Terpaksa Menjadi Pengantin Pengganti Tuan Brian

Selamat! Membaca 🤗

Dan dengan gampangnya Brian membuat pintu kembali terbuka.

"Ada apa?"kesal Mikha yang tidak bisa melawan kekuatan Brian.

"Cepat pulang!"

"Apa Rayan tidak mengatakan apapun padamu?"

"Saya tidak menerimanya, ini perintah! Cepat ikut saya pulang."

"Dia memaksa sekali, dasar egois,"gumam Mikha, yang masih bisa terdengar jelas oleh Brian.

"Jangan terlalu banyak mengeluh, cepat ikuti perintah saya."

"Setelah kau mengadu yang tidak-tidak pada Mama dan Papa saya, sekarang kau seenaknya memaksa saya untuk menuruti perintahmu, dasar!"kesal Mikha, yang sudah tidak kuat menahan emosi.

Brian yang tidak mau banyak bicara lagi, menarik paksa tangan Mikha agar mengikutinya menuju mobil.

"Apa-apa ini! Lepas!"Mikha, menyingkirkan tangan Brian. Namun lelaki itu tetap menariknya.

"Aku tidak mau pulang!"teriak Mikha, dengan tangan kiri yang ia pergunakan untuk menahan pintu.

Tika yang mendengar teriakan Mikha, bergegas menyelesaikan hajatnya dan berlari menghampiri Mikha.

"Ada apa! Astaga! Apa dia perampok!"

Tika mengambil sapu lantai, dan ia gunakan untuk menghalau Brian yang masih memaksa Mikha.

"Pergi kau dari sini! Rumah saya memang tidak memiliki barang mewah, tapi tidak harus mengambil temanku kan,"kata Tika yang terus mengayuh-ayuh sapu ke arah Brain, namun ia tidak berani mendekat.

Brian yang tenaganya jauh lebih kuat dari Mikha, dengan mudah membuat Mikha kalah.

"Mikha, kau tenang aku akan meminta bantuan!"triak Tika.

"Katakan pada temanmu untuk tidak ikut campur!"

"Lepas!"Mikha dengan kuat menghempaskan tangan Brian,"Saya akan tetep di sini, tidak perduli kau memaksa dan mengancam, saya tidak akan pulang."Sambung Mikha dengan tegas.

Dan setelah mengatakan itu, ia kembali melangkah memasuki rumah, namun langkahnya tidak selancar jalan tol, karena dengan sigap, Brian kembali meraih tangannya dan membisikkan sesuatu.

"Kau tidak ingin orang tuamu kembali marah kan! Jika kau tidak ikut pulang bersama saya, saya akan pastikan semuanya tidak akan pernah saya kembalikan dan orang tuamu akan semakin murka dan membencimu,"ucap Brian dengan senyum miring.

Mikha terdiam, ia kembali mengingat kata-kata Handoko dan Marlina, agar ia meminta maaf pada Brian, supaya semua kembali seperti semula.

Bukan cuma langkah kakinya yang terhenti, tapi gerak hati dan pikirannya juga ikut terganggu.

"Apa dia pikir aku perduli! Tidak! Aku tidak perduli itu, hidupku aku sendiri yang menentukannya, aku tidak perduli dengan perjanjian yang dilakukan papa dan Brian."

Tapi Mikha bisa mengatakan itu hanya dalam hatinya saja, karena pada kenyataannya, ia tidak bisa melakukannya secara nyata.

Brian yang sudah melepaskan cengkeramannya, berjalan dengan santai tanpa dosa menuju Mobil

"Baiklah! Jika kau tidak mau kembali pulang, tidak apa-apa,"ucapnya, yang memancing Mikha.

"Tunggu!"cegah Mikha, dan berhasil membuat Brian kembali mengukir senyum puas di kedua sudut bibirnya. Lelaki itu tau jika ancamannya akan berhasil.

