selama perjalanan hingga kembali ke penginapan. Ia hanya berharap perjalanan kali ini lancar.
Shin Kaichen juga menyadari ada yang salah dengan suasana hati Meng Lusi. Wanita itu sedikit linglung saat berburu dan banyak diam. Ia sudah tidak tahan lagi.
“Ada apa? Jika ada sesuatu, katakan saja,” tanyanya.
asli keren novelnya, meskipun harus nungguin lama, tapi syukurnya author bertanggung jawab nyelesain ceritanya...terimakasih author Risa Jey
Happy New Year 2025