Ayra yang cerdas, pemberani dan sekaligus pembangkang, ingin sekali menentang wasiat ayahnya yang bertujuan menjodohkannya dengan putra sahabat baiknya, tapi berhubung orang yang meminta nya adalah sang ayah yang sudah sekarat, Arya tidak bisa menolak.
Sial, di hari pernikahannya, calon mempelai pria justru kabur meninggalkannya, hingga terpaksa digantikan oleh calon adik iparnya, yang bengis, dingin dan tidak punya hati.
Seolah belum cukup menderita, Ayra harus tinggal satu atap dengan mertuanya yang jahat jelmaan monster, yang terus menyiksa dirinya, membuatnya menderita, tapi di depan orang lain akan bersikap lembut pada Ayra agar tetap dianggap mertua baik. Hingga suatu hari, sang mertua yang memang tidak menyukai keberadaan Ayra, mengingat kalau gadis itu adalah putri dari mantan suaminya, meminta putranya untuk menikah dengan wanita lain yang tidak lain adalah mantan kekasih putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.angela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghuni Baru Stok Lama
Ayra menggeliat, tidur panjangnya berhasil mengembalikan kesehatannya. Panasnya sudah turun. Dia mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba menetralkan penglihatannya oleh cahaya yang menerobos masuk ke bola matanya.
Ayra segera mengedarkan pandangannya ke sekeliling, lalu terhenti pada tubuh Dewa yang tegap tengah melihat ke arahnya.
"Untuk apa kau melihat ku seperti itu? Sejak kapan kau ada di sana?" tanya Ayra mendudukkan dirinya. Dia sedikit gugup kalau begini. Menerima siap lembut Dewa sungguh membuatnya tidak nyaman, dia lebih memilih mereka saling adu mulut. Itu lebih nyata dari pada harus seperti ini.
"Lo hanya demam, bukan hilang ingatan. Kenapa gue gak bisa masuk ke kamar ini? Ini kamar gue, ingat?" ucap Dewa menyunggingkan senyum.
Ayra jadi malu. Benar kata pria itu bahwa dia 'lah yang punya kamar itu, jadi wajar kalau dia ada di sini.
"Kau tidur seperti mayat. Bagaimana pun membangunkan mu, kau tidak sadar juga," celetuk Dewa memangkas jarak, lalu membaringkan dirinya di atas ranjang. Ayra segera bangkit, tidak nyaman berdua di ranjang itu, tapi belum sempat beranjak, Dewa sudah memegang pergelangan tangannya.
"Tinggalkanlah sebentar. Sepertinya kita gantian, sekarang aku yang gak enak badan," ucapnya telentang, lalu menempelkan punggung tangan Ayra di keningnya.
Rasanya sedikit janggal terdengar, kini Dewa menggunakan kata aku dan kamu dalam kalimat percakapan mereka, seolah hubungan mereka sudah membaik saja.
Ayra sempat ingin menarik, tapi setelah merasakan suhu panas dari tubuh pria itu, maka Ayra membatalkan niatnya. Lagi pula dia ingat, kalau pria itu sudah mengurusnya dengan sangat baik saat sakit tempo hari.
"Kau demam," gumam Ayra melirik wajah Dewa. Syukurlah pria itu saat ini terpejam.
"Mungkin ini menular darimu. Kau harus tanggung jawab. Kau harus merawat ku sampai sembuh," ucap Dewa dengan nada malas. Sebentar bukan menular dari Ayra, saat gadis itu sakit, sebenarnya kondisi tubuh Dewa juga sedang tidak fit.
Setelah begadang satu malam mengurus Ayra, pria itu pun semakin drop.
"Aku masakkan bubur, agar kau bisa minum obat," ucap Ayra menarik tangannya perlahan. Dia masih bisa menangkap gerakan kepala Dewa yang menggeleng sebelum pergi dari sana.
Hanya butuh setengah jam, bubur ayam yang begitu wangi akan kaldu ayam memenuhi ruang kamar mereka. Ayra meletakkan di atas nakas di samping tempat tidur. Pria itu sudah jatuh terlelap dalam tidurnya.
Ayra mengamati sesaat. Sejak dulu, saat pria itu mengucapkan janji suci atas dirinya di hati pernikahan mereka, Ayra menyukai suara dan wajah pria itu. Suara yang lantang dan terdengar yakin saat mengucapkan janji. Wajah Dewa juga begitu memikat hatinya, jika mau jujur, tapi semua itu dia sembunyikan di sudut hatinya terdalam, terlebih saat mendapati bahwa Dewa sangat membencinya.
Gerakan menggeliat Dewa menyadarkan Ayra dari lamunan panjangnya. Dia tidak ingin ketahuan menatap pria itu.
"De- Dewa, bangun," ucapnya pelan. Sedikit berat untuk menyebutkan nama itu dari bibirnya. Benarkah karena sudah saling merawat mereka jadi berteman? Apa kini hubungan mereka membaik?
"Dewa, bangun'lah. Kau harus makan. Ini aku sudah buatkan bubur dan wedang jahe merah untukmu," ucap Ayra sedikit merendahkan tubuhnya. Dia menikmati apa yang saat ini dia lihat. Bibir, hidung, dan rahang tegas pria itu membuat degub jantungnya berirama dan semakin lama semakin cepat.
"Apa-apaan dia ini, mengatai ku tidur seperti mayat, nyatanya dia sendiri juga tidur seperti mayat," desisnya.
Tanpa sadar, Dewa merangkul tubuh Ayra hingga jatuh di dadanya. Entah apa isi mimpi pri situ saat ini, yang pasti dia semakin mengeratkan pelukannya.
