Selama hidupnya Lesya memang selalu licik dan tak terkalahkan hanya demi mempertahankan warisan sang ibu. Tetapi dia mengalami kecelakaan dan terjun ke jurang. Lesya dinyatakan meninggal dan harta warisan miliknya dikuasai oleh pamannya yang serakah.
Siapa sangka dia kembali hidup dan memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Tetapi Lesya dibangkitkan pada tubuh seorang gadis lemah bernama Yiesha yang di biarkan terkurung dan kelaparan berhari-hari. Jiwanya yang penuh dendam ingin Lesya bisa membalaskan perbuatan keluarga tiri dan teman-temannya yang jahat kepadanya. Lesya berjanji.
Hingga Lesya bertemu dengan atasan sekaligus orang yang membantunya untuk membalaskan dendam. Kenzo pewaris keluarga Will yang buruk rupa. Ingin membuktikan jika dia pewaris yang sah atas kekayaan milik ayahnya.
Bagaimana cara Lesya membalaskan dendamnya? Yukkk... mari kita simak bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
{(log 1000)x 3 } + (⅔ : ⅑) + 3
Suasana tegang sangat terasa di dalam ruang rapat, hampir seluruh kepala bagian dan jajaran direksi berkumpul. Bebarapa karyawan tidak mengetahui mengapa diadakan rapat dadakan, semuanya kembali tegang begitu sosok presiden direktur mereka masuk ke dalam ruang rapat.
Brata menelisik satu persatu karyawan yang hadir dalam rapat terbatas tersebut. Selama ini dia pikir kondisi perusahaannya baik-baik saja. Ternyata Brata kecolongan setelah mengetahui keuangan perusahaan yang mulai menipis, padahal dia sudah menekan gaya hidupnya yang foya-foya untuk menekan pengeluarannya.
"Dia yang bertanggung jawab atas keuangan perusahaan? Jawab!!!" tanya Brata dengan tegas.
"Sa-saya Pak Presdir," aku orang yang menjabat sebagai manager keuangan. Dia yang menggantikan Brata setelah dirinya menjadi Presdir.
"Bisa kamu jelaskan kemana aliran dana ini pergi? Mengapa ada pengeluaran uang sebesar ini tanpa sepengetahuan saya!!! Apa kamu tidak tau jika ini dapat posisi perusahaan diambang kebangkrutan!!" seru Brata menahan emosi
Kini dia merasakan bagaimana posisi Lesya pada saat itu. Rasanya otak di kepalanya ingin berhamburan keluar, tak mudah menjabat sebagai pimpinan sebuah perusahaan, kini dia merasa kehilangan kehadiran Lesya keponakannya.
Si manager keuangan tersebut melihat rekening koran perusahaan yang memperlihatkan berbagai dana masuk dan keluar. Tentu dia melihat ada banyak pengeluaran yang berbeda dengan laporan yang dia buat.
"Mohon maaf Pak Presdir, jujur saya baru melihat rekening koran ini. Apa yang saya lihat saat ini sangat berbeda dengan laporan keuangan keluar masuk yang ada dalam catatan saya," jawab Erwin, si manager keuangan.
"Lalu bagaimana bisa ada aliran dana keluar sebesar 1 miliar? Apa kamu tidak mengetahui hal tersebut?"
"Sekali lagi saya minta maaf, saya sebagai manager keuangan hanya bisa memberikan izin kas perusahaan sebesar lima ratus juta itupun dengan ACC anda sebagai presdir. Dan untuk pengeluaran perusahaan sebesar itu harus atas persetujuan dewan direksi dan diketahui oleh notaris perusahaan."
Brata menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, kepalanya terasa sangat pening. Masalah yang dihadapi oleh perusahaannya saat ini benar-benar gawat dan jika tidak segera diatasi kemungkinan besar akan gulung tikar.
"Pak Presdir anda baik-baik saja??" tanya Rendra yang mulai khawatir dengan kondisi kesehatan merata.
Brata mengangkat salah satu tangannya memberikan kode jika kondisinya masih baik, Dia hanya perlu ketenangan sejenak untuk mengulur benang kusut yang ada dalam pikirannya.
Suasana salam ruang rapat mulai terdengar ricuh, beberapa orang karyawan yang paham dengan situasi yang terjadi mulai saling berbisik. Mereka mulai mengkhawatirkan kondisi perusahaan yang sudah berada di ujung tanduk dan tentunya akan berpengaruh terhadap posisi mereka di perusahaan,jika kondisi perusahaan khusus memburuk maka mereka akan terancam di PHK.
"Tolong tim IT segera selidiki, tentang aliran dana keluar. Cari tau kemana dana tersebut mengalir. Saya beri waktu selama dua Minggu, jika kalian bisa mendapatkan titik terang kalian akan mendapatkan bonus yang sesuai," ucap Brata.
"Tapi dengan kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil, pak Presdir tidak bisa tinggal diam. Kita harus mendapatkan dana talang untuk mengisi kas perusahaan yang kosong!" seru salah satu dewan direksi.
Brata menghela napas panjang, dan menariknya dalam-dalam.
"Kalian semua tenang saja dan tetap bekerja seperti biasa. Saya akan berusaha mencari investor agar dana perusahaan kita tetap stabil. Untuk rapat kali ini saya tutup biar silakan kalian kembali bekerja,terima kasih."
Brata pun meninggalkan ruang meeting sambil memegangi kepalanya yang berdenyut hebat. Sesampainya di dalam ruang kerjanya, Brata memandangi Poto Lesya yang masih berdiri di atas meja kerjanya. Tak ada satupun yang berubah atau digantikan setelah Brata menduduki posisi Lesya sebelumnya.
