Bian, seorang pria berusia 30-an yang pernah terpuruk karena PHK dan kesulitan hidup, bangkit dari keterpurukan dengan menjadi konten kreator kuliner. kerja kerasnya berbuah kesuksesan dan jadi terkenal. namun, bian kehilangan orang-orang yang di cintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D.harris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Fendi dan Keluarga
Suatu pagi, saat Bian sedang mempersiapkan menu spesial untuk kedainya, ponselnya berbunyi. Pesan singkat dari Fendi membuatnya tersenyum:
"Bro, gue sama keluarga lagi di bali. ntar sore mau kedai lo. lo lagi ngga sibuk kan ?"
Bian langsung membalas, “aman bro, gue tunggu ya!"
Sore itu, Fendi tiba di kedai bersama istrinya, Jessica, dan seorang anak perempuan kecil dengan rambut hitam lebat dan senyum cerah.
"Pak bian apa kabarnya" sapa fendi dengan nada bercanda.
"weiss... Warga aussie ! Baik bro. Kok lo ngga ngomong kalo mau ke bali? Kalo tau kan Gue bisa siapin kamar di villa. Daripada nginep di hotel" seru bian yang semangat melihat sahabatnya datang bersama keluarganya.
"alahhh males gue ngerepotin lo ! eh yan, Ini anak gue, Sunny,” kata Fendi sambil menggendong putrinya.
Sunny, yang baru berusia tiga tahun, menyapa Bian dengan malu-malu. “Halo, Om Bian,” katanya dengan suara kecil.
Sabda, yang sedang bermain di sudut kedai, langsung mendekat dan memperhatikan Sunny dengan penasaran. “Papa, ini siapa?”
“Ini Sunny, anak Om fendi. Ayo kenalan,” jawab Bian sambil mendorong Sabda mendekat.
Malam itu, mereka menghabiskan waktu di rumah Bian. Sabda dan Sunny cepat akrab, bermain dan tertawa bersama. Sementara itu, Bian, fendi dan jessica duduk di teras, menikmati secangkir kopi.
“Bisnismu makin keren, Bro,” puji fendi. “im very proud of you ! Lihat sekarang, dari nol sampai bisa buka cabang di Bali.”
Bian tersenyum kecil. “Ya, semua ini karena dukungan orang-orang yang baik termasuk kamu. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku nggak akan mulai bikin konten dulu.”
Jessica, yang mendengar pembicaraan mereka, ikut menambahkan, “Fendi sering cerita tentang kamu. Kamu inspirasinya waktu dia mulai bisnis kecil di Australia.”
Bian terkejut. “serius? Aku malah nggak tahu.”
Fandi mengangguk. “Ya, Bro. lo ngajarin gue satu hal penting: Never give up ! I always remember that.”
Sunny dan Sabda terlihat sangat akrab, bermain dengan mainan dan sesekali tertawa lepas. Di tengah permainan, Sunny tiba-tiba berkata, “Om Bian, Sabda bilang dia nggak punya mama. Kenapa?”
Suasana mendadak sunyi. Bian tersenyum tipis dan menjawab dengan lembut, “Mama Sabda sudah di surga, Sunny. Tapi dia selalu menjaga Sabda dari sana.”
Sunny, meski masih kecil, tampak mengerti. “Oh, kayak bintang di langit, ya?”
Bian mengangguk, terharu. “Iya, seperti bintang di langit.”
Bian, fendi dan jessica lanjut mengobrol panjang sampai tiba waktunya mereka kembali ke hotel.
"bro, gue balik dulu ! Thank you for the coffee. Kalo lo ada rencana ke sydney kabarin gue ya!" ucap fendi berpamitan.
"oke bro. eh tunggu dulu..."bian berlari kecil mengambil 1 toples kopi bali untuk fendi.
"nih buat lo ngopi-ngopi dirumah" ucap bian menyerahkan kopi itu ke bian.
"thanks bro! Sunny ayo salim dulu sama om bian"
Sunny berlari kecil ke arah bian dan mencium tangan bian. Sabda juga ikut mencium tangan fendi dan jessica.
"Sabda, om sama sunny pulang dulu ya. Nanti ajak papa kamu main ke rumah om ya, nanti kita jalan-jalan,oke?!" ucap fendi
"oke om!" jawab sabda.
Malam itu, ketika Fendi dan keluarganya kembali ke hotel, Bian merasa hatinya hangat. Persahabatan mereka tetap erat meski waktu dan jarak memisahkan.