Menjadi perempuan yang selalu mengerti kesibukan pasangan, tidak banyak menuntut, mandiri, nyatanya tidak menjamin akan membuat laki-laki setia. Justru, laki-laki malah mencari perempuan lain yang dianggap lebih membutuhkan kehadirannya.
Eleanor Louisine —pemilik usaha dalam bidang fashion —owner Best4U.co —harus menerima kenyataan pahit bahwa kekasihnya sudah berselingkuh dengan sahabatnya.
Dalam keadaan kacau setelah mengetahui kekasihnya selingkuh, Eleanor pergi ke bar dan bertemu dengan Arkana Xavier —laki-laki berandalan yang sedang menikmati masa mudanya.
Paginya, Eleanor mendapati dirinya terbangun di dalam kamar bersama Arkana. Ia yang belum tahu siapa Arkana berpikir Arkana gigolo. Namun, ternyata Arkana adalah tuan muda kaya raya.
Dan gara-gara malam itu, Eleanor berakhir menjadi wanita tahanan sang tuan muda —Arkana Xavier.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Eleanor terdiam menatap wajah Arka sambil memikirkan alibi yang tepat dan masuk akal untuk menjawab pertanyaan Arka. Yang ditatap ikut diam menanti jawaban.
"Setelah aku pikir lagi, kamu tidak cocok dengan panggilan itu," ungkap Eleanor setelah sekian lama memandang dan mengamati wajah Arka.
"Tidak cocok?" ulang Arka melangkah mendekati Eleanor, lalu mendekatkan wajahnya pada wajah perempuan itu.
"Y-ya, tidak cocok," jawab Eleanor terbata-bata karena posisi wajah Arka yang terlalu dekat dengan wajahnya dan membuatnya gugup.
Mereka pernah lebih dekat dari ini, tapi Eleanor tidak pernah merasa segugup sekarang. Bahkan sekarang Eleanor merasa lebih gugup dibandingkan saat mencoba beberapa hal baru dalam hidupnya bersama Arka.
"Tidak cocok kenapa?"
"Eum, itu..."
"Jangan menghindar! kamu belum menjawab pertanyaanku!" Arka menahan pinggang Eleanor saat Eleanor berniat menghindar dan membuat jarak dengannya.
Arka perlu penjelasan mengapa dirinya disebut tidak cocok dipanggil mas, sehingga Ia tidak bisa melepaskan Eleanor begitu saja.
"Tidak cocok kenapa, hum?" tanya Arka menuntut penjelasan Eleanor.
Eleanor berusaha memutar otak agar tidak perlu menjawab pertanyaan Arka. Karena sebenarnya Ia hanya asal mengatakan Arka tidak cocok dipanggil mas. Alasannya tidak memanggil Arka mas karena awkward dengan panggilan itu.
"Sudah waktunya makan malam. Kamu tahu kan wanita hamil perlu nutrisi agar janinnya sehat sampai lahiran?"
Tanpa menanggapi, Arka akhirnya melepaskan Eleanor. Namun, sepertinya Eleanor sudah membuat suasana hatinya tidak baik karena Arka langsung pergi begitu saja setelahnya.
"Eh, Arka tunggu!" Eleanor berjalan mengekor dibelakang Arka. Seperti anak ayam yang sedang mengikuti induknya.
"Kamu tidak marah kan aku bilang kamu tidak cocok dipanggil mas?"
Arka hanya melirik Eleanor dengan ujung matanya tanpa mengatakan apa-apa. Sepertinya laki-laki itu benar-benar merajuk sekarang.
"Ayolah, masih banyak panggilan lain yang lebih bagus dan lebih cocok untukmu daripada dipanggil mas," ucap Eleanor berusaha membujuk Arka supaya tidak marah.
Duk!
Untuk kedua kalinya Eleanor menabrak punggung Arka karena laki-laki itu kembali tiba-tiba berhenti di hadapan Eleanor yang sedang berjalan.
"Panggilan lain?" tanya Arka menghadapkan tubuhnya pada Eleanor.
"Jadi apa panggilan lain yang cocok untukku?"
Melihat tatapan Arka membuat Eleanor berpikir keras mencari panggilan yang cocok untuk suaminya agar suaminya tidak semakin merajuk.
"Eum... honey, darling, atau mungkin suamiku?"
Arka mengangguk-anggukan kepalanya. Daripada honey dan darling, Arka lebih tertarik dipanggil suamiku oleh Eleanor. Karena panggilan itu pasti akan berguna jika ada laki-laki lain yang menggoda istrinya suatu saat nanti.
"Baiklah, aku setuju kamu memanggilku suamiku."
Eleanor yang mendengar itu pura-pura tersenyum. Pasti akan semakin awkward memanggil Arka suamiku. Tapi Eleanor mengiyakannya daripada Arka benar-benar merajuk.
"Oke, baiklah. Suamiku," Eleanor terkekeh pelan menertawakan dirinya sendiri.
Diam-diam Ia menyesal sudah menyarankan panggilan lain untuk Arka.