"Saya akan ikut pulang!"kata Mikha, pasrah dan menyerah.

"Ternyata akal sehatmu masih berfungsi juga,"ejek Brian.

"Apa yang dia katakan, sial! Jika aku punya kekuatan aku ingin mengutuk lelaki sombong ini."

"Saya kedalam dulu, untuk mengambil ponsel."

"Silahkan! Tapi kau pasti tau jika saya tidak suka menunggu karena tidak mempunyai banyak waktu untuk hal membosankan seperti ini."

*****

"Mikha dia saipa?"Tanya Tika, yang masih merasa bingung.

"Brian!"

"Suamimu?"

"Jangan pernah menyebut dia suamiku, mendengar sebutan itu, rasanya aku ingin terjun ke jurang."

"Kau jangan seperti inu, pada kenyataannya dia memang suamimu kan! Kau yakin akan pulang bersamanya?"

"Tidak ada pilihan lain."

"Apa aku perlu mengusirnya seperti apa yang aku katakan pada suruhannya tadi?"

"Tidak perlu, aku sudah terlalu sering merepotkan mu, aku hanya minta tolong bantu aku membujuk Om Isman agar bersedia mencari keberadaan Raline, karena itulah satu-satunya cara agar aku bisa lepas dari pernikahan ini."

Setelah mengambil ponsel dan Tasnya. Mikha keluar dan segera masuk kedalam Mobil yang di kendarai Brian, jika bukan karena Belle tentu Brian tidak akan Sudi melakukan ini semua.

✨✨✨

"Apa yang kau katakan, dan kau janjikan pada orang tua saya?"tanya Mikha, dengan memberanikan diri.

"Apa saya harus menjawabnya! Apa orang tuamu itu tidak memberi tau?"

"Berbelit-belit sekali, padahal tinggal jawab saja apa susahnya,"gerutu Mikha.

Dan terdengar jelas oleh Brian.

Brian melirik, siap untuk mengoceh! Namun ia urungkan setelah melihat pipi Mikha memerah bahkan terlihat membengkak, Brian baru menyadari itu.

"Dari mana saja kau seharian, dan tidak pulang!"akhirnya itulah kata-kata yang keluar dari Brian.

"Apa saya harus menjawabnya!"sahut Mika tanpa menoleh.

"semakin hari wanita ini semakin kurang ajar." Batin Brian.

Setelah melalui perdebatan kecil, tidak terdengar suara apapun dari dalam mobil itu, karena, baik Mikha dan Brian, tengah tenggelam dengan pikirannya masing-masing.

Hingga mobil yang melaju menembus keheningan malam sampai di depan rumah Brian.

Kepulangan Mikha tentu disambut dengan antusias oleh Belle, gadis kecil itu tersenyum lebar karena Brian berhasil membawa pulang Mikha tidak seperti seperti Rayan yang gagal.

Mikha mundur beberapa langkah ketika Belle ingin memeluknya, Mikha melakukan itu bukan ia tidak sudi atau enggan untuk memeluk Belle yang terlihat sangat senang, tapi Mikha takut dengan Brian yang terus saja menatapnya, ia takut jika lelaki itu kembali menghukumnya, walaupun bukan salahnya tapi seorang Brian tidak mau mengetahui hal itu.

Belle terlihat sedih karena lagi-lagi Mikha masih menolaknya.

"Apa kau sudah makan?"tanya Mikha, mengalihkan rasa sedih Belle.

Belle menggeleng.

"Ini sudah jam berapa, tapi kenapa kau belum makan!"

"Aku menunggu Tante Mikha!".

mendengar alasan gadis itu, hati Mikha sedikit terenyuh.

Bersambung.

✨✨✨✨✨✨

Terima kasih sudah berkunjung ke cerita ini 🙏

Minta dukungannya

Tolong koreksi jika ada kesalahan dalam tulisan ini 🙏

Lope Banyak-banyak untuk semuanya ❤️❤️❤️