"Maaf Paman bersalah padamu. Tolong beritahu paman harus melakukan apa untuk menolong perusahaan ini," gumam Brata dalam hati, pandangannya melihat potret Lesya.
Tiba-tiba dia teringat seseorang yang penampilannya begitu mirip dengan keponakan. Sebuah ide terlintas, mungkin ini jawaban atas pertanyaannya barusan.
"Perusahaan Will Grup?? Apa mungkin mereka mau bekerjasama?"
❤️
❤️
Lalu lalang beberapa orang di kediaman utama keluarga Will begitu ramai. Mereka sedang membersihkan rumah berlantai tiga tersebut untuk persiapan acara kumpul keluarga besar yang akan dilakukan hari Minggu pekan ini, tentu dalam acara tersebut akan ada hal spesial yang akan terjadi apalagi yang bukan menyangkut dengan Kenzo.
Meskipun usianya sudah cukup renta namun Tuan Erik tetap mengawasi bagaimana para asisten rumah tangga bekerja jangan sampai ada salah satu sudut di bagian rumah yang terlewat untuk dibersihkan. Pertemuan keluarga besar kali ini dipersiapkan secara khusus untuk mengukuhkan status Kenzo sebagai pewaris sah keluarga Will.
Ya dalam acara perkumpulan keluarga kali ini Tuan Erik mempersiapkan semuanya dengan maksimal apalagi setelah mendapatkan konfirmasi jika Kenzo akan hadir. Tentu saja menjadi kabar yang sangat menggembirakan bagi Tuan Erik setelah beberapa kali Kenzo mangkir.
"Pastikan halaman dan taman dibersihkan, jangan sampai ada sampah atau daun-daun kering yang terlewat. Perhatikan juga bunga yang tumbuh jangan sampai rusak. Jika ada yang layu atau mati segera ganti dengan tanaman yang baru," ucap Tuan Erik memberikan instruksi.
Meskipun beberapa hari ini Tuan Erik hanya hanya beristirahat di dalam kamar karena kondisi kesehatannya yang kurang baik. Tetapi untuk hari ini Tuan Erik seolah mendapatkan kekuatan baru dan sangat bersamaan untuk berkeliling rumahnya yang sangat besar.
Ferry pun turut menemani Tuan Erik mengontrol dan mengawasi seluruh pekerjaan untuk acara tersebut. Masih ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya akan kesehatan Tuan Erik yang mulai menurun, hasil medical check yang terakhir menunjukkan jika kadar gula dan kolesterol Tuan Erik melebihi batas normal.
"Kakek!!!!"
Tuan Erik melihat seorang pemuda di arah gerbang masuk, dengan senyuman nya yang menawan pemuda berlari menghampiri.
"Kakek, mengapa tidak beristirahat di kamar saja? Kenapa harus cape-cape mengontrol semuanya, bukannya Iza sudah telepon semalam akan memastikan semuanya berjalan lancar," ucap Firza sambil melipat kedua tangannya.
"Cucu kurang ajar, bocah gemblung. Sama sekali ga ada sopan -sopannya. Bukannya sungkem cium tangan, ucapkan salam malah berteriak dari jauhan. Apa tidak ada yang mengajari mu sopan santun hah!!!" Ucap Tuan Erik dengan nada yang cukup tinggi.
Firza menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal. Dia tersenyum cengengesan meskipun sang kakek memarahinya. Tapi dia tau, kakeknya hanya bercanda.
"Maaf Kek, Iza hanya terlalu bersemangat," ucap Firza sambil mencium punggung tangan sang kakek.
"Ayo kek, masuk kedalam. Hari sudah sangat siang, mulai panas. Nanti kakek terbakar matahari bisa gosong!!!"
"Kamu, bocah gemblung doain kakek kebakar matahari. Eeh sontoloyo, kemari kamu cucu nakal!!" ucap Tuan Erik kesal
"Keekkk, ayo masuk!"
Firza merangkul lengan kakeknya sambil menyeretnya untuk masuk ke dalam rumah. Ferry yang melihat interaksi antara cucu dan kakak tersebut hanya bisa tersenyum manis. Hidup sendiri tanpa siapapun membuat Tuan Erik begitu kesepian setelah Kenzo memutuskan pindah.
Firza memandang haru dua potret lawas pada sebuah bingkai foto yang mengingatkannya akan kenangan masa lalu. Itu merupakan potret dua orang anak lelaki yang saling berdampingan, terlihat wajah tampan yang meskipun mereka masih kecil.
Firza teringat kembali akan kenangannya saat masih kecil, dia begitu dekat dengan sang kakak meskipun mereka berbeda ibu. Kenzo begitu menyayangi dan melindungi sang adik meskipun saudara yang lain mengolok-olok kedekatan mereka.
Tak sadar genangan air mata di pelupuk mulai menetes, Firza tak bisa mengubah kenyataan jika mereka seperti dua orang yang tidak saling mengenal saat ini.
"Minggu pekan ini Kakakmu akan datang, kau sedang Iza?" Ucap Tuan Erik begitu sendu.
"Tentu kek, sudah lama Iza menantikan moment seperti ini. Makanya Iza sangat bersemangat membantu kakek mempersiapkan semuanya. Iza kangen kebersamaan kita kek," ucapnya seraya memeluk tubuh Tuan Erik.
"Semoga Kenzo sadar jika kamu begitu menyayanginya."