"Ayo, makan. Kamu bilang anak kita perlu nutrisi kan?"
"Hehe, iya ayo."
Arka dan Eleanor akhirnya pergi ke ruang makan untuk makan malam. Kali ini hanya berdua karena tuan dan nyonya Xavier belum selesai dengan aktivitas mereka di kamar.
Setelah makan malam, rencananya Arka dan Eleanor akan pergi ke kamar. Tapi langkah mereka terhenti di depan kamar tuan dan nyonya Xavier karena Eleanor yang seperti penasaran akan sesuatu yang terjadi di dalam sana.
"Sedang apa kamu?" tanya Arka menegur Eleanor yang sedang mencuri dengar di depan kamar tuan dan nyonya Xavier.
Eleanor reflek menutup mulut Arka dengan telapak tangannya agar Arka tidak berisik, "jangan bicara keras-keras, kita bisa ketahuan sedang menguping."
Arka menyingkirkan tangan Eleanor yang menutup mulutnya, lalu dengan tegas mengatakan, "aku tidak berniat menguping."
"Ayolah, bekerjasama lah sedikit," ucap Eleanor kembali meminta Arka untuk tidak berisik.
Eleanor bukan orang yang suka ikut campur dengan urusan orang lain, tapi urusan mertuanya ini berbeda. Ia penasaran seberapa lama mertuanya yang bawel itu bermain.
"Ini bisa dijadikan senjata jika nanti mamahmu mulai mengoceh."
Arka hanya menggeleng menyaksikan tingkah laku istrinya. Untuk dijadikan senjata katanya? Apa istrinya ini berniat ribut terus setiap hari dengan mamahnya?
"Kenapa aku tidak mendengar suara apapun," Eleanor menajamkan telinganya untuk mendengarkan kegiatan panas mertuanya, tapi sayangnya tidak ada suara apapun yang bisa Eleanor dengar dari dalam sana.
"Mungkin mereka sudah selesai," sahut Arka nampak acuh tak acuh.
Lagipula, siapa yang tertarik mendengarkan pasangan yang beradegan panas? istrinya ini memang ada-ada saja!
"Lebih baik sekarang kita ke kamar, istirahat."
"Tunggu sebentar."
Arka tidak bisa diajak kompromi. Laki-laki itu menggendong Eleanor agar Eleanor ikut pergi ke kamar bersamanya.
"Bergadang tidak baik untuk wanita hamil," ucap Arka sebelum melangkahkan kakinya menuju kamar mereka.
Kali ini Arka menggendong Eleanor seperti menggendong karung sehingga Eleanor tidak bisa berontak. Eleanor hanya bisa protes karena Arka tidak mendengarkannya.
"Aku bilang tunggu sebentar!" protes Eleanor kesal. Arka tidak menggubris dan terus membawa Eleanor sampai mereka tiba di kamar.
Setelah tiba di kamar, Arka membaringkan Eleanor diatas ranjang dan menutupi sebagian tubuh istrinya itu dengan selimut.
"Ada sesuatu yang harus aku urus, kamu istirahat duluan saja," ucap Arka setelah memasang selimut untuk Eleanor.
"Aku tidak mengizinkan kamu pergi," ucap Eleanor menyambar Arka. Mengira Arka akan pergi ke suatu tempat untuk urusannya itu. Eleanor masih was-was dengan masa lalu Arka, bisa saja Arka pergi bersenang-senang ke bar.
"Aku tidak pergi kemana-mana, aku akan disini menemani kamu."
"Kamu bilang kamu ada urusan?"
"Iya, tapi aku akan mengurusnya disini. Aku janji tidak akan pergi kemana-mana."
Eleanor tidak langsung percaya. Bisa saja Arka pergi ke bar setelah dirinya tidur nyenyak. Tapi Arka berusaha meyakinkannya.
"Kalau kamu tidak percaya, kamu bisa menungguku sampai aku selesai. Tapi mungkin akan lama karena ini menyangkut pekerjaan," ungkap Arka.
Urusan yang Arka maksud adalah bicara dengan sekretarisnya. Ada hal mendesak yang harus mereka bicarakan.
"Ada masalah dengan pekerjaanmu?"
"Tidak ada masalah, tapi ada pekerjaan yang harus aku urus sekarang. Tadi pagi aku tidak sempat mengurusnya karena Kai datang dan aku pulang ke rumah setelahnya," jelas Arka.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menunggu sampai kamu setelah dengan urusanmu," Eleanor mengubah posisinya menjadi duduk karena ingin menemani Arka sampai Arka selesai.
"Baiklah, aku janji akan segera menyelesaikannya agar kamu tidak menunggu lama."
"Hem."
Arka langsung menghubungi sekretarisnya untuk membicarakan pekerjaan. Melihat Arka sibuk bicara dengan sektretarisnya disebrang telepon membuat Eleanor rindu dengan pekerjaannya, sudah lama Eleanor tidak bekerja dan meninggalkan butiknya begitu saja.
"Sudahlah, lagipula sudah menjadi keputusanku untuk hidup bersamanya," kata hati Eleanor.