Ayra berusaha melepaskan diri, tapi pelukan itu semakin erat. "Aku mohon, tetap'lah di sini, dalam pelukan ku," gumam Dewa yang masih bisa di dengar Ayra.
Perlahan gadis itu pun menjatuhkan pipinya di dada Dewa, mendengarkan debar jantung pria itu yang teratur. Tarikan napasnya juga sudah stabil yang menandakan dirinya juga sudah kembali terlelap.
Sepuluh menit berlalu, Ayra sadar kalau begini terus, bubur yang dia masak akan menjadi dingin, jadi memutuskan untuk kembali membangunkan pria itu.
"Bangun'lah Dewa, kau harus makan. Aku sudah susah payah memasak bubur ini untuk mu," ucapnya menarik diri dari dekapan Dewa, dan kali ini berhasil.
Lalu dengan kuat, Ayra kembali membangunkan Dewa dengan menggoyangkan tubuh pria itu hingga terbangun.
"Kenapa kau gak membiarkan aku tidur? Aku mengantuk sekali, Ay. Jangan jahat padaku, aku lagi sakit, biarkan aku tidur sebentar lagi," celotehnya masih terpejam. Suhu tubuhnya terasa semakin hangat.
"Gak bisa. Kau harus makan dulu, ayo duduk," pinta Ayra dengan nada memohon. Hal itu membuat Dewa akhirnya menurut. Dia duduk dengan punggung bersandar serta beralaskan bantal bulu angsa.
"Ini, sudah dingin, dan siap dimakan," ucapnya menyodorkan mangkok kaca pada Dewa. Pria itu melirik sekilas pada isi mangkok, lalu naik ke wajah Ayra.
"Suapi," pintanya memohon. Mungkin mengingat hubungan mereka yang lama, ini seperti tidak masuk akal, tapi entah mengapa sekarang terdengar sangat... Menyenangkan.
Keduanya saling menatap sesaat, lalu Ayra menunduk malu. Mengambil sendok bubur, mengaduknya lalu menyodorkan pada Dewa. Masih terus menatap wajah cantik Ayra, Dewa membuka mulutnya, melahap bubur itu dengan cepat.
"Enak. Aku mau lagi," ujar Dewa melirik isi mangkok yang sudah kosong. Ayra bahkan sampai memiringkan mangkok itu agar bisa dilihat Dewa. Pria itu hanya mengulum senyum.
"Ini, minumlah. Biar tubuhmu hangat." Ayra menyodorkan gelas berisi wadang yang masih hangat.
Dengan cepat Dewa memegang gelas yang masih dipegang tangan Ayra hingga tangan gadis itu berada di genggaman Dewa, bergerak mendekat ke mulutnya seolah Ayra yang meminumkan ke bibirnya. Pipi Ayra merona, Dewa masih belum mau melepaskan genggaman tangannya.
"Enak sekali. Semua buatan tanganmu sangat enak. Terima kasih," ucapnya menggenggam lebih erat. Matanya masih melekat pada wajah Ayra.
Kenapa baru sekarang menyadari gadis itu lebih dari yang dia pikirkan. Cantik, lembut dan tangannya begitu ajaib bisa membuat semua makanan terasa enak.
"Tidur 'lah. Aku bawa semua ini ke bawah dulu," ucapnya mengambil gelas di tangan Dewa setelah pria itu selesai meminum semua obat yang diberikan Ayra. Sisa obatnya ketika demam kemarin.
"Hai, sedang apa?" suara bariton pria itu membawa tubuh Ayra berputar, menuju asal suara itu.
"Kau? Di sini?" pekik Ayra menghentikan gerakan tangannya yang sedang mencuci piring di wastafel. Dia baru saja selesai memasak untuk makan malam nanti, dan sekarang membersihkan peralatan yang dia pakai.
"Apa aku gak boleh di sini?" Senyum Egi mengembang, melangkah masuk ke dalam dapur dan mengambil satu kursi di meja makan. Duduk dan terus mengamati Ayra yang menyelesaikan pekerjaannya.
"Bukan begitu. Hanya saja aku sedikit terkejut, kau tiba-tiba ada di sini," lanjut Ayra membilas tangannya. Pekerjaannya sudah selesai.
"Biasakan dirimu, karena kau akan lebih sering melihat ku di sini, karena ku penghuni baru stok lama," jawab Egi tertawa renyah.
salah kamar thor 🥰🥰🥰🥰
sebenarnya semua terjadi karena kurang ilmu agama menurutku.
ayra terlalu larut dg masa lalunya
dan Egi ...TDK berterus terang.
terjadilah peristiwa itu....
mungkin jodoh ay Ra sama dewa dan Egi dgn Fina.
keadaan lah yg membuatnya seperti itu.
terimakasih akibatnya
tanyakan pada dirimu ayra......
mungkin ini jodohmu.
terimakasih atas tidak terima
harus nurut PD suami.
kecuali kdrt.
4 bukan waktu yg sebentar BG seorang laki laki.
kalau dia selingkuh itu wajar
istrinya terlalu terjebak masa lalu.
kurang suka dg ayra karakternya.
jangan egois ayra ....
jalani aja biar waktu yg bicara
cinta TDK harus memiliki.
kalau bersama dewa ,Maya TDK menyukainya...
nanti timbul lagi masalah baru.
kalau dgn Egi...cinta Egi seluas samudra,ditonta baik.
kalau menurutku..
lebih baik dicintai....daripada mencintai...
kalau dapat dua duanya.
mencintai dan dicintai.
Krn ayra tidak mencintainya